ASMA
Keperawatan Keluarga
Disusun Oleh:
● Gathut Dirgantoro (10.010)
● Putri A’uliyatus S (19.015)
● Syifa Salsabila (19.017)
A. PENGERTIAN ASMA
§ Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat
hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat
karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
§ Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan
tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul
disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar
30 tahunan (Saheb, 2011)
§ Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik
menyebabkan peningkatan hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas,
dada terasa berat, batuk terutama malam hari dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran napas
yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan (Boushey, 2005; Bousquet, 2008)
§ Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah” dan berarti serangan nafas pendek (Price, 1995 cit
Purnomo 2008). Nelson (1996) dalam Purnomo (2008) mendefinisikan asma sebagai kumpulan tanda dan gejala wheezing (mengi)
dan atau batuk dengan karakteristik sebagai berikut; timbul secara episodik dan atau kronik, cenderung pada malam hari/dini hari
(nocturnal), musiman, adanya faktor pencetus diantaranya aktivitas fisik dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan
penyumbatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien/keluarga, sedangkan sebab-sebab lain sudah disingkirkan
B. KLASIFIKASI ASMA
1. Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi :
a. Asma bronkhiale
b. Status asmatikus
c. Asthmatic Emergency
2. Klasifikasi asma yaitu (Hartantyo, 1997, cit Purnomo 2008)
a. Asma ekstrinsik
b. Asma intrinsic
3. Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) (2006) penggolongan asma berdasarkan beratnya penyakit dibagi 4 (empat) yaitu:
1) Asma Intermiten (asma jarang)
2) Asma mild persistent (asma persisten ringan)
3) Asma moderate persistent (asma persisten sedang)
4) Asma severe persistent (asma persisten berat)
4. Selain berdasarkan gejala klinis di atas, asma dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat serangan asma yaitu: (GINA, 2006)
a. Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan, bicara satu kalimat, bisa berbaring, tidak ada sianosis dan mengi
kadang hanya pada akhir ekspirasi,
b. Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara memenggal kalimat, lebih suka duduk, tidak ada sianosis, mengi
nyaring sepanjang ekspirasi dan kadang -kadang terdengar pada saat inspirasi,
c. Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat dengan posisi duduk bertopang lengan, bicara kata demi kata, mulai ada
sianosis dan mengi sangat nyaring terdengar tanpa stetoskop,
d. Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak kebingunan, sudah tidak terdengar mengi dan timbul bradikardi.
Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat serangan asma. Seorang penderita asma persisten (asma berat) dapat
mengalami serangan asma ringan. Sedangkan asma ringan dapat mengalami serangan asma berat, bahkan serangan asma berat yang
mengancam terjadi henti nafas yang dapat menyebabkan kematian
C. ETIOLOGI ASMA
Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui. Suatu hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalah
fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non imunologi.
1. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah: (Smeltzer & Bare, 2002).
a. Faktor ekstrinsik (alergik)
b. Faktor intrinsik(non-alergik)
c. Asma gabungan
2. Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma :
a. Pemicu Asma (Trigger)
b. Penyebab Asma (Inducer)
Sedangkan Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma secara spesifik. Menurut mereka, secara umum pemicu asma adalah:
a. Faktor predisposisi
b. Faktor presipitasi
D. ANATOMI, FISIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI ASMA
1. Anatomi
Organ Pernapasan
a. Hidung
b. Faring
c. Laring
d. Trakea
e. Bronkus
f. Paru-paru
2. Fisiologi Asma
Proses terjadi pernapasan
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru
terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dan udara masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis. Kemudian CO2 dikeluarkan
melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian massuk ke serambi kiri jantung
(atrium sinistra) menuju ke aorta kemudian ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel- sel), di sini terjadi oksidasi (pembakaran). Sebagai sisa dari pembakaran
adalah CO2 dan dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan atau atrium dekstra) menuju ke bilik kanan (ventrikel dekstra)
dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini
adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit.
Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi perjalanan panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat epiglotis
yang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk ke trakhea, sedangkan waktu bernapas epiglotis terbuka, begitu seterusnya.
Jika makanan masuk ke dalam laring, maka akan mendapat serangan batuk, hal tersebut untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebt dari laring.
Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi (menghembuskan napas). Bernapas berarti melakukan inpirasi dan eskpirasi secara
bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus. Bernapas merupakan gerak refleks yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Refleks bernapas ini diatur oleh pusat
pernapasan yang terletak di dalam sumsum penyambung (medulla oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau mempercepat
napasnya, ini berarti bahwa refleks bernapas juga dibawah pengaruh korteks serebri. Pusat pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah
dan kekurangan dalam darah. Inspirai terjadi bila muskulus diafragma telah mendapat rangsangan dari nervus frenikus lalu mengerut datar.
Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah ,mendapat rangsangan kemudian mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan demikian
jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebra semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik, yang menarik paru-paru sehingga
tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar.
Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian
rongga dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil
kembali, maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau pernapasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga
pleura dan paru-paru.
Pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada terbesar bergerak, pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini terdapat pada rangka
dada yang lunak, yaitu pada orang-orang muda dan pada perempuan.
Pernapasan perut, jika pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka ini dinamakan pernapasan perut. Kebanyakan pada orang tua, Karena
tulang rawannya tidak begitu lembek dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat kapur yang mengendap di dalamnya dan banyak ditemukan pada laki-laki.
3. Patofisiologi Asma
●Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spasme otot polos, edema
dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular.
Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume ekspresi paksa dan
kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan
sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan
satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan
menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.
●Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen menyebabkan degranulasi sel
mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus.
Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang
pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan
pembengkakan ruang iterstisium paru.
●Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif berlebihan terhadap sesuatu
alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon
peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran
udara.
E. Pathway Asma
Lanjutan.....
F. MANIFESTASI KLINIS ASMA
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi (whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk
diketahui. Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian pula rasa sesak dan berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi :
1. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala asma atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun
fungsi paru. Asma akan muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.
2. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya
obstruksi saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.
3. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi.
Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
4. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala yang makin banyak antara lain :
a. Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo mastoideus
b. Sianosis
c. Silent Chest
d. Gangguan kesadaran
e. Tampak lelah
f. Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
5. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis beberapa serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara
terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Karena pada dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi apapun diusahakan
untuk mengembalikan nafas ke kondisi normal
G. KOMPLIKASI ASMA
1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
2. Chronic persisten bronhitis
3. Bronchitis
4. Pneumonia
5. Emphysema
6. Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadireaksi kontinu yang
lebih berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini mengancam hidup (Smeltzer & Bare,
2002).
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG ASMA
1. Pemeriksaan sputum
2. Pemeriksaan darah
3. Foto rontgen
4. Pemeriksaan faal paru
5. Elektrokardiografi
I. PENATALAKSANAAN MEDIS ASMA
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan pengobatan farmakologik.
1. Penobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Fisioterapi
2. Pengobatan farmakologik
a) Agonis beta
b) Metil Xantin
c) Kortikosteroid
d) Kromolin
e) Ketotifen
f) Iprutropioum bromide (Atroven)
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit)
dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas.
DAFTAR PUSTAKA
● http://ners-novriadi.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-keluarga-d
engan_5135.html?m=1
●
● https://www.academia.edu/attachments/37047007/download_file?st=MTY
wODc3NTEzNSwxMTQuMTI1LjEyNi41LDEyNzUwMTcxOA%3D%3D
&s=swp-toolbar&ct=MTYwODc3NTE3MywxNjA4Nzc1MTczLDEyNzU
wMTcxOA==&iid=9a2f586a-5517-475d-9d8a-10e82b6eb4d2
SOMETIMES, REVIEWING CONCEPTS IS A GOOD
IDEA
b. Type Keluarga
II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua):
Families with teenager / keluarga dengan anak remaja.
b. Tugas Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya:
Pemberian kebebasan belum terlaksana, kendala : anak masih dirasa labil
c. Riwayat kesehatan keluarga inti :
a) Riwayat kesehatan keluarga saat ini:
Px mengatakan kondisi kesehatan keluarga baik – baik saja
b) Riwayat penyakit keturunan:
-
c) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
No Nama U BB Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan Yang
mu Kesehatan (BCG/Polio/DPT/ Kesehata Telah
r HB/Campak) n Dilakukan
1. Tn. 50 50 Baik - - -
winarto
2. Ny. tatik 40 63 Kurang - Sesak Pemeriksaa
baik nafas kesehatan
3. An. Ali 18 50 Baik - - -
LANJUTAN . . .
( ) Papan ( ) Plester
10) Bagaimana kondisi kebersihan rumah secara keseluruhan
(*) Bersih ( ) Banyak lalat ( )Berdebu
( ) Sampah bertebaran ( ) Banyak lawa-lawa ( ) Lain-lain
2. Denah Rumah
R. KELUARGA K.M
3. Pengolahan sampah
1) Apakah keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah
(-) Ya ( ) Tidak
2) Bagaimana pengelolaan sampah rumah tangga
( ) Dibuang di got/ sungai ( ) Diambil petugas
( ) Ditimbun (-) Dibakar ( ) Lain-lain :
4. Sumber Air
1) Sumber air yang digunakan oleh keluarga:
(- ) Sumur gali ( ) Pompa listrik ( ) Pompa tangan
( ) Sungai ( ) Membeli ( ) Lain-lain: ........................
2)Sumber air minum yang digunakan oleh keluarga
( ) Sumur gali ( ) Pompa listrik ( ) Pompa tangan
( ) Sungai ( ) PAM (-) Air isi ulang
( ) Lain-lain :...........................
5. Jamban Keluarga
1) Apakah keluarga mempunyai WC sendiri
( - ) Ya ( ) Tidak
2) Bila ya apa jenis jamban keluarga
( - ) Leher angsa ( ) Cemplung ( ) Lain – lain ____________
3)Beberapa jarak antara sumber air dengan penampungan tinja ?
( ) < 10 meter ( - ) > 10 meter
6. Pembuangan Air Limbah
( ) Tidak
( -) Ada, apa jenisnya : posyandu / bidan desa
3)Apakah keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan tersebut ?
( ) Tidak
(- ) Ada, apa alasannya : memahami bahwa kesehatan diri sangat penting
4)Apakah fasilitas kesehatan yang ada dapat terjangkau oleh keluarga dengan kendaraan umum ?
6 Sistem Kardiovaskuler - - -
7 Sisteam Respirasi Normal Abnormal Normal
8 Sistem GI Tract Normal Normal Normal
9 Sistem Persyarafan Normal Normal Normal
10 Sistem Muskuloskeletal Normal Normal Normal
11 Sistem Genetalia - - -
X. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
3) Anak : -
Keluarga berencana : -
Imunisasi : -
Tumbuh kembang
b) Anak II: -
c) dll
Diagnosa Keperawatan : Gangguan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan ventilasi -perfusi d.d pola napas abnormal
(D.0003)
No Kriteria Skor Bobot Nilai
1 Sifat Masalah 1
Kurang/tidak sehat 3
Resiko 2
Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Mudah
Sebagian 2
Tidak dapat 1
0
Diagnosa Keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak ektif b.d respon alergi d.d suara wheezing
(D.0001)
No Kriteria Skor Bobot Nilai
1 Sifat Masalah 1
Kurang/tidak sehat 3
Resiko 2
Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Mudah
Sebagian 2
Tidak dapat 1
0
3 Potensial masalah dapat dicegah 1
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
Masalah dirasakan dan harus segera ditangani 2
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani 1
Masalah tidak dirasakan
0
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil & Tujuan Intervensi
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan ventilasi Kriteria hasil : Meningkat - Monitor frekuensi,irama, kedalaman , dan upaya napas
-perfusi d.d pola napas abnormal Tujuan : Setelah diberikan askep, - Monitor pola napas (seperti
(D.0003) diharapkan oksigenasi karbondioksida bradipnea,takipnea,hiperventilasi,kussmaul,Cheyne-stokes,
pada membran alveolus kapiler dalam blot,ataksik)
batas normal - Monitor adanya sumbatan jalan napas
(L.01003) - Auskultasi bunyi napas
(I.01014)
2. Bersihan jalan nafas tidak ektif b.d respon alergi d.d suara Kriteria hasil : Meningkat - Monitor Bunyi napas (mis. Gurgling,mengi,wheezing,ronkhi
wheezing Tujuan : Setelah diberikan askep, kering)
(D.0001) diharapkan mampu untuk - Posisikan semi fowler atau fowler
mempertahankan jalan napas - berikan minum hangat
(L.01001)
EVALUASI
No. Diagnosa
No. Evaluasi Paraf
Keperawatan
1. D.0001 Bersihan jalan nafas membaik/meningkat @
2. D.0003 Pertukaran gas membaik/ meningkat @
DAFTAR PUSTAKA
SDKI 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
SIKI 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
SLKI 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
● .