Anda di halaman 1dari 12

NAMA KELOMPOK

Ahmad Ilham Rifa’i


M. Afrizal Romadhoni
Nyemas Aulian A
Salsabila Vida Syawali
PENGERTIAN
 Masa remaja merupakan suatu fase
perkembangan antara masa kanak-kanak dan
masa dewasa. Pada masa ini, remaja akan
melalui fase di mana mereka mencapai
kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis, di
mana mereka mencari jati diri mereka.
CONTOH KASUS
 saat ini kekerasan terhadap anak atau remaja
yang dikenal dengan istilah bullying di sekolah
semakin marak. Bullying merupakan salah satu
tindakan agresi yang dilakukan satu orang
dengan tujuan untuk menyakiti atau
mengganggu anak lain atau korban yang lebih
lemah darinya. Mereka yang menjadi korban
bullying kemungkinan akan menderita depresi
dan kurang percaya diri, yang mana pada
akhirnya korban bullying menjadi kesulitan
dalam bergaul.
 Ada beberapa bentuk dari tindakan bullying. Bullying
dalam bentuk fisik bisa dicontohkan seperti memukul,
mendorong, mengancam secara fisik, memelototi, dan
mencuri barang. Bullying dalam bentuk psikologis bisa
bermanifestasi seperti, mengucilkan, menyebarkan gosip,
mengancam, gurauan yang mengolok-ngolok dan
mengasingkan seseorang secara sosial. Sementara itu
bullying dalam bentuk verbal bisa hadir dalam bentuk
hinaan, bentakan, menggunakan kata-kata kasar,
menyindir, dan memanggil dengan julukan. Di era serba
modern seperti sekarang ini bahkan tindakan bullying
juga menjadi “terfasilitasi” dengan gadget dan media
sosial (cyberbullying).
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Hubungan keluarga
Teman sebaya
Pengaruh media
Dampak bagi korban

Hasil studi yang dilakukan National Youth Violence


Prevention Resource Center Sanders (2003; dalam Anesty,
2009) menunjukkan bahwa bullying dapat membuat
remaja merasa cemas dan ketakutan, mempengaruhi
konsentrasi belajar di sekolah dan menuntun mereka
untuk menghindari sekolah. Bila bullying berlanjut dalam
jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi self-
esteem siswa, meningkatkan isolasi sosial, memunculkan
perilaku menarik diri, menjadikan remaja rentan terhadap
stress dan depreasi, serta rasa tidak aman. Dalam kasus
yang lebih ekstrim, bullying dapat mengakibatkan remaja
berbuat nekat, bahkan bisa membunuh atau melakukan
bunuh diri (commited suicide).
Dampak bagi pelaku

 Sanders (2003; dalam Anesty, 2009) National


Youth Violence Prevention mengemukakan
bahwa pada umumnya, para pelaku ini memiliki
rasa percaya diri yang tinggi dengan harga diri
yang tinggi pula, cenderung bersifat agresif
dengan perilaku yang pro terhadap kekerasan,
tipikal orang berwatak keras, mudah marah dan
impulsif, toleransi yang rendah terhadap
frustasi. Para pelaku bullying ini memiliki
kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain
dan kurang berempati terhadap targetnya.
Dampak bagi siswa lain yang menyaksikan bullying
(bystanders)

 Gangguan psikologis, misalnya rasa cemas berlebihan, kesepian


(Rigby K. 2003).
 Konsep diri sosial korban bullying menjadi lebih negatif karena
korbam merasa tidak diterima oleh teman-temannya, selain itu
dirinya juga mempunyai pengalaman gagal yang terus-menerus
dalam membina pertemanan, yaitu di bully oleh teman dekatnya
sendiri (Ratna Djuwita, dkk , 2005).
 Korban bullying merasakan stress, depresi, benci terhadap
pelaku, dendam, ingin keluar sekolah, merana, malu, tertekan,
terancam, bahkan ada yang menyilet-nyilet tangannya (Ratna
Djuwita, dkk , 2005).
 Membenci lingkungan sosialnya, enggan ke sekolah (Forero et
all.1999).
 Keinginan untuk bunuh diri (Kaltiala-Heino, 1999).
Penanganan dan Pencegahan Perilaku Bullying

 Penanganan
 Paling ideal adalah apabila ada kebijakan dan tindakan
terintegrasi yang melibatkan seluruh komponen mulai
dari guru, murid, kepala sekolah, sampai orangtua,
yang bertujuan untuk menghentikan perilaku bullying
dan menjamin rasa aman bagi korban.
 Program anti-bullying di sekolah dilakukan antara lain
dengan cara menggiatkan pengawasan dan pemberian
sanksi secara tepat kepada pelaku, atau melakukan
kampanye melalui berbagai cara. Memasukkan materi
bullying ke dalam pembelajaran akan berdampak
positif bagi pengembangan pribadi para murid.
 Pencegahan
 Untuk mencegah dan menghambat munculnya tindak kekeraran di
kalangan remaja, diperlukan peran dari semua pihak yang terkait
dengan lingkungan kehidupan remaja.
 Sedini mungkin, anak-anak memperoleh lingkungan yang tepat.
Keluarga-keluarga semestinya dapat menjadi tempat  yang nyaman
untuk anak dapat mengungkapkan pengalaman-pengalaman dan
perasaan-perasaannya. Orang tua hendaknya mengevaluasi pola
interaksi yang dimiliki selama ini dan menjadi model yang tepat
dalam berinteraksi dengan orang lain.
 Berikan penguatan atau pujian pada perilaku pro sosial yang
ditunjukkan oleh anak. Selanjutnya dorong anak untuk
mengambangkan bakat atau minatnya dalam kegiatan-kegiatan dan
orang tua tetap harus berkomunikasi dengan guru jika anak
menunjukkan adanya masalah yang bersumber dari sekolah.
 Selama ini, kebanyakan guru tidak terlalu memperhatikan apa
yang terjadi di antara murid-muridnya. Sangat penting bahwa para
guru memiliki pengetahuan dan ketrampilan mengenai
pencegahan dan cara mengatasi bullying.
 Kurikulum sekolah dasar semestinya mengandung unsur
pengembangan sikap prososial dan guru-guru memberikan
penguatan pada penerapannya dalam kehidupan sehari-hari di
sekolah.
 Jangan anggap remeh Masih banyak orangtua yang menganggap
kakak kelas mengintimidasi adik kelas sebagai sebuah tradisi,
demikian juga  perlakuan kasar yang diterima anak dari temannya
sering diabaikan karena akan berlalu seiring dengan waktu.
 Ajari anak untuk melindungi dirinya. Ajari anak untuk bersikap
self defense dalam arti menhindari diri dari korban atau pelaku
kekerasan.
 Bina relasi dengan guru dan orangtua murid. Bina relasi dan
komunikasi yang baik dengan guru di sekolah atau orangtua
murid lainnya.

Anda mungkin juga menyukai