BERNEGARA DALAM ISLAM (Perspektif Muhammadiyah) Muhammadiyah dan NKRI
Muhammadiyah adalah civil society atau organisasi
kemasyarakatan yang mencurahkan perhatian utamanya pada bidang keagamaan, sosial, dan pendidikan.
Namun tidak hanya itu, sebagai organisasi masyarakat atau civil
society Muhammadiyah telah menjalankan fungsi politiknya dalam kehidupan nasional, Muhammadiyah telah berkiprah untuk pergerakan kebangkitan kebangsaan, meletakkan fondasi Negara yang berlandasakan Pancasila dan UUD 1945, dan menegakkan NKRI tetap dalam konstitusi dan cita-cita kemerdekaan, serta memelihara politik Islam yang berwawasan kebangsaan di tengah pertarungan ideologi dunia. Kontribusi Politik Muhammadiyah
Muhammadiyah menciptakan kesatuan dan persatuan bangsa
dengan ikut membangun dan mengembangkan keberadaan Republik Indonesia sejak berdirinya.
Muhammadiyah adalah wadah yang berperan dalam
mengembangkan inisiatif warga secara mandiri untuk turut andil dalam memajukan bangsa. Tokoh-tokoh Muhammadiyah sejak kelahirannya seperti KH. Ahmad Dahlan, Mas Mansur, Kahar Muzakkar, Ki Bagus Hadikusumo, Jendral Besar Soedirman, Kasman Singodimejo, Buya Hamka, dan lain-lain merupakan tokoh- tokoh bangsa yang dikenal kiprah kebangsaannya di negeri ini. Muhammadiyah dan Politik Praktis Kendati dalam dinamika politik ikut menyertai perjalanan, namun Muhammadiyah sejak kelahirannya tidak memiliki hubungan organisatoris dengan partai politik manapun, serta konsisten bergerak pada ranah dakwah dan tajdid yang bersifat pencerahan. Namun Muhammadiyah bukan pula anti politik. Konstribusi politik Muhammadiyah, sebagaimana posisinya sebagai civil society adalah pembinaan masyarakat dan berperan aktif dalam fungsi kritik dan masukan terhadap Negara. Bagi Muhammadiyah, politik yang dikembangkannya adalah politik nilai yang tidak pernah jauh dari rakyat, sehingga ranah politik yang dikembangkannya adalah ranah politik yang selalu berpihak pada nilai, termasuk pembelaan kaum mustadh’afin. Khittah Muhammadiyah Tentang Politik
Poin kelima pada Khittah Denpasar 2002:
“Muhammadiyah senantiasa memainkan peranan politiknya sebagai wujud dari dakwah amar ma’ruf nahi munkar dengan jalan memengaruhi proses kebijakan negara agar tetap berjalan sesuai konstitusi dan cita-cita luhur bangsa. Muhammadiyah secara aktif menjadi kekuatan perekat bangsa dan berfungsi sebagai wahana pendidikan politik yang sehat menuju kehidupan nasional yang damai dan berkeadaban.” Muhammadiyah dan Negara Muhammadiyah lebih terfokus bergerak membangun “Islamic-society” (masyarakat Islam) daripada “Islamic-state” (negara Islam). Adapun Islamic-society yang dicita-citakan Muhammadiyah memiliki kesamaan karakter dengan masyarakat madani (civil-society). Yaitu, masyarakat yang maju, adil, makmur, demokratis, mandiri, berdaulat, dan berakhlak mulia yang dijiwai nilai- nilai Ilahiah, menjunjung tinggi kemajemukan agama dan pemihakan terhadap kepentingan seluruh elemen, perdamaian dan nir-kekerasan, serta menjadi tenda besar bagi masyarakat tanpa diskriminasi. Apa perbedaan orientasi Muhammadiyah dengan gerakan-gerakan Islam lainnya...? Pertama, Kedua, Muhammadiyah juga Ketiga, Muhammadiyah Muhammadiyah berbeda berbeda dari pandangan berjuang dalam koridor dengan pandangan dan gerakan Islam yang kehidupan bangsa dan Islam yang serba liberal cenderung radikal- negara Republik Indonesia dan melakukan konservatif atau radikal- yang berfilsafat pancasila dekonstruksi fundamentalis seperti Salafi, dan berdasarkan UUD (pembongkaran secara Wahhabi, Tarbiyah/Al- 1945, untuk berusaha kritis) atas ajaran Islam Ikhwanul Al-Muslimun, bersama-sama sehingga serba relatif Taliban, Jama’ah Tabligh, menjadikan suatu negara seperti yang dilakukan Islam Jama’ah, Jama’ah yang adil makmur dan oleh kelompok atau Islamiyah, Hizbut Tahrir, diridlai Allah swt. pandangan Islam liberal. Majelis Mujahidin, An-Sharut (Baldatun Thayyibatun wa Tauhid, Islam Tradisional, Rabbun Ghafur). Majelis Tafsir Al-Qur’an, dan kelompok Syi’ah. Tantangan Politik Muhammadiyah Abad ke-2
Permasalahan yang dihadapi adalah bahwa Muhammadiyah
dalam menjalankan peran politik di usiannya memasuki abad kedua saat ini perlu adanya sikap konsistensi terhadap kihttahnya dalam berperan aktif menjadi jembatan bagi masyarakat menghadapi permasalahan bangsa. Karenanya dalam peristiwa sejarah dan persentuhannya dengan perpolitikan nasional, Muhammadiyah sering kali dianggap telah keluar dari tujuan organisasi, yang sejatinya Muhammadiyah adalah sebuah organisasi kemasyarakatan berbasis agama yang mencurahkan perhatiannya di bidang sosial, dan pendidikan, misalnya keterlibatan Muhammadiyah yang terlalu praktis dalam berpolitk.