Anda di halaman 1dari 21

E F E K A N T I O K S ID A N E K S T R A K E TA N O L 7 0 % D A U N S A L A M

NURDIANA TANDI PARE


( S Y Z Y G I U M P O L YA N T H U M [ W I G H T. ] WA L P . ) PA D A S E R U M D A R A H T I K U S P U T I H J A N TA N G A L U R W I S TA R YA N G D I I N D U K S I
KARBON TETRAKLORIDA (CCL4)
 
MINI PROPOSAL
BAB 1 PENDAHULUAN
 
 
LATAR BELAKANG MASALAH

Dunia kesehatan saat ini semakin menaruh perhatian terhadap radikal bebas. Hal ini
dikarenakan semakin banyak bukti ilmiah yang mengindikasikan bahwa radikal
bebas dapat menyebabkan kerusakan DNA yang dapat menimbulkan berbagai
penyakit seperti diabetes dan kanker. Kerusakan DNA ini juga menyebabkan
gangguan sistem respon imun dan inflamasi jaringan (Desmarchelier et al, 2015).
Radikal bebas merupakan molekul atau atom apa saja yang tidak stabil karena
memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas ini
berbahaya karena amat reaktif mencari pasangan elektronnya. Radikal bebas yang
terbentuk dalam tubuh akan menghasilkan radikal bebas yang baru melalui reaksi
berantai yang akhirnya jumlahnya terus bertambah. Selanjutnya menyerang sel-sel
tubuh sehingga akan terjadi kerusakan jaringan (Sibuea, 2014).
Tubuh memerlukan antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan
radikal bebas dengan meredam dampak negatif senyawa ini. Vitamin C dan vitamin E
telah digunakan secara luas sebagai antioksidan karena lebih aman dan efek samping
yang ditimbulkan lebih kecil dibandingkan antioksidan sintetik. Antioksidan sintetik
seperti BHA (butil hidroksi anisol) dan BHT (butil hidroksi toluen) memiliki aktivitas
antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan vitamin C dan vitamin E (Han et al., 2014),
tetapi antioksidan sintesis ini dapat menimbulkan karsinogenesis (Kikuzaki et al., 2015).
Antioksidan dari tumbuhan dapat menghalangi kerusakan oksidatif melalui reduksi
dengan radikal bebas, membentuk kelat dengan senyawa logam katalitik, dan
menangkap oksigen (Khlifi et al, 2015). Oleh karena itu diperlukan eksplorasi
antioksidan alami untuk mendapatkan antioksidan dengan tingkat keamanan dan
aktivitas yang tinggi.
Daun salam (Syzygium polyanthum [Wight.] Walp.) mengandung
minyak atsiri (sitral dan eugenol), tanin dan flavonoid
(Dalimartha, 2013). Komponen fenolik yang terdapat dalam
tumbuhan memiliki kemampuan mereduksi yang berperan
penting dalam menyerap dan menetralkan radikal bebas, dan
dekomposisi peroksid (Javanmardi, 2013).
Secara empiris daun salam digunakan oleh masyarakat untuk
pengobatan pada penyakit kolesterol tinggi, kencing manis,
hipertensi, gastritis dan diare
). Alasan pemilihan daun salam karena pada penelitian sebelumnya menyatakan
bahwa ekstrak etanol daun salam dapat menurunkan kadar glukosa darah,
meningkatnya kadar glukosa dalam darah disebabkan oleh kerusakan pankreas
sehingga tidak dapat menghasilkan insulin, kerusakan pankreas ini dapat disebabkan
oleh senyawa radikal bebas yang merusak sel-sel pada pankreas sehingga tidak dapat
berfungsi (Studiawan, 2014).
Alasan lain, daun salam (Syzygium polyanthum ) merupakan tanaman satu genus
dengan daun dewandaru (Eugenia uniflora dengan sinonim Syzygium uniflora) yang
menurut penelitian daun dewandaru memiliki aktivitas sebagai antioksidan secara in
vitro, dengan mekanisme kerja menangkap radikal bebas.
Oleh sebab itu, perlu dibuktikan apakah daun salam yang satu genus dengan daun
dewandaru juga memiliki efek sebagai antioksidan, dibuktikan dengan efek
antioksidan daun salam terhadap karbon tetraklorida CCl4 yang merupakan penyebab
kerusakan sel.
 Perumusan Masalah
 
Permasalahan yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini adalah:
 
Apakah ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum [Wight.] Walp.) pada dosis tunggal dan berulang mempunyai aktivitas
sebagai antioksidan secara in vivo pada serum darah tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi karbon tetraklorida
(CCl4) ???

 Tujuan Penelitian
 
1. Membuktikan adanya efek antioksidan ekstrak etanol 70% daun salam dosis tunggal pada serum darah tikus putih jantan
galur Wistar yang diinduksi dengan karbon tetraklorida.
2. Membuktikan adanya efek antioksidan ekstrak etanol 70% daun salam dosis berulang pada serum darah tikus putih
jantan galur Wistar yang diinduksi dengan karbon tetraklorida.
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi tanaman
 
Salam tumbuh liar di hutan dan pegunungan, atau ditanam di pekarangan atau
disekitar rumah. Tanaman ini dapat ditemukan di dataran rendah sampai 1400
m dpl. Salam merupakan pohon dengan tinggi mencapai 25 m, batang bulat,
permukaan licin, bertajuk rimbun dan berakar tunggang. Daun tunggal, letak
berhadapan, panjang tangkai daun 0,5-1 cm. Helaian daun berbentuk lonjong
sampai elips atau bundar telur sungsang, ujung meruncing pangkal runcing,
tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas licin berwarna hijau tua,
permukaan bawah
berwarna hijau muda, panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm, jika diremas berbau harum. Bunga majemuk
yang tersusun dalam malai yang keluar dari ujung ranting, berwarna putih, baunya harum. Buahnya
buah buni, bulat, diameter 8-9 mm, buah muda berwarna hijau, setelah masak menjadi merah gelap,
rasanya agak sepat. Biji bulat, diameter sekitar 1 cm, berwarna coklat (Tjitrosoepomo, 2014).
Kandungan kimia
 
Daun salam mengandung saponin, triterpen, flavonoid, tanin, dan alkaloid. Minyak atsiri dalam daun
salam terdiri dari seskuiterpen, lakton dan fenol (Soedarsono et al., 2014).
Manfaat tanaman
 
Secara empiris daun salam digunakan untuk obat pada penyakit diabetes, jantung koroner, hipertensi,
sakit maag dan diare (Dalimartha, 2014)
Radikal Bebas
 
 Pengertian radikal bebas

 
Radikal bebas adalah atom atau gugus apa saja yang memiliki satu/lebih
elektron yang tidak berpasangan yang dapat bertindak sebagai akseptor
elektron (Zimmerman, 2016). Karena jumlah elektron ganjil, maka tidak
semua elektron dapat berpasangan. Suatu radikal bebas tidak bermuatan
positif/negatif, maka spesi semacam ini sangat reaktif karena adanya elektron
tidak berpasangan (Fessenden and Fessenden, 2016).
Karbon Tetraklorida
 
Karbon tetraklorida (CCl4) adalah cairan yang mudah terbakar, jernih, tidak
berwarna, sifat pelarutnya sama dengan kloroform. Dapat bercampur dengan
alkohol, eter, benzen dan pelarut organik lainnya, tetapi praktis tidak larut dalam air.
Harus disimpan dalam wadah tertutup dan kedap cahaya (Doerge, 2014).
Oksidasi dapat dihambat oleh berbagai macam cara diantaranya mencegah masuknya
oksigen, penggunaan temperatur yang rendah, inaktivasi enzim yang mengkatalis
oksidasi, mengurangi tekanan oksigen dan penggunaan pengemas yang sesuai. Cara
lain untuk melindungi terhadap oksigen adalah dengan menggunakan bahan
tambahan spesifik yang dapat menghambat oksidasi yang secara tepat disebut
dengan penghambat oksidasi (oxidation inhibitor), tetapi baru-baru ini lebih sering
disebut antioksidan (Pokorni et al., 2014).
 Keterangan Empiris

 
Diharapkan dari penelitian ini didapatkan data ilmiah tentang efek
antioksidan ekstrak etanol 70% daun salam (Syzygium polyanthum [Wight.]
Walp.) dosis tunggal dan dosis berulang pada tikus putih jantan galur Wistar
yang diinduksi karbon tetraklorida (CCl4).
METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian
 
Penelitian ini rencana akan di lakukan penelitian eksperimental semu dengan rancangan
acak lengkap pola searah sebagai penelitian pendahuluan untuk mengetahui efek
antioksidan ekstrak etanol 70% daun salam.
Penyiapan bahan
 
Daun salam yang didapat dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari dengan
ditutup kain hitam. Kemudian pengeringan dilanjutkan dengan oven 50oC - 60oC. Daun
salam yang telah dikeringkan diserbuk dengan cara diblender kemudian diayak dengan
ayakan no. 100.
Definisi Operasional Penelitian
Variabel dalam penelitian ini yg akan dilakukan diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :
 
Variabel bebas :
 
 Konsentrasi ekstrak etanol 70% daun salam.

 
 Dosis pemberian ekstrak etanol 70% daun salam.

 
Variabel tergantung :
 
Kadar MDA (malonaldehid) serum darah tikus putih jantan galur Wistar pada jam ke-24
dan jam ke-48.
 
Variabel terkendali :
 
Tanaman Uji
 
Tanaman uji yang digunakan adalah daun salam yang sudah tua
diperoleh
Hewan uji
Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar, umur 2-3
bulan, sehat dengan berat badan 100-200 gram.

 Metode penyarian : maserasi.

 
 Larutan penyari : etanol 70%.

 
 Suhu pengeringan : 50oC–60oC.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan :
Tanaman uji yang akan digunakan dalam penelitian adalah daun Salam yang sudah tua,
Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar dengan umur 2- 3
bulan, sehat dengan berat badan 100-200 gram yang didapat.
Reagen yang digunakan adalah etanol 70%, karbon tetraklorida (CCl 4), paraffin cair,
CMC Na 0,5%, 1, 1, 3, 3-tetrametoksipropan, aquadest, trichloro acetat (TCA) dan
thiobarbituric acid (TBA).
Alat yang digunakan :
Timbangan hewan (Ohaus), jarum peroral, spuit injeksi, holder tikus, ependorf,
sonifikator (Branson), spektrofotometer uv-vis (Shimadzu), mikropipet, kuvet,
penangas air, centrifuge, vortek, minispins (ependorf), mikropipet, timbangan analitik,
alat-alat gelas.
Jalannya Penelitian
 
Determinasi tanaman salam
 
Determinasi tanaman ini adalah untuk menetapkan kebenaran sampel tanaman salam yang berkaitan dengan ciri-
ciri makroskopis dengan mencocokkan ciri-ciri morfologi tanaman terhadap pustaka.
Penyiapan bahan
 
Daun salam yang didapat dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam.
Kemudian pengeringan dilanjutkan dengan oven 50 oC - 60oC. Daun salam yang telah dikeringkan diserbuk
dengan cara diblender kemudian diayak dengan ayakan no. 100.
Pembuatan ekstrak daun salam
 
Pembuatan ekstrak etanol 70% daun salam menggunakan metode maserasi, karena maserasi tidak memerlukan
proses pemanasan sehingga dapat menghindari rusaknya zat-zat dalam simplisia yang tidak tahan pemanasan.
Kurang lebih 600 gram serbuk daun salam dimasukkan dalam panci kemudian diberi etanol 70% sebanyak 7,5
kali serbuk daun salam (4,5 L). Kemudian diaduk-aduk, ditutup dan didiamkan selama 5 hari ditempat terlindung
cahaya, sambil berulang kali diaduk. Setelah 5 hari filtrat diambil dengan cara disaring dengan kertas saring.
Ampas yang didapat diremaserasi.
Jalannya Penelitian
 

Determinasi tanaman salam

Penyiapan bahan

Pembuatan ekstrak daun salam

pembuatan sediaan ekstrak etanol daun salam

Penetapan dosis karbon tetraklorida (CCl4)

Pembuatan larutan karbon tetraklorida (CCl4) 11,2% (v/v)

Perhitungan dosis ekstrak daun salam

Penelitian pendahuluan : Penetapan panjang gelombang maksimum, Penentuan operating time (OT),
Penetapan waktu pembentukan toksik dari karbon tetraklorida, Optimasi waktu pemberian ekstrak
etanol 70% daun salam , Penetapan waktu pengambilan serum., Perlakuan hewan uji, Pembuatan
serum, Penetapan kadar MDA (Kadar MDA diukur pada serum darah menurut metode Wills ).

 
 
 
 
 
 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai