Anda di halaman 1dari 29

PENATAAN ORGANISASI PEMDA

DALAM KERANGKA
UU NOMOR 23 TAHUN 2014

Oleh :
Deputi Bidang Kelembagaan dan Tata Laksana
Kementerian PANRB

31 OKTOBER 2014
1
ISU AKTUAL BIDANG
KELEMBAGAAN
 Kecenderungan mengutamakan pendekatan
struktural daripada pendekatan fungsional

 Terjadinya benturan dan tarik-menarik


kewenangan

 Besaran organisasi belum proporsional

 Disharmoni antara Pusat dan Daerah

Terfragmentasinya urusan pemerintahan ke berbagai


 jenis kelembagaan
2
UKURAN DAN
KARAKTERISTIK STRUKTURAL

Semakin besar organisasi,


maka:

Major
• Kompleksitas semakin meningkat
Problem
• Sentralisasi semakin menurun
• Formalisasi semakin meningkat
• Fleksibilitas semakin menurun
ALUR REFORMASI BIROKRASI
BIDANG KELEMBAGAAN
• National Capability Review
• Desain Besar Kelembagaan Pusat
(RUU Kelembagaan Pemerintah)
REFORMASI • Desain Besar Kelembagaan Daerah
BIROKRASI
(Revisi UU 32/2004)

MAKRO
MAKRO
8 AREA RIGHTSIZI
8 AREA Reformasi Bidang Kelembagaan
PERUBAHAN NG
NG
PERUBAHAN
(Perpres 81/2010) MIKRO
(Perpres 81/2010) MIKRO

• Audit/Evaluasi Organisasi K/L


ORGANISASI • Penataan Organisasi K/L (hasil audit)
ORGANISASI
(AREA I) • Pemantauan dan Evaluasi Organisasi Pemda
(AREA I)
4
TATARAN TEORI/ PERATURAN TATARAN PRAKTIS/
KONSEPSIONAL PER-UU-AN EMPIRIK

• struktur orgs
RAMBU-RAMBU didesain seefisien
DALAM MELAKUKAN mungkin
PEDOMAN PENATAAN • Struktur yang
PENATAAN ORG. disusun
didasarkan pada
PEMERINTAH urusan yang
harus ditangani
PRINSIP DAN PENDEKATAN
DALAM PENATAAN ORGANISASI

 mandat,
mandat, pertanggungjawaban,
pertanggungjawaban, dandan akuntabilitas
akuntabilitas
organisasi harus jelas untuk mencegah ketidakjelasan,
duplikasi, dan overlapping dalam organisasi
 Struktur organisasi sederhana dan jelas, agar mudah
dipahami oleh seluruh unit kerja.
 Struktur organisasi sesuai dengan span of control
pimpinan.
 Struktur
Struktur organisasi
organisasi yang
yang dibangun
dibangun berorientasi
berorientasi kepada
kepada
kebutuhan stakeholders dan didasarkan pada
pemilahan yang jelas antara tanggung jawab
perumusan
perumusan kebijakan
kebijakan dan
dan pelaksanaan
pelaksanaan kebijakan.
kebijakan.
 Struktur seharusnya menghindari potensi konflik

kepentingan
kepentingan
 Struktur organisasi yang terdesentralisasi terutama
dalam pelaksanaan pelayanan masyarakat (service
delivery)
6
FRAMEWORK PENATAAN ORGANISASI

ENVIRONMENTAL
SCAN

MANDATES

VISION KEY PENATAAN


ISSUES STRATEGY KELEMBAGAAN
INSTANSI
MISSION PEMERINTAH

INTERNAL
ANALYSIS
Faktor Penting dalam
Penataan Organisasi dan Tata Laksana

visi
misi

strategi

struktur proses sdm


PERENCANAAN DAN ALUR
PENATAAN ORGANISASI

ALASAN PERUBAHAN

PROGRAM PENATAAN ORGANISASI

DESAIN IMPLEMENTASI PEMANTAPAN


ASSESMENT merencanakan dan transisi ke reviu & penyempurnaan
persiapan desain baru Membangun desain desain baru desain baru

PENENTU PENATAAN ORGANISASI

KOMITMEN KETERLIBATAN KESIAPAN KOMUNIKASI


PIMPINAN STAKEHOLDERS UNTUK DAN PELATIHAN
PERUBAHAN PARTISIPASI
9
PERUBAHAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PEMERINTAHAN DAERAH

SEBELUM UU NO.5
AMANDEMEN TH 1974

UUD UU NO.22 PP NO.84


1945 TH 1999 TH 2000

PASCA
AMANDEMEN PP NO.8
TH 2003

UU NO.32 PP NO.41
UU NO 23 TH 2004 TH 2007
TH 2014
PENGATURAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH
DALAM UU TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UU 32/2004 UU 23/2014

• Psl. 120 s.d Psl. 128: • Psl. 209:


Perangkat Daerah Provinsi: Perangkat Daerah Provinsi:
a. Sekretariat Daerah; a. sekretariat daerah;
b. Sekretariat DPRD; b. sekretariat DPRD;
c. Dinas Daerah; c. inspektorat;
d. Lembaga Teknis Daerah; d. dinas; dan
e. badan.
Perangkat Daerah Kab/Kota: Perangkat Daerah Kab/Kota:
e. Sekretariat Daerah; f. sekretariat daerah;
f. Sekretariat DPRD; g. sekretariat DPRD;
g. Dinas Daerah; h. inspektorat;
h. Lembaga Teknis Daerah; i. dinas;
i. Kecamatan; j. badan; dan
j. Kelurahan. k. Kecamatan.

PP 41 / 2007 UU No. 9 tahun 2015


DASAR PENYUSUNAN
ORGANISASI PERANGKAT DAERAH

URUSAN
PEMERINTAHAN

URUSAN
URUSAN
WAJIB &
TIDAK SETIAP PENUNJANG
PILIHAN URUSAN
DIBENTUK DALAM
ORGANISASI
TERSENDIRI
Diwadahi Dalam Diwadahi Dalam
DINAS BADAN
KLASIFIKASI DINAS

• dibentuk untuk mewadahi Jumlah penduduk


Tip Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah Luas wilayah
eA dengan beban kerja yang
BESAR
Besaran Urusan
• dibentuk untuk mewadahi Pemerintahan
Tip Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah Kemampuan Urusan
Urusan
eB dengan beban kerja yang Keuangan Daerah Wajib
SEDANG
• dibentuk untuk mewadahi Potensi
Tip Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah Tenaga kerja
Urusan
Urusan
Pilihan
eC dengan beban kerja yang
KECIL Pemanfaatan lahan
KLASIFIKASI BADAN

• dibentuk untuk mewadahi


Tip pelaksanaan fungsi
penunjang Urusan
eA Pemerintahan dengan Jumlah penduduk
• beban kerja yang BESAR
dibentuk untuk mewadahi
pelaksanaan fungsi Luas wilayah
Tip penunjang Urusan
Kemampuan
eB Pemerintahan dengan
beban kerja yang Keuangan Daerah
• SEDANG
dibentuk untuk mewadahi Cakupan tugas
Tip pelaksanaan fungsi
penunjang Urusan
eC Pemerintahan dengan
beban kerja yang KECIL

FUNGSI PENUNJANG
Kepegawain
perencanaan keuangan & diklat litbang Fungsi lain
KLASIFIKASI KECAMATAN

Tip • dibentuk untuk


Kecamatan dengan beban
eA kerja yang BESAR Jumlah penduduk

Luas wilayah

Tip • dibentuk untuk


Kecamatan dengan beban
Jumlah
Desa/Kelurahan
eB kerja yang KECIL
BEBERAPA
BEBERAPAHAL
HALTERKAIT
TERKAIT
PENYUSUNAN
PENYUSUNAN
KRITERIA
KRITERIAKLASIFIKASI
KLASIFIKASI

• • Perlu adanya ketepatan dan


Perlu adanya ketepatan dan
kecermatan dlm penentuan kriteria
kecermatan dlm penentuan kriteria
klasifikasi
klasifikasi
• •Kriteria disusun tidak untuk
Kriteria disusun tidak untuk
mengakomodasikan kondisi
mengakomodasikan kondisi yg ada yg ada
• • Perlu dilakukan validasi kriteria
Perlu dilakukan validasi kriteria

16
Permasalahan Kelembagaan di Daerah
Kecenderungan Kecenderungan
pencantuman klausul amar kementerian sektor
pembentukan mendesak pemerintdah
kelembagaan dalam UU daerah untuk membentuk
sektoral kelembagaan

Pembagian Kecenderungan Proses penataan


Kewenangan yang membengkaknya organisasi pemda
belum jelas antar kelembagaan pemerintah yang belum
level pemerintahan daerah rasional-obyektif

Peningkatan jumlah PNS

kecenderungan/trend belanja Kinerja dan


Kualitas Pelayanan APBD secara nominal, akuntabilitas
Publik belum penyelenggaraan
Belanja Pegawai selalu lebih
memenuhi harapan pem-an daerah blm
tinggi dibandingkan jenis sesuai harapan
masyarakat belanja lainnya.
HUBUNGAN ANTARA
KEWENANGAN (URUSAN PEMERINTAHAN)
DENGAN KELEMBAGAAN

Kelembagaan merupakan
Kewenangan merupakan
Wahana untuk
Dasar terbentuknya
melaksanakan
kelembagaan
kewenangan

Kelembagaan yang dibentuk


Sama dengan bobot
Kewenangan Yang dimiliki

Prinsip
“Structure follows function”
Tahapan Penyusunan Organisasi

1. Inventarisasi urusan/kegiatan
2. Pembagian tugas organisasi ke dalam
aktivitas-aktivitas kelompok/individu
dengan menggunakan prinsip
homogenitas (pengelompokkan
urusan/kegiatan ke dalam satuan-
satuan organisasi)
3. Pengkategorian kegiatan-kegiatan
kedalam fungsi-fungsi organisasi (lini,
pendukung, dan staf/pembantu
pimpinan)
4. Penetapan susunan organisasi
5. Penetapan mekanisme hubungan kerja
Kesenjangan dalam
Pelaksanaan Mandat Kelembagaan
GAP-1: disebabkan “kesalahan” GAP-2: disebabkan GAP-3: disebabkan “kelemahan”
dalam pemahaman mandat “penyimpangan” pelaksanaan koordinasi dan sinergi lintas fungsi/
kelembagaan (realisasi) kegiatan lintas unit kerja/ lintas KL

t
m t k a K
e
Mandat Tupoksi Kapasitas Aksi Kinerja

doing things right doing the


right things

the past the future


knowledge & engineering: vision & design:
what has been done what could and
Sumber : Ananto N, adaptasi dari Ackoff, Russell L., 1997
should be done
PENDEKATAN KOMPREHENSIF
DALAM AUDIT/EVALUASI ORGANISASI K/L

K/L sebagai Institusi K/L sebagai “sub-system”


“stand-alone” pembangunan

1. Sistem pembangunan dibentuk untuk mencapai


1. Intensi strategis Kementerian/Lembaga tujuan nasional
2. Tatakelola pemerintahan yang baik Kementerian/ 2. Elemen/sub-sistem (K/L) harus mempunyai rencana
3. Tatalaksana – sistem – struktur – kultur/budaya yang ditetapkan.
4. Keselarasan : manajemen kinerja – manajemen Lembaga 3. Adanya hubungan diantara elemen/sub-sistem
karir – manajemen reward (antar K/L)
5. Kinerja individu – kinerja unit kerja – kinerja 4. Unsur dasar dari proses (arus informasi, energi dan
lembaga material) lebih penting dari pada elemen sistem.
6. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 5. Tujuan nasional lebih penting dari pada tujuan K/L
7. Audit BPK : Opini “WTP”
INDIKATOR DALAM MELAKUKAN
ANALISIS ORGANISASI
K1 Fragmentasi organisasi
• Pelaksanaan suatu fungsi oleh banyak unit organisasi secara
internal sehingga penanganannya tidak terintegrasi (inkoheren)
• Pelaksanaan suatu fungsi oleh banyak unit organisasi secara
eksternal sehingga penanganannya tidak terintegrasi (inkoheren)

K2 Ketepatan Diferensiasi
• Ketepatan departementalisasi organisasi/division of labour
(termasuk pembagian unsur pemimpin, unsur pembantu
pemimpin, unsur pelaksana, unsur pengawas, unsur
pendukung/penunjang)
• Ketepatan dalam tingkatan/susunan/layers struktur organisasi

K3 Tumpang Tindih
• Tugas dan fungsi internal (antar unit organisasi dalam SKPD
yang bersangkutan)
• Tugas dan fungsi eksternal (terkait dengan SKPD lain)
ANALISIS ORGANISASI

T=A T
A
progressive/
Ideal/match over-active

A T A
T
under capacity mismatch
T= Target A=
PENGATURAN PERANGKAT DAERAH
UU 23/2014
 Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan organisasi, tugas, dan
fungsi perangkat gubernur diatur dalam peraturan pemerintah.

 Ketentuan lebih lanjut mengenai Kecamatan diatur dengan peraturan


pemerintah.

 Ketentuan lebih lanjut mengenai Perangkat Daerah diatur dengan


peraturan pemerintah. (vide Pasal 232 ayat (1))

 Peraturan pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling


sedikit mengatur tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan
fungsi, tata kerja, eselon, beban kerja, nomenklatur unit kerja, serta
pembinaan dan pengendalian.

 Ketentuan lebih lanjut mengenai satuan polisi pamong praja diatur


dengan peraturan pemerintah.

 Nomenklatur Perangkat Daerah dan unit kerja pada Perangkat Daerah


yang melaksanakan Urusan Pemerintahan dibuat dengan
memperhatikan pedoman dari kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian yang membidangi Urusan Pemerintahan tersebut.
KONGKRETISASI SOLUSI

1. Perlu dilakukan Penyederhanaan tingkatan


organisasi Pemerintah Daerah dengan pengalihan
jabatan struktural eselon III dan IV ke jabatan
fungsional, bagi jabatan yang memenuhi kriteria
untuk dialihkan.
2. Satuan Kerja Perangkat Daerah disesuaikan dengan
beban kerja yang di emban, sehingga Dinas tidak
harus eselon II tetapi bisa saja setingkat eselon III.
3. Penentuan besaran organisasi perangkat daerah
harus memperhatikan belanja publik dan belanja
pegawai idealnya adalah 60% berbanding 40%, atau
paling tidak adalah 50% belanja publik dan 50%
belanja pegawai.
LANJUTAN………..
4. Perlunya kriteria teknis dan keterlibatan K/L dalam
pembentukan SKPD, misal Dinas Pendidikan:
 Jumlah murid/siswa
 Jumlah sekolah
 Kewenangan atau urusan yang dimiliki;
 Beban kerja;
 Kemampuan keuangan daerah;
 Ketersedian sumber daya aparatur;
 Karakteristik, potensi dan kebutuhan nyata daerah.
6. Peran K/L sektor yang berujung pada pembentukan
lembaga di daerah agar direviu kembali, karenanya ke
depan perlu diatur dalam PP organisasi perangkat
daerah.
LANJUTAN………..

7. Konsistensi dalam menetapkan peraturan


pendukung penataan organisasi perangkat daerah.

8. Implementasi RB secara konsisten di tingkat daerah


termasuk mereformasi area organisasi (Area
Perubahan I)
HASIL YANG DIHARAPKAN DARI
PENATAAN ORGANISASI

Mewujudkan organisasi Pemerintah yang tepat


fungsi dan tepat ukuran (rightsizing)
Mengurangi tumpang tindih tugas dan fungsi baik
internal maupun eksternal pada organisasi pemda
Mengurangi fragmentasi tugas dan fungsi
Menyempurnakan diferensiasi organisasi pemda
agar lebih tepat dan sesuai ketentuan yang
berlaku.
Mewujudkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan
tugas dan fungsi masing-masing SKPD

28
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai