Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN PASIEN SAFETY

PENERAPAN ISOLASI DAN PRINSIP PERLINDUNGAN DIRI DALAM


PERAWATAN PASIEN HEPATITIS A

NAMA KELOMPOK 2 :
1. MELLANIA TRI GUSTAMI
2. SUGESTI PERMANA PUTRI
PRODI : D3 KEPERAWATAN
TK : II
PENGERTIAN HEPATITIS A

• Pengrtian
Hepatitis A adalah peradangan organ hati yang disebabkan oleh infeksi virus
hepatitis A. Sehingga ketika hati sudah meradang kinerja organ yang berfungsi
mengambil sari makanan di dalam darah dan menghasilkan empedu ini bisa
terganggu.
Cara penularan dari makanan atau air yang terkontaminasi, atau kontak dengan
seseorang yang terinfeksi.
• Gejala hepatitis A
1. Kelelahan
2. Mual
3. Nyeri perut
4. Gangguan nafsu makan
5. Demam ringan
Kondisi ini akam hilang sendiri dalam waktu satu atau dua bulan. Istirahat dan
hidrasi yang cukup dapat membantu. Hepatitis A dapat di cegah dengan vaksin.
PENERAPAN ISOLASI PADA PASIEN DENGAN
RESIKO TINGGI PENULARAN

• Ruang isolasi merupakan ruangan yang didesain khusus untuk menangani pasien dengan
penyakit infeksi agar terpisah dari pasien lai.
• Tujuan adanya ruang isolasi di rumah sakit adalah untuk mengendalikan penyebaran
penyakit menular yang bisa mewabah.
• Syarat-syarat ruang isolasi :
1. Ruangan dan alat-alat kesehatan yang akan digunakan harus steril
2. Ruangan tertutup atau terpisah dari ruangan pasien-pasien yang lainnya.
3. Pengaturan pencahayaan
Menurut KepMenKes 1204/MenKes/SK/X/2004, intensitas cahaya untuk ruang isolasi
adalah 0,1 + 0,5 lux dengan warna cahaya biru. Selain itu ruangan isolasi harus mendapat
paparan sinar matahari yang cukup
4. Pengaturan sirkulasi udara
Pengaturan sirkulasi udara ruang isolasi pada dasarnya menggunakan prinsip tekanan
yaitu tekanan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
• Kondisi yang memerlukan ruang isolasi
Berikut ini aadalah beberapa penyakit yang dapat direkomendasikan untuk dirawat
dalam ruang isolasi :
1. SARS, MERS, COVID-19
2. Difteri
3. Kolera
4. Tuberkulosis
5. Hepatitis A,B,C
6. Infeksi organisme yang resisten terhadap beragam obat (multi-drug resistant
organisms / MDRO)
7. Cacar air dan HIV / AIDS
• Standar aturan ruang isolasi
1. Mencuci tangan dengan benar, baik sebelum maupun sesudah masuk ruang isolasi
2. Setiap pasien dengan penyakit infeksi menular dan dianggap berbahaya dirawat di
ruang terpisah dari pasien lainnya yang mengidap penyakit bukan infeksi
3. Penggunaan alat pelindung diri diterapkan kepada setiap pengunjung dan petugas
kesehatan terhadap pasien yang dirawat di kamar isolasi
4. Menutup pintu dengan rapat setelah masuk maupun keluar dari ruangan isolasi
5. Pasien yang rentan infeksi seperti pasien luka bakar, pasien dengan penurunan
sistem imun dikarenakan pengobatan atau penyakitnya, di rawat di ruang (terpisah)
isolasi rumah sakit
6. Tidak masuk ruang isolasi bila sedang menderita flu atau penyakit lainnya yang
rentan menular atau rentan tertular penyakit
7. Pasien yang tidak termasuk kriteria diatas dirawat diruang rawat inap biasa
8. Pasien yang dirawat diruang isolasi, dapat dipindahkan keruang rawat inap
biasa apabila telah dinyatakan bebas dari penyakit atau menurut petunjuk dokter
penanggung jawab pasien
• Jenis isolasi untuk pasien hepatitis, yaitu :
1. Isolasi ketat
Isolasi ketat dilaksanakan guna mencegah infeksi yang sangat mudah menular atau tingkat
virulensinya sangat tinggi yang bisa menyebar melalui udara dan kontak. Penyakit-
penyakit yang perlu isolasi ketat adalah hepatitis, difteri faring, pes paru-paru, cacar,
varicella, zoster (pada pasien dengan daya tahan tubuh menurun). Spesifikasi untuk isolasi
ketat sebagai berikut :
a. Menentukan ruang tersendiri : pintu harus tertutup. Pada umumnya pasien yang infeksi
dengan organisme yang sama boleh disatukan
b. Semua orang yang masuk ke kamar harus memakai masker, celemek, dan sarung
tangan
c. Harus mencuci tangan setelah meraba pasien atau alat-alat yang angat tercemar dan
sebelum menolong pasien lain.
d. Alat-alat yang terkena bahan infeksi harus di buang atau dimasukkan ke dalam sebuah
kantong yang disertai etiket sebelum dikirim ke tempat dekontaminasi dan sebelum
dilakukan proses
Universal precaution yang diterapkan di ruang isolasi

Kewaspadaan universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh


seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi.
Secara garis besar, standar kewaspadaan universal di ruang isolasi antara lain :
1. Mencuci tangan
2. Memakai hand scoon
3. Memakai masker
4. Memakai baju khusus yang sudah disediakan di ruang isolasi
Sesuai dengan rekomendasi WHO dan CDC tentang kewaspadaan isolasi untuk pasien
dengan penyakit infeksi yang berbahaya seperti hepatitis, kewaspadaan yang perlu
dilakukan yaitu :
1. Kewaspadaan enterik
a. Tujuan : mencegah infeksi yang ditularkan oleh kontak langsung atau tidak langsung
dengan feses
b. Kondisi penyakit : kolera, hepatitis, gastroenteritis akibat organisme infeksius
c. Ruangan : ruangan terpisah bila higine pasien buruk, pasien dengan infeksi oleh
organisme yang sama dapat berada dalam satu ruangan yang sama
d. Peralatan pelindung :
 jubah : diindikasikan bila akan ada pengotoran
Sarung tangan L diindikasikan ketika akan menyentuh bahan infeksius
Masker diperluakn bila pasien batuk-batuk dan tidak menutup mulut
d. Peralatan pelindung :
 jubah : diindikasikan bila akan ada pengotoran
Sarung tangan : diindikasikan ketika akan menyentuh bahan infeksius
Masker diperlukan bila pasien batuk-batuk dan tidak menutup mulut
e. Kewaspadaan : peralatan harus dibersihkan dan didesinfeksi secara menyeluruh
atau dibuang
PRINSIP PERLINDUNGAN DIRI DALAM PERAWATAN PASIEN

• Pengertian
Alat pelindung diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang sebagai penhalang
terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk melindungi pemakainya
dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit. Praktik pengendalian infeksi
penyakit menular lainnya seperti mencuci tangan berbasis alkohol, dan menutupi
hidung dan mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas bagian dalam atau tisu,
dapat meminimalkan penyebaran infeksi dari satu orang ke orang lain.
Prinsip yang harus dipenuhi dalam pemilihan APD

• Harus dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya yang spesifik atau


bahaya-bahaya yang dihadapi (percikan, kontak langsung maupun tidak langsung)
• Berat APD hendaknya seringan mungkin, dan lat tersebut tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan
• Dapat dipakai secara fleksibel (reuseable maupun disposable)
• Tidak menimbulkan bahaya tambahan
• Tidak mudah rusak
• Memenuhi ketentuan dari standar yang ada
• Pemeliharaan mudah
• Tidak membatasi gerak
Jenis APD

1. Masker bedah ( surgical / facemask )


2. Masker N95
3. Pelindung wajah (face shield)
4. Pelindung mata
5. Gaun (gown)
6. Celemek
7. Sarung tangan
8. Pelindung kepala
9. Sepatu pelindung

Anda mungkin juga menyukai