Anda di halaman 1dari 62

K3 dan

Modul ke:
Linkungan
12 HSE
K3 PESAWAT TENAGA DAN
Fakultas
Pascasarjana PRODUKSI
Program Studi
MM (MO) & Dr Ir. Rosalendro Eddy Nugroho, MM
MTS
DASAR-DASAR K3 PESAWAT TENAGA DAN
PRODUKSI
Latar Belakang
• Penggunaan PTP semakin meningkat baik jumlah jenis maupun
konstruksinya.
• Potensi bahaya akan semakin meningkat akibat penggunaan PTP.
• Akhir – akhir ini banyak terjadi kecelakaan kerja baik peledakan dapur
maupun penggunaan genset.
• Tidak adanya pengawas sepesialis mekanik khususnya PTP.
• Pengusaha, pengurus, dan atau tenaga kerja/operator belum menaati
ketentuan syarat-syarat k3.
• Sumber bahaya atau potensi bahaya yang ditimbulkan dari
penggunaan/pengoprasian PTP menibulkan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja apa bila tidak melakukan analisa bahaya dan pengendaliannya
serta pemberian syarat-syarat keselamatan kerja sesuai dengan peraturan
perundang-undangan k3.
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Suatu ilmu pengetahuan dan


Keilmuan penerapannya dalam upaya
mencegah kecelakaan,
kebakaran, peledakan,
pencemaran, penyakit akibat
kerja , dll

“ACCIDENT PREVENTION”
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Pedoman Segala kegiatan untuk


