Anda di halaman 1dari 51

INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA

Oleh
Nur Isnaini
MASALAH PADA LANSIA
 Kurang bergerak(immobility),
 Infeksi(infection),
 Berdiri dan berjalan tidak stabil(instabili-ty),
 Gangguan intelektual/dementia(intellectual
impairment),
 Sulit buang airbesar(impaction),
 Depresi(isolation)
 Menderita penyakit dari obat-obat(ia-trogenesis),
 Daya tahan tubuh menurun(immune deficiency),
 Gangguan tidur(insomnia)
 Buang air kecil (urinary incontinence).
- Dianggap biasa
PASIEN - Malu
- Tidak yakin bisa mengobatinya

Perawat =????
DEFINISI ::SANGAT
DEFINISI SANGATBERAGAM
BERAGAM

1. DEFINISI KELUARNYA URIN


- Sulit menahan kencing sampai ke toilet
- Keluarnya urin tak terkendali
- Hilangnya kontrol urin
- Basah pada “ underpants”

2. DEFINISI KEPARAHANNYA
- Sekali - Tiga kali
- Dua kali - Menimbulkan problem sosial & hygienes

3. DEFINISI KEKERAPAN
- Selalu - Minggu lalu
- Tahun lalu - Setiap hari
- Bulan lalu
 KELUARNYA URIN YANG TAK DISADARI

( INVOLUNTARY ) DALAM JUMLAH YANG CUKUP

ATAU SERING SEHINGGA MENGGANGGU AKTIVITAS

SOSIAL DAN KEBERSIHAN DIRI

 Keluhan keluarnya urin di luar kehendak sehingga

menimbulkan masalah sosial dan/atau kesehatan

(International Continence Society).


DAMPAKNYATERHADAP
DAMPAKNYA TERHADAPKUALITAS
KUALITASHIDUP
HIDUP
SANGATBESAR
SANGAT BESAR

1. FISIK
1. FISIK Iritasi
 Iritasikulit,
kulit,roboh,
roboh,UTI`s
UTI`s
2. PSIKOLOGIK
2. isolasi,
PSIKOLOGIK  isolasi,depresi,
depresi,dependen
dependen
3. SOSIAL
3. SOSIAL stres
 streskeluarga,
keluarga,teman,
teman,
pengasuh,hospitalisasi
pengasuh, hospitalisasi
4. EKONOMI
4. biaya
EKONOMI  biayatinggi
tinggi
FISIOLOGI

Berkemih adalah suatu proses kompleks


yang membutuhkan aktivitas neuromuskuler
terintegrasi, termasuk mekanisme anatomi
dan neurologis

Terdiri dari 2 fase :


Fase pengisian dan penyimpanan
Fase ekspulsi / pengosongan
Fase pengisian dan penyimpanan :
 Tekanan detrusor relatif konstan ok
kemampuan dari bladder compliance
 Terjadi kontraksi dari bladder neck dan
spingter uretra
Fase ekspulsi / pengosongan
 Kontraksi otot detrusor
 Relaksasi spingter uretra
 Peningkatan tekanan intra abdominal
Fase pengisian
 Pada fase pengisian terjadi kontrol persarafan
simpatis, yang berasal dari T11-T12-L1-L2 melalui
nervus hipogastrika
  Memberi pengaruh pada reseptor
adrenergik :
β adrenergik ----relaksasi otot detrusor
α adrenergik (blader neck dan spingter interna)----
kontraksi
  Mekanisme kontinensia urin
fase pengosongan

Vesika urinaria ~ kapasitas-keinginan


berkemih
 Saraf sensorik dari KK--dikirim ke medula
spinalis dan diteruskan menuju SSP-
mengaktifkan pengaruh parasimpatis yang
berasal dari S2-S4
 kontraksi detrusor
 Simultan menghambat pengaruh simpatis pada
blader neck dan spingter uretra interna
 Relaksasi`
tipe incontinensia urin
 Akut=<6bulan berkaitan dengan kondisi sakit akut dan menghilang jika
kondisi akut teratasi
8 Penyebab
 D=Delirium atau kebingungan
 I = Infection
 A= Atrophic Uretritis atau Vaginitis
 P =Pharmaceuticals
 P =Psychological Disorder
 E= Excessive Urin Output– karena intake cairan, alkoholisme
diuretik, pengaruh kafein.
 R =Restricted Mobility – dapat penurunan kondisi fisik lain yang
mengganggu mobilitas untuk mencapai toilet.
 S= Stool Impaction – dapat pengaruh tekanan feses pada kondisi
konstipasi akan mengubah posisi pada kandung kemih dan
menekan saraf.
KRONIK

Penyebab
1.Otot kk lemah-Menurunnya kapasitas kandung
kemih akibat hiperaktif (200ml)---frek BAK
meningkat
2.Kegagalan pengosongan kandung kemih akibat
lemahnya kontraksi otot detrusor.
3.Aktifitas kendali sfingter dan destrusor hilang---
BAK tanpa sadar.
1. Urge Incontinence
(Detrusor overactivity)

2. Stress Incontinence
(Sphincter Malfunction)

3. Over Flow Incontinence


( Retensio Urin )

4. Fungsional
URGE INCONTINENCE

1. Transien (sementara) : obat dan infeksi


2. Menetap : Demensia, Parkinson, Stroke, Idiopatik
(Detrusor Instability)

STRESS INCONTINENCE

1. Transien : obat anti – HT (α blocking, β adrenergic agonist)

2. Menetap : Urethral Prolaps, Intrisik Urethral Deficiency )


OVERFLOW INCONTINENCE

1. Transien : obat, fecal impaction

2. Menetap : BPH, neuropati diabetika, multiple


sclerosis, amyloidosis, syphylis,
keracunan logam berat
STRESS INCONTINENCE

 Urin keluar tidak terkontrol akibat peningkatan


tekanan didalam perut-melemahnya otot dasar
panggul-operasi dan penurunan estrogen.

 Gejala ---kencing sewaktu batuk,mengedan, tertawa,


bersin, berlari, atau hal yang lain yang meningkatkan
tekanan pada rongga perut.

 Pengobatan (misalnya dengan Kegel exercises, dan


beberapa jenis obat-obatan), maupun dengan operasi.
Urge Incontinence (Detrusor overactivity)

 Keadaan otot destrusor kandung kemih yang tidak


stabil, di mana otot ini bereaksi secara berlebihan
ketidakmampuan menunda berkemih setelah sensasi
berkemih muncul, karena otot kandung kemih (otot
destrusor) tidak stabil.
 Tanda--ketidakmampuan menunda berkemih setelah
sensasi berkemih muncul manifestasinya dapat
merupa perasaan ingin kencing yang mendadak
(urge), kencing berulang kali (frekuensi) dan
kencing di malam hari (nokturia).
overflow
 Urin mengalir keluar akibat isinya yang sudah terlalu
banyak di dalam kandung kemih,
 Penyebab--otot detrusor kandung kemih lemah,
gangguan saraf akibat dari penyakit diabetes, cedera
pada sumsum tulang belakang, dan saluran kencing
yang tersumbut.
 Gejalanya berupa rasanya tidak puas setelah kencing
(merasa urin masih tersisa di dalam kandung kemih),
urin yang keluar sedikit dan pancarannya lemah.
FUNGSIONAL

 Akibat penurunan yang berat dari fungsi


fisik dan kognitif sehingga pasien tidak
dapat mencapai ketoilet pada saat yang
tepat.
Terjadi pada demensia berat, gangguan
neurologic, gangguan mobilitas dan
psikologik
PATOFISIOLOGI ::
PATOFISIOLOGI

1.1.Aktivitas
Aktivitasotot
ototdetrusor
detrusorberlebihan
berlebihan

2.Gangguan
2. Gangguanfungsi
fungsisfinger
sfinger

3.3.Retensi
Retensiurin
urin

NB : Ketiganya (Transien atau menetap)


FAKTOR TRANSIEN  DICARI

1. OBAT
(DIURETIK, CAFFEIN, PENENANG, ALKOHOL)

2. METABOLIK DAN NEUROLOGIK


(Hiposekmia, Delirium, Hiperglikemia,
Hiperkalsemia, Minum banyak)

3. INFEKSI
( UTI, Atropic Vaginitis )
dx
 Tes urine--Tes ini dilakukan untuk mendeteksi gangguan saluran
kemih, seperti infeksi atau perdarahan.
 Pengukuran jumlah urine--Pengukuran jumlah urine dilakukan
untuk mengetahui apakah ada urine yang tersisa setelah kandung
kemih dikosongkan sepenuhnya.
 USG saluran kemih--Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat
adanya kelainan pada struktur saluran kemih.
 Sistoskopi--Sistoskopi merupakan pemeriksaan dengan alat
berupa selang berkamera, untuk melihat kondisi kandung kemih
secara lebih jelas.
 Pemeriksaan urodinamik--Pemeriksaan ini dilakukan dengan
memasukkan selang kateter ke dalam kandung kamih, untuk
mengetahui kekuatan otot kandung kemih dalam menampung
cairan.
1.1.HISTORY
HISTORY==RIWAYAT
RIWAYAT==ANAMNESIS
ANAMNESIS
2.2.PEMERIKSAAN
PEMERIKSAANFISIK FISIK
3.3.TES
TESPENUNJANG
PENUNJANG::
-Urinalisis
-Urinalisis
PostVoid
-- Post VoidResidual
Residual(PVC)
(PVC)volume
volume
Cystometri
-- Cystometri
Tesstres
-- Tes stres
UrinFlowmetri
-- Urin Flowmetri
Fungsirenal
-- Fungsi renal
Cystoscopy
-- Cystoscopy
Cytologi
-- Cytologi
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA
DENGAN INCONTINENSIA URIN
ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN

Riwayat Kesehatan Klien


Pengkajian riwayat kesehatan pada pasien
dengan UI meliputi :
Keluhan utama terkait dengan perasaan
subjektif klien terhadap masalah saat berkemih,
ketidak mampuan menahan kencing, kebocoran
urin, penggunaan diappers
Storage Lower Urinary Symtoms (LUTS), untuk
mengetahui ini pertanyaan yang harus di jawab
klien adalah berapa kali klien BAK dalam satu
hari, berapa lama klien dapat melakukan aktivitas
antara waktu berkemih.
Riwayat penyakit, operasi, gangguan obstetri dan ginekologi

Obat-obatan yang dikonsumsi

Kapan UI mulai terjadi, durasi atau lama mengalami UI


Kondisi yang memicu UI seperti batuk, mengejan, keinginan berkemih yang
kuat

Tanda gejala yang menunjukkan kemampuan penampungan bladder seperti


frequency, urgency, nocturia
Tanda gejala pada setiap berkemih seperti intermittency, pancaran kencing
lemah, tetesan urin pada akhir berkemih, mengejan

Riwayat Psikologi dan Sosial, dalam pengkjian ini fungsi seksual juga
menjadi unsur yang harus dikaji pada klien untuk mengetahui kemungkinan
kebocoran urin saat melakukan hubungan seksual
Pengkajian Fisik

 Pengkajian umum dan kemampuan fungsional,


kemampuan fungsional meliputi kemampuan
klien untuk melakukan mobilisasi, kesadaran
dan ketangkasan.

 Metode yang dapat digunakan untuk menguji


klien adalah dengan meminta klien berjalan dari
meja periksa ke tempat tidur, meminta klien
berkemih untuk pemeriksaan spesimen urin.
Lakukan pengkajian untuk melihat adanya
abnormalitas yang berpengaruh langsung
terhadap UI
Pengkajian Kekuatan otot pelvis, tujuan
pemeriksaan ini adalah untuk melihat fungsi
neuromuskular dan kemampuan otot dasar
panggul yang sangat berperan saat berkemih.
Metode yang digunakan adalah dengan
meminta klien mengkontraksikan dan
merilekskan bagaian otot dasar panggul.
Pengkajian terhadap kulit sekitar
perineal untuk melihat adanya lesi atau
ekskoriasi terkait dengan seringnya
kebocoran berkemih.
Pengkajian rektal, pada wanita
kepentingan pengkajian rektal untuk
memvalidasi penyebab terjadinya UI yaitu
mengkaji adanya massa atau tumor.
Observasi kebocoran urin secara
langsung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan
meminta klien untuk batuk saat bladder
dalam keadaan penuh sehingga dapat
diamati terjadinya UI.
Kebocoran urin saat batuk dapat diamati
pada saat klien dalam posisi supine atau
berdiri.
Buku Harian Berkemih
Buku Harian Berkemih Anda
Buku harian ini akan membantu Anda dan tim petugas kesehatan. Buku Nama Anda :
harian berkemih ini membantu menunjukkan penyabab gangguan kontrol Tanggal:
kandung kemih. “contoh” (di bawah) menunjukkan bagaimana penggunaan
buku harian ini.

Apakah Anda merasakan


keinginan yang sangat Apakah yang Anda
Minum Berkemih Mengompol kuat untuk berkemih ? lakukan pada saat itu?

Bersin, kerja fisik,


Berapa banyak ? melakukan hubungan
Jenis Berapa Berapa (sedikit, sedang, Berapa banyak ? (sedikit, seksual, mengangkat,
Waktu apa banyak kali banyak) sedang, banyak) dll
Contoh kopi 2 cangkir 12 banyak banyak ya tertawa
6–7 AM
7–8 AM
8–9 AM
9–10 AM
10–11 AM
11–12 PM
12–1 PM
1–2 PM
2–3 PM
3–4 PM
4–5 PM
Diagnosa dan intervensi keperawatan

Inkontinensia b/d kelemahan otot pelvis

• Kriteria hasil: Klien akan melaporkan suatu


pengurangan/ penghilangan inkonteninsia,
klien dapat menjelaskan penyebab
Kaji kebiasaan pola berkemih dan dan
gunakan catatan berkemih sehari.
Pertahankan catatan harian untuk mengkaji
efektifitas program yang direncanakan.
Observasi meatus perkemihan untuk
memeriksa kebocoran saat kandung kemih.
Intruksikan klien batuk dalam posisi litotomi,
jika tidak ada kebocoran, ulangi dengan posisi
klien membentuk sudut 45, lanjutkan dengan
klien berdiri jika tidak ada kebocoran yang
lebih dulu.
 Pantau masukan dan pengeluaran, pastikan
klien mendapat masukan cairan 2000 ml, kecuali
harus dibatasi
 Ajarkan klien untuk mengidentifikasi otot dinding
pelvis dan kekuatannya dengan latihan
 Kolaborasi: dengan dokter dalam mengkaji efek
medikasi dan tentukan kemungkinan perubahan
obat, dosis / jadwal pemberian obat untuk
menurunkan frekuensi inkonteninsia.
Resiko infeksi b/d inkontinensia, imobilitas
dalam waktu yang lama.

• Kriteria hasil: Berkemih dengan urine


jernih tanpa ketidaknyamanan, urinalisis
dalam batas normal, kultur urine
menunjukkan tidak adanya bakteri.
Berikan perawatan perineal dengan air
sabun antiseptik setiap shift. Jika pasien
inkontinensia, cuci daerah perineal
sesegera mungkin.
Jika di pasang kateter indwelling, berikan
perawatan kateter 2x sehari (merupakan
bagian dari waktu mandi pagi dan pada
waktu akan tidur) dan setelah buang air
besar.
SKENARIO
• Seorang prp usia 70 th tinggal di panti wredha
sejak 1 th yll. Klien mengeluh badannya terasa
lemas dan kaki terasa sangat nyeri linu ketika
berdiri akibatnya sulit menjangkau toilet shg
sering ngompol di tempat duduk ataupun tempat
tidur. Tercium bau pesing dari pakaian dan
kamar klien. Hasil pengkajian katz indeks
kategori C. MMSE skor =17
• Tipe inkontinensia??
• Dx Keperawatan...?
Intervensi

Kegel exercise???

Bladder training???
Reference
• Nelson, H. D., Cantor, A., Pappas, M., & Miller, L. (2018). Screening for
urinary incontinence in women: a systematic review for the Women's
Preventive Services Initiative. Annals of internal medicine, 169(5), 311-319.
• Rosa, T. S. M., Braz, M. M., dos Santos Filha, V. A. V., & de Moraes, A. B.
(2016). Evaluation of factors associated with urinary incontinence in elderly
people in long-term care homes. Acta Scientiarum. Health Sciences, 38(2),
137-143.
• Potts, J. M., & Payne, C. K. (2018). Urinary urgency in the elderly.
Gerontology, 64(6), 541-550.
Student assignments

Reflection
 Write your hopes and desires If Alloh gives age
until the elderly
 Short and represent feelings from the heart
Semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai