MATERI KULIAH
Secara Etimology
Dalam beberapa kitab fiqh, seperti Kitab Al fiqhul Islamy wa adillatuhu karya Wahbah Az Zuhaily bahwa
thaharah secara bahasa berarti bersuci, dan thaharah juga berarti An Nadzafah yang berarti kebersihan
Secara Terminology
Menurut istilah thaharah bisa diartikan sebagai kegiatan bersuci dan membersihkan. Namun yang
dimaksud disini tentu bukan semata suci dan kebersihan, tapi pengertiannya lebih luas lagi.
Dalam kitab Kifayatul Akhyar karya Taqiyuddin Abu Bakr bin Muhammad Al Husaini Al Hashini kitab
bermadzhab Syafi’i, dan kitab Kasysyaful Qinna’ karya Manshur bin Yunus bin Idris Al Bahuty kitab
bermazhab Hambali mengatakan bahwa thaharah :
عبارة عن غسل اعضاء مخصوصة بصفة مخصوصة
“ Kegiatan mencuci anggota tubuh tertentu dengan cara tertentu”
Secara ringkas maksudnya :
رفع الحد ث وازالة النجس
“ Mengangkat hadats dan menghilangkan najis”
THAHARAH DARI HADATS
Dalam beberapa kitab fiqh, thaharah dari hadats ini disebut dengan
istilah thaharah hukmi, maksudnya adalah sucinya dari hadats, baik
hadats kecil maupun hadats besar
Thaharah secara hukmi tidak terlihat kotornya secara fisik, bahkan boleh
jadi secara fisik tidak ada kotoran di badan,namun belum tentu
dipandang bersih menurut hukum. Bersih secara hukum adalah kesucian
secara ritual
Thaharah hukmi didapat dengan cara berwudhu atau mandi jenabah
Seorang yang tertidur batal wudhunya, boleh jadi secara fisik tidak ada
kotoran pada badannya, Namun dia wajib berthaharah ulang dengan cara
berwudhu’ bila ingin melakukan ibadah ritual seperti shalat, thawaf dan
lainnya.
THAHARAH DARI NAJIS
Dalam beberapa kitab fiqh, thaharah dari najis ini disebut dengan istilah thaharah
hakiki
Thaharah secara hakiki maksudnya adalah hal-hal yang terkait dengan kebersihan
badan, pakaian dan tempat shalat dari najis, boleh dikatakan bahwa thaharah hakiki
adalah terbebasnya seseorang dari najis
Thaharah hakiki bisa didapat dengan menghilangkan najis yang menempel, baik pada
badan, pakaian atau tempat untuk melakukan ibadah riual
Seseorang yang shalat dengan memakai pakaian yang ada noda darah atau air
kencing, tidak sah shalatnya, karena tidak terbebas dari thaharah secara hakiki
Cara menghilangkan najis, tergantung dari tingkat kenajisannya, bila ringan cukup
dengan memercikkan air dimana najis berada, bila sedang atau pertengahan disucikan
dengan cara mencucinya dengan air biasa, hingga hilang warna, bau dan rasa najisnya,
bila berat harus dicuci dengan air 7 kali dan salah satunya dengan tanah
KLASSIFIKASI AIR DAN PENGGUNAANNYA DALAM BERSUCI
1. Najis ringan (mukhaffafah) : seperti air kencing anak yang berusia dibawah umur 2 tahun dan
belum makan dan minum kecuali air susu ibunya. Cara pembersihannya dengan memercikkan
air ke tempat yang terkena najis
2. Najis sedang (mutawassithah) : seperti kotoran ayam yang ada di lantai. Cara mensucikannya
dengan menghilangkan najis ‘ainiyahnya hingga hilang bau, rasa dan warnanya, kemudian
menyiramnya dengan air suci dan mensucikannya
3. Najis berat (mughalladzah) seperti najis anjing /babi. Cara mensucikannya dengan membasuh
dengan air sebanyak 7 kali dan diantara basuhannya salah satunya dicampuri dengan
tanah/debu
Menurut Kitab Safinatun Najah ada 2 macam najis
4. Najis Haqiqiyah / ‘ainiyah : najis yang dapat menghalangi shalat, seperti air kencing, kotoran
hewan dan sejenisnya.
5. Najis Hukmiyah/ ma’nawiyah : keadaan seseorang yang tidak suci yang dapat menghalanginya
untuk shalat, sehingga perlunya lebih dahulu berwudhu atau mandi, seperti kentut, atau
dalam keadaan junub