Kemnakertrans menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja

“ACCIDENT PREVENTION”
• Analisa potensi bahaya adalah serangkaian kegiatan untuk
mengidentifikasi, mengumpulkan, mengukur suatu potensi
bahaya dari setiap keadaan penggunaan peralatan mekanik dan
lingkungannya. Selanjutnya menilai besaran dan
mengendalikan resiko yang akan terjadi, dalam rangka
pencegahan kecelakaan kerja.
• Bahaya adalah suatu kondisi fisik atau kimia yang dapat
menyebabkan kerugian kepada manusia, harta benda, atau
lingkungan hidup.
• Resiko adalah ukuran kemungkinan kerugian yang akan
timbul dari sumber bahaya tertentu yang terjadi.
• Identifikasi Bahaya ( Hazard Identification ) adalah kegiatan
yang di lakukan untuk menunjukkan pada material, sistem,
proses dan pabrik bagaimana konskuensi yang tidak
diinginkan dapat terjadi melalui kejadian kecelakaan.
• Pesawat ialah kumpulan dari beberapa alat secara
berkelompok atau berdiri sendiri guna menghasilkan
tenaga baik mekanik maupun bukan mekanik dan
dapat digunakan untuk tujuan tertentu.
• Pesawat Tenaga dan Produksi ialah Pesawat
atau alat yang bergerak berpindah-pindah atau
tetap yang dipakai atau dipasang untuk
membangkitkan atau memin- dahkan daya
atau tenaga, mengolah, membuat: bahan,
barang, produk teknis dan aparat produksi
yang mengandung dan dapat menimbulkan
bahaya kecelakaan.
• Pesawat Tenaga ialah Pesawat atau alat yang
bergerak berpindah-pindah atau tetap yang
dipakai atau dipasang untuk membangkitkan
atau memindahkan daya atau tenaga termasuk
perlengkapan transmisinya.
• Pesawat Tenaga dan Produksi adalah pesawat atau
alat tetap atau berpindah-pindah yang dipakai atau
dipasang untuk membangkitkan atau
memindahkan daya atau tenaga, mengolah,
membuat bahan, barang, produk teknis, dan
komponen alat produksi yang dapat menimbulkan
bahaya kecelakaan.
• Pengerak Mula ialah suatu pesawat yang
mengubah suatu bentuk energi menjadi
tenaga mekanik dan digunakan untuk
menggerakan pesawat atau mesin antara lain:
motor pembakaran luar, motor pembakaran
dalam, turbin air dan kincir angin.
• Motor penggerak ialah suatu pesawat atau alat
yang digunakan untuk menggerakan mesin
antara lain motor listrik.
• Perlengkapan transmisi tenaga mekanik ialah bagian
peralatan mesin yang berfungsi untuk memindahkan
daya atau gerakan mekanik dan penggerak mula
kepesawat atau mesin lainnya antara lain: puli dengan
ban atau pita, roda gigi dengan roda gigi, batang berulir
dengan roda gigi, rantai dengan roda, gigi roda-roda
gesek, poros transmisi dan batang silinder hidrolis.
• Mesin Produksi ialah semua mesin peralatan
kerja yang digunakan untuk menyiapkan,
membentuk atau membuat, merakit finishing,
barang atau produk teknis antara lain: mesin
pak dan bungkus, mesin jahit dan rajut, mesin
pintal dan tenun.
• Mesin perkakas kerja ialah suatu pesawat atau alat
untuk membentuk suatu bahan, barang, produk teknis
dengan cara memotong, mengepres, menarik atau
menumbuk antara lain: mesin asah, poles dan pelicin,
alat tuang dan tempa, mesin pelubang, mesin frais,
mesin rol, mesin gergaji, mesin ayak dan mesin
pemisah, mesin gunting, mesin pengeping dan
pembelah.
• Dapur ialah suatu pesawat yang dengan cara
pemanasan digunakan untuk mengolah,
memperbaiki sifat, barang, atau produk teknis,
antara lain: dapur tinggi, dapur-dapur baja,
convertor dan oven.
• Alat perlindungan diri ialah suatu alat perlengkapan
tenaga kerja untuk melindungi anggota badan dari
bahaya yang ditimbulkan oleh keadaan kerja sebagai
akibat dari penggunaan pesawat, alat, mesin, bahan-
bahan dan lain-lain.
• Alat pengaman ialah suatu alat perlengkapan yang
dipasang permanen pada pesawat tenaga dan produksi
guna menjamin pemakaian pesawat tersebut dapat
bekerja dengan aman.
• Alat perlindungan ialah suatu alat perlengkapan yang
dipasang pada suatu pesawat tenaga dan produksi
yang berfungsi untuk melindungi tenaga kerja
terhadap kecelakaan yang ditimbulkan oleh pesawat
tenaga dan produksi.
• Undang-Undang No.1 tahun 1970, tentang Keselamatan
Kerja
• Permenaker No: Per.04/Men/ 1985, tentang PTP
• SE Dirjen Binwasnaker Nomor SE.
No.01/DJPPK/VI/2009 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Pembinaan Dan Pengujian Lisensi
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bagi Petugas Dan
Operator Pesawat Uap, Pesawat Tenaga Dan Produksi,
Pesawat Angkat Dan Angkut
1. K3 dan sumber-sumber bahaya pesawat
tenaga produksi.
2. Identifikasi potensi bahaya.
3. Evaluasi resiko.
4. Pengendalian resiko.
• Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti materi ini diharapkan peserta memahami
dasar-dasar K3 pesawat tenaga dan produksi.
• Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:
1. Menjelaskan pengertian K3, sejarah K3, dan ruang lingkup
pengetahuan dasar tentang pesawat tenaga dan produksi.
2. Mengidentifikasi potensi bahaya pesawat tenaga dan produksi.
3. Melakukan pengendalian potensi bahaya pada pesawat tenaga
dan produksi.
4. Menjelasakan penanggulangan bahaya pesawat tenaga dan
produksi.
• Metode pembelajaran yang akan diterapkan
meliputi:
1. Ceramah
2. Penampilan gambar-gambar,formulir
3. Tanya jawab
4. Diskusi
5. Latihan penyelesaian contoh kasus
Sekitar tahun 80 M, Plinius seorang ahli ensiklopedi bangsa
Roma mensyaratkan agar para pekerja tambang diharuskan
memakai tutup hidung.

Tahun 1450 Dominicoz Fontana diserahi tugas membangun obelisk


ditengah lapangan St. Pieter Roma. Ia selalu mensyaratkan agar para
pekerja memakai topi baja.

Abad 18  Revolusi Industri


Pekerjaan
dilakukan secara • Pemanfaatan ilmu
perorangan/
REVOLUSI pengetahuan dan
kelompok kecil teknologi
Usaha pencegahan INDUSTRI • Terjadi peningkatan
kecelakaan tidak
terlalu sulit
angka kecelakaan
• Tahun 1911 Amerika Serikat memberlakukan “Work
Compensation Law”
“….tidak memandang apakah kecelakaan tersebut terjadi
akibat kesalahan si korban atau tidak, yang bersangkutan
akan mendapat ganti rugi jika terjadi dalam pekerjaan”
• Di Inggris  harus dibuktikan bahwa kecelakaan tersebut
bukanlah terjadi karena kesalahan si korban.
• H. W Heinrich  titik awal, keselamatan kerja
yang terorganisir secara terarah, prinsip-
prinsip yang dikemukakan Heinrich di tahun
1931 di bukunya “Industrial Accident
Prevention”, merupakan unsur dasar bagi
program keselamatan kerja saat ini.
1. Peraturan K3 Periode Tahun 1847 s.d 12 januari 1970
• Tahun 1847 , Hindia Belanda melakukan pengawasan
penggunaan mesin uap, keselamatan ditujukan pada K3 belum
pada rakyat Indonesia.

• 28 Pebruari 1852 Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan


staatblad no. 20 tentang Keselamatan kerja pemakaian mesin
uap.

• Veiligheid Reglement (VR) tahun 1910 Staatblad No 406 tentang


keselamatan kerja pemakaian diesel dan listrik di industri
pengolahan.

• Stoom Ordonantie dan stoom Verordening Tahun 1930 (Stbl No.


225 dan Stbl N0. 225) tentang keselamatan pemakaian pesawat
uap ( sampai saat ini diterjemahkan menjadi UndangUndang dan
Peraturan Uap).
• Undang-Undang Penimbunan dan Penyimpan Minyak tanah
dan bahan-bahan cair lainnya yang mudah menyala (stbl
1927 No. 99)
• Ordonantie menyangkut minyak tanah tahun 1927 (Stbl 1927
No. 214)

• Loodwit Ordonnantie, Stbl No. 509 tahun 1931, yang


mengatur pengawsan terhadap bahan yang mengandung
racun (pabrik cat, accu, percetakan dll)

• Vuurwerk Ordonantie dan Vuurwerk Verordening Stbl. No. 143


dan no. 10 tahun 1932 dan tahun 1933, mengatur
pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang dan
peraturan petasan.
• Industrienbaan Ordonantie dan Industriebaan Verordening
Stbl. No. 595 dan No. 29 Tahun 1938 dan tahun 1939 tentang
pengawasan terhadap jalan kereta api, loko dan gerbongnya
yang diginakan sebagai alat angkut selain PJKA.

• Retribusi Ordonantie Stbl No. 424 tahun 1940 dan Retributie


Vorerdening Stbl No. 425 tahun 1940.

• Undang No. 10 Tahun 1961 tentang Penetapan Peraturan


pemerintah pengganti Unndang No. 1 thaun 1962 Tentang
barang (Lembaran Negara No. 251 tahun 1961)

• Peraturan Khusus (peraturan pemberlakuan peraturan


Belanda di Indonesia)
2. Peraturan K3 periode 12 Januari 1970 s.d. sekarang
UU no. 1 tahun 1970 menggantikan VR 1910
• Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1973 tentang
pengaturan dan pengawasan keselamatan kerja di
bidang pertambangan
• PP No. 07 Tahun 1973 tentang pengawasan atas
peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida.
• PP No. 11 tahun 1975 tentang keselamatan dan
kesehatan kerja radiasi
• PP No. 11 tahun 1979 tentang keselamatan kerja
pada pemurnian dan pengolahan miyak dan gas
bumi.
• Peraturan Pelaksana UU No. 1 tahun 1970
• Peraturan-Peraturan dan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja.
SUMBER BAHAYA
PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN

Pesawat Tenaga dan Produksi


• Penggerak mula

K3
• Perlengkapan Transmisi
Tenaga Mekanik
Analisa
MEKANIK
• Mesin perkakas
• Mesin produksi
Kecelakaan
• Dapur / Tanur
Operator
• Terjungkit/terguling
• Terjepit / terpotong
• Peledakan /
kebakaran
• Tertimpa/ tertimbun
Potensi Bahaya • Roboh
• Bagian bergerak • PAK
• Bagian yang mempunyai
peran Penanggulangan
• Bagian yang menanggung
beban
dan Pencegahan
• Gas buang, suhu tinggi
• Kebisingan, debu
• Kemampuan/ ketrampilan
• Sebelum melakukan penilaian resiko, pelaksana harus
mempunyai informasi terkait yang harus di peroleh antara lain:
1. Informasi mengenai objek (mesin) yang ingin di lakukan
penilaian resiko (spesifikasi, umur pemakaian dll).
2. Memiliki gambar desain dari objek (mesin).
3. Informasi sumber tenaga (Listrik).
4. Aspek keselamatan dari objek (mesin) tersebut.
5. Sejarah dari mesin tersebut
6. Kelengkapan dokumen yang terkait ( regulasi, standarisasi,
peraturan terkait, dll)
• Langkah 1. membatasi mesin; menentukan
tujuan penggunaannya
Misalkan apa fungsi mesin yang akan dirancang,
di mana ia akan dipasang dan yang akan
menggunakannya. Kecuali kondisi ini jelas,
langkah-langkah berikut prosedur tidak dapat
diterapkan dengan benar.
• Langkah 2 mengidentifikasi sumber bahaya
Dalam tahap ini, aspek berikut diidentifikasi
berdasarkan hasil langkah 1
1. Setiap sumber bahaya yang melekat di mesin
itu sendiri.
2. Mengidentifikasi setiap situasi berbahaya yang
mungkin timbul dari interaksi dari sumber
bahaya dalam mesin dan setiap manusia.
• Langkah 3 penilaian resiko
resiko biasanya dinyatakan dalam kombinasi
intensitas bahaya potensial (tingkat diantisipasi
bahaya) dan probabilitas bahaya potensi
menjadi aktual. Intensitas ini dari bahaya
potensi (tingkat diantisipasi bahaya) dan
probabilitas bahaya potensi menjadi aktual
disebut elemen risiko
• Langkah 4 pengendalian.
Dalam pengendalian resiko dapat melakakukan
penerapan hirarki pengendalian bahaya.
Penerapan penilaian resiko
Identifikasi Evaluasi Pengendalian
1 Bahaya 2 Risiko 3 Risiko

Tahap Identifikasi Bahaya terdiri dari 3 kegiatan,yaitu:


– Pengenalan Kegiatan adalah tahapan menemukan, mengenali dan
mendeskripsikan tahapan kegiatan dari suatu pekerjaan yang
dilakukan oleh suatu unit yang menghasilkan atau mendukung produk
atau jasa.
– Pengenalan Bahaya adalah tahapan untuk menemukan, mengenali,
dan mendeskripsikan potensi bahaya yang terdapat dalam setiap
tahapan kegiatan atau pekerjaan. Baik yang muncul dari mesin, alat
dan bahan; lingkungan kerja; cara kerja; sifat pekerjaan dan proses
produksi.
– Validasi daftar Bahaya adalah tahapan memasukan setiap sumber
bahaya dalam suatu daftar bahaya.
Identifikasi Evaluasi Pengendalian
1 Bahaya 2 Risiko 3 Risiko

Apa yang harus diketahui? Bagaimana mendapatkan informasi?

 Dimana pekerjaan dilakukan?  Denah lokasi pekerjaan/lay out

 Siapa yang melakukan pekerjaan?  Data pekerja, Observasi

 Peralatan dan bahan yang digunakan?  Daftar alat dan bahan yang digunakan,
Lembar Data Keselamatan Bahan dll

 Bagaimana urutan pekerjaan?  Diagram alir/Instruksi Kerja

 Tindakan kendali yang telah ada?  Laporan kecelakaan /Penyakit Akibat


Kerja
 Apakah ada peraturan/ketentuan  Peraturan Perundang-undangan,
terkait yang mengatur? Standar, dan Pedoman

 Wawancara, Inspeksi, Audit dll


Formulir Penilaian Risiko
Unit Kerja : Tanggal :
Pekerjaan : Penilai:

Risiko
Potensi Akibat Kecelakaan dan Rating
No Pokok Kegiatan Penyakit Akibat Kerja
Kendali Pelua Kons Skala
Bahaya ng ek
Risiko

1 2 3 4 5 6 7 8 9
Formulir Penilaian Risiko
Unit Kerja : Bengkel/Workshop Maintenance Tanggal:
Pekerjaan : Pengelasan Penilai :

Akibat Kecelakaan dan


No Pokok Kegiatan Potensi Bahaya
Penyakit Akibat Kerja
1 2 3 4
1 Persiapan Alat dan Bahan Gas C2H2 Keracunan Kronik
Kebakaran / Peledakan
Cedera / Luka Memar

Material Besi Cedera / Luka Memar


Panas Dehidrasi / Heat Stress
2 Pengelasan Gas C2H2 Keracunan
Kebakaran / Peledakan

Kilatan Sinar / Spark Fotokeratittis

Partikel Gram Gangguan Pernafasan & mata

Panas Dehidrasi / Heat Stress

3 Penyelesaian Gas C2H2 Keracunan Kronik


Pekerjaan Kebakaran / Peledakan
Cedera / Luka Memar

Panas Dehidrasi / Heat Stress


Identifikasi Evaluasi Pengendalian
1 Bahaya 2 Risiko 3 Risiko

Evaluasi risiko
pada dasarnya adalah melakukan
pengukuran. Pengukuran dalam pedoman
ini dilakukan dengan metode semi-
kuantitatif, yaitu dengan menilai
seberapa besar Peluang dan Konsekuensi
apabila suatu risiko benar-benar terjadi.
Identifikasi Evaluasi Pengendalian
1 Bahaya 2 Risiko 3 Risiko

TABEL – 1: PELUANG TABEL – 2: KONSEKUENSI

Ska Sifat Skala Sub Konsekuensi


la Manusia Pendapata Kerusakan Lingkungan Gangguan
Rutin Non Rutin
n Aset Usaha
1 Secara teori bisa terjadi, Secara teori bisa terjadi, tetapi 1 Tindakan < 5% < 5% nilai < Baku Mutu <5% < 2 X 24
tetapi belum pernah yakin tidak akan terjadi selama P3K aset Lingkungan jam
mengalami atau pernah pekerjaan berlangsung
mendengar terjadi. 2 Perawatan 5-15% 5-15% nilai Dapat pulih dengan 5-15% > 2 X 24
medis aset sendirinya < setahun jam
2 Pernah terjadi sekali pada Bisa terjadi, tetapi sangat kecil
suatu waktu yang tidak kemungkinan akan terjadi 3 Cacat 15-30% 15-30% nilai Dapat dipulihkan 15-30% > 2 X
diketahui dengan pasti sekali selama pekerjaan permanen aset dengan intervensi 24 jam
berlangsung 1 orang manusia dalam
waktu <12 bulan
3 Pernah terjadi dalam waktu 5 Bisa terjadi paling banyak 1
(lima) tahun terakhir kali selama pekerjaan 4 Kematian 1 30-50% 30-50% nilai Dapat dipulihkan 30-50% > 2 X
berlangsung orang; aset dengan intervensi 24 jam
cacat manusia dalam
4 Pernah terjadi dalam masa 3 Bisa terjadi 2-3 kali selama permanen waktu lama >12
(tiga) tahun terakhir pekerjaan berlangsung > 1 orang bulan
5 Pernah terjadi dalam masa 1 Bisa terjadi lebih dari 3 kali 5 Kematian > >50% >50% nilai Tidak dapat >50% > 2 X 24
(satu) tahun terakhir selama pekerjaan berlangsung 1 orang aset dipulihkan dengan jam
cara apapun.

Rating Skala
A 5-19
B 20– 39

R = P X Σ C 40– 69
(K1+K2+K3+K4+K5) D 70– 99
E 100- 125
Identifikasi Evaluasi Pengendalian
1 Bahaya 2 Risiko 3 Risiko

Pengukuran peluang:
• Penentuan skala peluang dengan melihat jenis kegiatan,
yaitu:
• kegiatan operasional rutin yang berulang setiap waktu atau dengan
hasil kegiatan yang sama atau hampir sama, atau
• kegiatan operasional non-rutin yang tidak berulang yang dilakukan
untuk masa tertentu dengan hasil kegiatan yang tidak-sama.
• Jika suatu sumber risiko dinilai mempunyai skala peluang
berbeda, maka yang digunakan adalah skala peluang yang
paling tinggi.
• Penentuan peluang kejadian dilakukan menggunakan Tabel-1.
Identifikasi Evaluasi Pengendalian
1 Bahaya 2 Risiko 3 Risiko

Pengukuran konsekuensi:
• Skala Konsekuensi ditentukan berdasarkan penjumlahan
terhadap 5 (lima) sub konsekuensi yaitu dampak terhadap
manusia, Pendapatan, Kerusakan Aset, dan Lingkungan serta
Gangguan Usaha,.
• Jika suatu sumber risiko dinilai mempunyai skala
konsekuensi berbeda, maka yang digunakan adalah skala
konsekuensi yang paling tinggi;
• Untuk skala sub konsekuensi pendapatan dan kerusakan
aset mengikuti skala K3, apabila belum ditetapkan nilai dari
suatu unit kerja oleh pengurus;
• Penentuan skala konsekuensi dilakukan menggunakan Tabel-
2.
Identifikasi Evaluasi Pengendalian
1 Bahaya 2 Risiko 3 Risiko

Langkah terakhir untuk mendapatkan


profil unit kerja, dilakukan dengan cara:
– Mengumpulkan semua rating risiko yang
didapatkan (A, B, C, D dan E);
– Jika hanya terdapat rating A, B, dan C
ditetapkan dengan memilih yang terbanyak
yaitu A atau B atau C;
– Jika terdapat rating D dan E, ditetapkan
dengan memilih yang terburuk, yaitu E
Identifikasi Evaluasi Pengendalian
1 Bahaya 2 Risiko 3 Risiko

Eliminasi

Substitusi

Rekayasa Teknis

Rekayasa Administratif

Alat Pelindung Diri


Formulir Penilaian Risiko
Unit Kerja : Tanggal :
Pekerjaan : Penilai:

Risiko
Akibat Kecelakaan dan Rating
No Pokok Kegiatan Potensi Bahaya Penyakit Akibat Kerja
Kendali Pelua Kons Skala
Risiko
ng ek

1 2 3 4 5 6 7 8 9
Formulir Penilaian Risiko
Unit Kerja : Bengkel/Workshop Maintenance Tanggal :
Pekerjaan : Pengelasan Penilai :

Risiko
Akibat Kecelakaan dan Rating
No Pokok Kegiatan Potensi Bahaya Penyakit Akibat Kerja
Kendali Pelua Kons Skala
Risiko
ng ek

1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Persiapan Alat dan Gas C2H2 Keracunan Kronik Regulator,Pemada 3 16 48 C
Bahan Kebakaran / Peledakan m api, sepatu
Cedera / Luka Memar
( K1: 4; K2: 4; K3: 4;K4: 2;
K5=2)

Material Besi Cedera / Luka Memar sepatu 2 5 10 A

Panas Dehidrasi / Heat Stress Pakaian kerja 3 5 15 A


2 Pengelasan Gas C2H2 Keracunan Regulator, 4 17 68 C
Kebakaran / Peledakan Pemadam api

Kilatan Sinar / Fotokeratittis Faceshields, local 5 10 50 C


Spark exhaust

Partikel Gram Gangguan Pernafasan & Face shields, local 5 10 50 C


mata exhaust, sarung
tangan

Panas Dehidrasi / Heat Stress Pakaian kerja 2 17 34 B

3 Penyelesaian Gas C2H2 Keracunan Kronik Regulator, 5 17 68 C


Pekerjaan Kebakaran / Peledakan Pemadam
Sepatu,
Cedera / Luka Memar

Panas Dehidrasi / Heat Stress Pakaian kerja 3 8 24 B


Penggerak Mula
• Perlengkapan Transmisi Tenaga Mekanik
• Mesin Perkakas Kerja

Mesin Gerinda
• Mesin Perkakas Kerja

Mesin Bubut CNC


• Mesin Perkakas Kerja

Alat Tuang (Sendok


Penuang Cairan
Logam)
• Mesin Perkakas Kerja

Mesin Pres
Mesin Produksi

Mesin Pintal & Tenun


Mesin Pintal & Tenun (wool)

Picking Machine Carding Machine Carding Machine

Roving Machine Dressing Machine

Dressing Machine
• Dapur
Tugas
• Lakukan analisa potensi bahaya pada gambar
mesin di atas.
IV. Penutup
• Analisa potensi bahaya PTP dapat digunakan
sebagai instrumen yang efektif dalam
menentukan upaya-upaya pencegahan
kecelakaan kerja
• Analisa potensi bahaya dapat di jadikan
pegangan pengawas sepesialis dalam
menjalankan tugas dan fungsinya.
• Digunakan sebagai bahan untuk pengawasan
PTP secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai