Anda di halaman 1dari 34

PENYELIDIKAN, INVESTIGASI, DAN

PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN SERTA


PRODUK HUKUM HASIL PEMERIKSAAN
PAJAK

NAMA KELOMPOK :
1. AGNES NOVITA (2017222350118)
2. DWI PUJI ASTUTI (2017222350107)
3. EMMA APRIANTI E. JUNAEDI (2017222350109)
01

02

03

Penyelidikan, Investigasi 04
dan Pemeriksaan Bukti
Permulaan 05

06
Pengertian Penyelidikan, Investigasi dan Pemeriksaan
Bukti Permulaan
• Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan
suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau
tidaknya dilakukan penyidikan.

• Menginvestigasi dalam suatu pemeriksaan pajak adalah suatu subsistem dari kegiatan
penyidikan, sedangkan kegiatan menginterogasi kepada Wajib Pajak untuk memperoleh
bahan keterangan melalui tanya jawab secara langsung tentang dugaan tindak pidana di
bidang perpajakan dengan jalan pembicaraan atau wawancara yang dilakukan secara
sistematik dan terkontrol oleh Pemeriksa Pajak Bukti Permulaan.

• Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan


bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang
perpajakan.
Tugas dan Wewenang Penyidik
Menerima, mencari,
Meminta keterangan dan bahan
mengumpulkan, dan meneliti
bukti dari orang pribadi/badan
01 keterangan atau laporan berkenaan 03 terkait dengan tindak pidana
dengan tindak pidana perpajakan.
perpajakan.

Meneliti, mencari, dan


mengumpulkan keterangan
mengenai orang pribadi / badan
Memeriksa buku, catatan, dan
02 dokumen lain berkenaan
tentang kebenaran perbuatan yang
dilakukan terkait dengan tindak
04 dengan tindak pidana
pidana perpajakan. perpajakan.
Tugas dan Wewenang Penyidik

Melakukan penggeledahan untuk Menyuruh berhenti/melarang


mendapatkan bahan bukti seseorang meninggalkan ruangan
pembukuan, pencatatan, dan atau tempat pada saat pemeriksaan
05 dokumen lain, serta melakukan 07 sedang berlangsung dan memeriksa
penyitaan terhadap bahan bukti identitas orang, benda, dan/atau
tersebut. dokumen yang dibawa.

Meminta bantuan tenaga ahli


06 dalam pelaksanaan tugas Memotret seseorang yang berkaitan
penyidikan. 08 dengan tindak pidana perpajakan.
Penghentian Penyidikan

Berdasarkan Pasal 44A UU KUP, penyidikan akan dihentikan apabila


tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa yang disidik bukan merupakan tindak
pidana perpajakan. Penyidikan juga dapat dihentikan apabila peristiwa tersebut
telah daluwarsa atau tersangkanya telah meninggal dunia. Selain itu, merujuk
Pasal 44B ayat (1), untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan
Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan tindak pidana
di bidang perpajakan paling lama 6 bulan sejak tanggal surat permintaan
penghentian penyidikan.
Penyesuaian Penyidikan 01

02
Penyesuaian di bidang penyidikan dalam tatanan kenormalan baru salah
satunya adalah penyampaian surat pemberitahuan dimulainya penyidikan 03
(SPDP) dalam bentuk digital baik kepada penuntut umum maupun tersangka.
Namun, salinan cetak SPDP juga harus dikirimkan melalui pos dan/atau jasa 04
kurir/ekspedisi pada hari yang sama dengan pengiriman SPDP dalam bentuk
digital. Selain itu, pemeriksaan terhadap saksi, ahli, ataupun tersangka dapat
05
dilakukan melalui video conference. Penyesuaian dan ketentuan lebih lanjut
dapat disimak pada Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor 
06
SE-34/PJ/2020.
Metode Investigasi
Adapun beberapa metode yang dapat dilakukan untuk menginvestigasi terhadap pelaku dugaan
tindak pidana :
• pertama, permasalahan “organism conditioning” yaitu : mengatur lingkungan, memupuk
iklim/suasana agar supaya pelaku dugaan tindak pidana bersedia memberikan
kesaksian/pengakuan.
• Kedua, dalam mengantisipasi bahwa pelaku dugaan tindak pidana perpajakan akan
memberikan keterangan yang tidak benar atau palsu untuk menghidari penjatuhan hukuman
yang nantinya akan dijatuhkan oleh Pemeriksa Pajak Bukti Permulaan maka Pemeriksa
Pajak Bukti Permulaan berusaha mengekplorasi dan pemecahan/ penyelesaian masalah
perlu diindentifikasi lebih awal, karena pengakuan yang tidak benar atau palsu merupakan
bahan yang sangat berguna bagi Penyidik Pajak untuk melakukan interogasi, sebab sebagai
subyek pelaku dugaan tindak pidana akan menjerat dirinya sendiri ke dalam defens
psikologis daripada fantasi, suatu sintitesa daripada kenyataan yaitu orang mulai berbohong
harus kerja keras untuk tetap bertahan dalam kebohongannya.
Usul Pemeriksaan Bukti Permulaan
01
Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan, atau benda
yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi suatu tindak
pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian pada 02
pendapatan negara.
1. Dalam hal Pemeriksaan yang dilakukan merupakan Pemeriksaan atas permohonan pengembalian 03
kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP,
usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka harus memperhatikan jangka waktu
penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak pajak tersebut. 04
2. Dalam hal usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka disetujui oleh pejabat yang
berwenang, pelaksanaan Pemeriksaan ditangguhkan dengan membuat laporan kemajuan
Pemeriksaan. 05
3. Penangguhan Pemeriksaan harus diberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak bersamaan
dengan disampaikannya surat pemberitahuan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka. 06
4. Buku, catatan, dan dokumen yang terkait dengan Pemeriksaan yang ditangguhkan diserahkan
kepada Pemeriksa Bukti Permulaan dengan membuat berita acara yang ditandatangani Pemeriksa
Pajak dan pemeriksan bukti permulaan.
5. Fotokopi berita acara diserahkan kepada Wajib Pajak.
01

02

03

Produk Hukum Hasil 04

Pemeriksaan Pajak 05

06
Contoh Bentuk Produk Hukum Hasil
Pemeriksaan Berdasarkan PMK Nomor PER- 01

29/PJ/2013 02

03

04

05

06

SKPKB SKPKBT
01

02

10-7= 9-7= 03
Monkeys Frogs
04

05
14-
1x1=
10= 06
Chicks Pigs

SKPLB SKPN STP


1
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) 01

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya 02
jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak,
besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar. 03

SKPKB diterbitkan dalam hal : 04


• Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau
kurang dibayar.
• Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam 05
Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana
ditentukan dalam Surat Teguran
• Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak Pertambahan Nilai 06
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih
pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% (nol persen).
2
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) 01

02
Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada
Pasal 13 ayat (1) huruf b, c dan d Undang-Undang KUP ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar : 03

• 50% (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam 04
satu Tahun Pajak;
• 100% (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak
05
atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi
tidak atau kurang disetor; atau
• 100% (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak 06
Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar.
3
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) 01

• Besarnya pajak yang terutang yang diberitahukan oleh Wajib Pajak dalam Surat 02
Pemberitahuan menjadi pasti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun, setelah saat terutangnya pajak 03
atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak tidak diterbitkan
surat ketetapan pajak. 04
• Walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% 05
(empat puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, apabila
Wajib Pajak setelah jangka waktu tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada 06
pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.
4 Contoh 01
Wajib Pajak PT A mempunyai penghasilan kena pajak selama tahun pajak 2011 (24
bulan) sebesar Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan menyampaikan Surat 02
Pemberitahuan PPh tepat waktu. Pada bulan April 2015 berdasarkan hasil pemeriksaan
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar maka sanksi bunga dihitung sebagai 03
berikut :
Keterangan Nilai dalam Rupiah 04
Penghasilan kena pajak (1) 100.000.000
Pajak yang terutang (25%) (2)=(1)*25% 25.000.000 05
Kredit pajak (3) (10.000.000)
Pajak yang kurang dibayar (4)=(2)-(3) 15.000.000 06
Bunga 24 bulan
(5)=(4)*24*2% 7.200.000
(24 x 2% x Rp.15.000.000)
Jumlah pajak yang masih harus
(6)=(4)+(5) 22.200.000
dibayar
1
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan 01
(SKPKBT)
• Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang 02
menentukan tambahan atas jumlah pajak yang ditetapkan.
03
• Dapat diterbitkan oleh Direktur Jendral Pajak dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau 04
Tahun Pajak apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah
pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan 05
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.

• Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar 06
Tambahan ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus
persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
2
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan 01
(SKPKBT)
• Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dikenakan apabila Surat 02
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan itu diterbitkan berdasarkan keterangan
tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri, dengan syarat Direktur Jendral Pajak 03
belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan. 04
• Apabila jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat,
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi 05
administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari jumlah
pajak yang tidak atau kurang dibayar, dalam hal Wajib Pajak setelah jangka waktu 5
(lima) tahun tersebut dipidana karena melakukan tinda pidana di bidang perpajakan 06
atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
3
CONTOH 01

02
• Terhadap Wajib Pajak PT A pernah diterbitkan SKPKB pada bulan April
2015 dengan nilai pokok pajak yang kurang dibayar senilai Rp,15.000.000,- 03
(lima belas juta rupiah). Berdasarkan hasil pemeriksaan, diketahui bahwa
penghasilan kena pajak seharusnya bukan Rp.100.000.000,- (seratus juta 04
rupiah) namun senilai Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Pada bulan
April 2016 berdasarkan hasil pemeriksaan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak 05
Kurang Bayar Tambahan maka sanksi kenaikan dihitung sebagai berikut :
06
4
Keterangan Nilai dalam Rupiah 01
Penghasilan kena pajak (1) 200.000.000
Pajak yang terutang (25%) (2)=(1)*25% 50.000.000 02
Kredit pajak (3) (10.000.000)
SKPKB sebelumnya (pokok 03
(4) (15.000.000)
pajak)
Pajak yang kurang dibayar (5)=(2)-(3)-(4) 25.000.000 04
Kenaikan 100% (100% x
(6)=(4)+(5) 25.000.000
Rp.25.000.000) 05
Jumlah pajak yang masih harus
50.000.000
dibayar 06
1
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) 01

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan 02
pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau
seharusnya tidak terutang. 03

Direktur Jendral Pajak, setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak 04
yang terutang. Adapun kondisi lebih bayar untuk masing-masing jenis pajak adalah sebagai berikut :
Pajak Penghasilan apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang;
05
• Pajak Pertambahan Nilai apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang
terutang.
• Jika terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, jumlah pajak yang 06
terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut oleh
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut; atau
• Pajak Penjualan Atas Barang Mewah apabila jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada
jumlah pajak yang terutang.
2
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) 01

02

Berdasarkan permohonan Wajib Pajak, Direktur Jendral Pajak, setelah 03


meneliti kebenaran pembayaran pajak, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar apabila terdapat pembayaran pajak yang seharusnya tidak 04
terutang, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan. 05

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar masih dapat diterbitkan lagi apabila 06
berdasarkan hasil pemeriksaan dan/atau data baru ternyata pajak yang lebih
dibayar jumlahnya lebih besar daripada kelebihan pembayaran pajak yang
telah ditetapkan.
3 CONTOH
01

Wajib Pajak diterbitkan SKPLB :


02

Keterangan Nilai dalam Rupiah 03

Penghasilan kena pajak (1) 200.000.000 04

Pajak yang terutang 05


(2)=(1)*25% 50.000.000
(25%)

Kredit pajak (3) (70.000.000) 06

Jumlah pajak yang lebih


(4)=(2)-(3) (20.000.000)
dibayar
1
Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) 01

Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) diterbitkan berdasarkan ketentuan Pasal 02


17A Undang-Undang KUP. Berikut beberapa ketentuan terkait dengan
penerbitan SKPN : 03

1. Direktur Jendral Pajak, setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan 04


Surat Ketetapan Pajak Nihil apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak
yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak 05
terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak
06
2
Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) 01

2. Adapun kondisi pajak nihil untuk masing-masing jenis pajak adalah sebagai berikut 02
:
• Pajak penghasilan apabila jumlah kredit pajak sama dengan pajak yang terutang 03
atau pajak yang tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
• Pajak Pertambahan Nilai apabila jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak
04
yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. Jika terdapat
pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai jumlah pajak y ang
terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan pajak 05
yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut; atau
• Pajak Penjualan atas Barang Mewah apabila jumlah pajak yang dibayarkan sama 06
dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada
pembayaran pajak.
3
Contoh 01

Wajib Pajak diterbitkan SKPN : 02

03
Keterangan Nilai dalam Rupiah
Penghasilan kena pajak (1) 200.000.000 04
Pajak yang terutang
(2)=(1)*25% 50.000.000
(25%) 05

Kredit pajak (3) 50.000.000


06
Jumlah pajak yang
(4)=(2)-(3) NIHIL
masih harus dibayar
1
Surat Tagihan Pajak (STP) 01

Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau 02
sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. STP diterbitkan
berdasarkan ketentuan Pasal Undang-Undang KUP. 03

Ketentuan penerbitan KUP : 04


1. Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila :
• Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar 05
• Dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai
akibat salah tulis dan/atau salah hitung 06
2
Surat Tagihan Pajak (STP) 01

• Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga. 02


• Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak
membuat daktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu
03
• Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak
mengisi faktur pajak secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat
(5) Undang-Undang Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya 04
• Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa
penerbitan faktur pajak 05
• Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a) 06
Undang-Undang Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya
3
Surat Tagihan Pajak (STP) 01

2. Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama 02

dengan surat ketetapan pajak.


03
3. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Tagihan
Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a dan 04
huruf b Undang-Undang KUP ditambah dengan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) perbulan untuk 05
paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun 06
Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat
Tagihan Pajak
4
Surat Tagihan Pajak (STP) 01

4. Terhadap pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud 02


pada Pasal 14 ayat (1) huruf d, huruf e, atau huruf f Undang-Undang KUP,
selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai sanksi administrasi 03
berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak.
5. Terhadap Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 04
ayat (1) huruf g Undang-Undang KUP dikenai sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% (dua persen) perbulan dari jumlah pajak yang ditagih 05
kembali, dihitung dari tanggal penerbitan Surat Keputusan Pengembalian
Kelebihan Pembayaran Pajak sampai dengan tanggal penerbitan Surat 06
Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan
5
Contoh 01

Wajib Pajak diterbitkan STP karena Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi 02
berupa denda karena keterlambatan pelaporan SPT Masa PPN masa
Desember 2015 : 03

Keterangan Nilai dalam Rupiah


04
Pajak yang harus dibayar (1) 0
Telah dibayar (2) 0
05
Kurang dibayar (3)=(1)-(2) 0
Sanksi administrasi denda 06
(4) 500.000
Pasal 7 KUP
Jumlah yang masih harus
(5)=(3)+(4) NIHIL
dibayar
Kegiatan Pembuktian Tindak Pidana Pajak 01

02

Tindak Pidana di Bidang Perpajakan atau Tindak Pidana Perpajakan 03


adalah informasi yang tidak benar mengenai laporan yang terkait
04
dengan pemungutan pajak dengan menyampaikan surat
pemberitahuan (SPT), tetapi yang isinya tidak benar atau tidak
05
lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga
dapat menimbulkan kerugian negara dan kejahatan lain yang diatur 06
dalam undang-undang perpajakan.
KESIMPULAN 01

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa produk hukum pemeriksaan khususnya
untuk tujuan menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, pada ranah administrasi adalah 02
berupa penerbitan surat ketetapan pajak dan atau Surat Tagihan Pajak. Produk hukum dari
Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah ditindaklanjuti dengan Penyidikan, Perdebatan pendapat 03
terkait saat penentuan wajib pajak apakah dilakukan pemeriksaan atau pemeriksaan bukti permulaan
dalam hal terjadi pelanggaran hukum menjadi polemik sampai dengan saat ini.
04
Penyelidikan, investigasi dan pemeriksaan bukti permulaan adalah rangkaian yang dilakukan oleh
fiskus dalam menerapkan keadilan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan, jika terjadinya kendala
05
atau keganjalan dalam pelaporan pajak suatu wajib pajak, hasil dari pada pemeriksaan adalah berupa
produk hukum seperti Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan Pajak 06
Nihil (SKPN), Surat Tagihan Pajak (STP) serta Kegiatan Tindak Pidana Pajak
01

02

03

THANK 04

YOU 05

06

Anda mungkin juga menyukai