Anda di halaman 1dari 19

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HAK SUARA PEMILIH

DI DPT KOTA BANJARMASIN

Diajukan Sebagai

Poposal Penelitian Sosial

OLEH:
AHMAD RISWAN
NIM: 1810413310034

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya saya
bisa menyelesaikan proposal penelitian sosial yang berjudul Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Hak Suara Pemilih Di DPT Kota Banjarmasin Tengah. Proposal ini
diajukan guna memenuhi tugas individu mata kuliah Metodologi penelitian sosial (MPS).

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
proposal ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Dosen mata kuliah Metodologi Penelitian Sosial yaitu Bapak Dr. H. Samahudin M.,
S. IP, M.Si karena telah memberikan bimbingannya selama ini. Proposal ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan proposal ini.

Banjarmasin, 6 Maret 2019


Penyusun

AHMAD RISWAN
NIM.1810413310034
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang.....................................................................................................................1
1.2. Rumusan masalah...............................................................................................................3
1.3. Tujuan penelitian.................................................................................................................3
1.4. Manfaat penelitian.............................................................................................................4
1.5 Sistematika penulisan..........................................................................................................4

BAB II KERANGKA TEORI


2.1. Teori dan konsep.................................................................................................................6

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Sifat penelitian....................................................................................................................11
3.2 Metode penelitian..............................................................................................................12
3.3 Key informan dan informan..........................................................................................13
3.4 Teknik penentuan informan...........................................................................................17
3.5 Teknik pengambilan data................................................................................................18
3.6 Analisa data........................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ciri sebuah negara Demokratis adalah seberapa besar negara melibatkan masyarakat
dalam perencanaan maupun pelaksanaan pemilihan umum. Sebab partisipasi politik
masyarakat ( pemilih ) merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokratis.
Memahami faktor – faktor yang mendorong partisipasi masyarakat dalam memilih sangatlah
penting umtuk diteliti.
Penelitian ini menggunakan teori dari Robert Dahl yang mengatakan bahwa ukuran
sebuah pemilu Demokratis adalah adanya pemilihan umum, rotasi kekuasaan, rekrutmen
secara terbuka, dan akuntabilitas publik.
Indonesia pasca orde baru telah menyelenggarakan empat kali pemilihan umum legislatif
secara reguler, yaitu 1999, 2004, 2009, dan 2014. Untuk menegaskan azas presidensialisme,
indonesia kemudian juga melangsugkan pemilihan presiden secara langsung pada tahun
2004, 2009, dan 2014. Selain itu, untuk memperkuat legitiminasi kepala daerah serta
menyelaraskan dengan azas presidensialisme pada pemerintahan nasional. Indonesia sejak
2005 juga telah menyelenggarakan pemilu kepala daerah secara langsung.
Indonesia akan memulai babak baru yang kelima kalinya untuk menyelenggarakan
pemilihan umum dalam ajang konsestasi politik serta ajang pesta demokrasi, yang akan
diselenggarakan pada tanggal 17 april 2019 mendatang. Dimana rakyat menggunakan hak
pilihnya sebagai warga negara yang turut berpatisipasi dalam pemilihan umum, namun ada
yang menarik serta berbeda dengan pemilu sebelumnya, dimana pemilu 2019 untuk pertama
kalinya antara pilpres dan pileg diselenggarakan serentak, pemilih akan menggunakan hak
pilihnya sebanyak lima suara, yang akan dipilih dalam pemilihan umum 2019. Adalah
presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD Povinsi, DPRD Kabupaten, DPD.
Terkecuali DKI Jakarta yang hanya 4 suara tanpa DPRD kota/kabupaten. Untuk membedakan
antara beberapa kertas suara tersebut, kertas suara tersebut dibedakan dalam lima warna yang
berbeda.
Dari penelitian ini menyebutkan bahwa tingkat partisipasi politik masyarakat sangat
dinamis, namun yang menjadi persoalan adalah terkait motivasi masyarakat dalam
menggunakan hak pilihnya. Sebagian besar masyarakat mengaku bahwa ia memilih didorong
oleh faktor transaksi “permaharan” dan unsur kedekatan secara emosional (persuasion/pola
bujukan). Visi dan misi calon bukan merupakan ukuran dalam memilih.
Beberapa hal yang dirasakan dalam penelitianini adalah UU kepemiluan perlu direvisi
terutama terkait dengan persyaratan calon. Selama ini UU belum membatasi mana
masyarakat yang layak menjadi calon dan mana yang tidak, karena tidak ada batasan
masyarakat kerap salah memilih atau tidak menykai calon calon yang disodokan.
Penguatan kelembagaan partai politik perlu dilakkan karena mempengaruhi kinerja partai
politik dalam melakukan kaderisasi. Kaderisasi yang buruk dari partai politik menyebabkan
calon calon dari partai politik minim kualitas sehinga calon tidak bisa menghindari money
politik untuk mempengaruhi masyarakat dalam memilih, kualitas penyelengaraan perlu
dimaksimalkan. Juga terdapat masyarakat yang tidak memberikan atau tidak menggunakan
hak suaranya karena masalah masalah teknis. Sosialisasi KPU kepada masyarakat perlu
digiatkan pula, banyak tidak terdaftar dalam DPT atau tidak mendapat informasi yang jelas
terkait dengan kewajiban memilih. sebain masyarakat masih menganggap bahwa masyarakat
harus menerima undangan sebagai syarat untuk mencoblos.
1.2 Rumusan masalah

Setelah melihat latar belakang yang telah penulis paparkan tersebut dan agar dalam
penelitian ini tidak terjadi kerancuan, maka dapat membatasi dan juga merumuskan
permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini.

Adapun Rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:


1. Faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat partisipai hak suara pemilih dalam pemilu
di wilayah Kota Banjrmasin Tengah ?
2. Bagaimana pendapat atau kesan masyarakat yang ingin menggunakan hak pilihnya, dan
sudah memiliki hak suara ?

1.3 Tujuan penelitian

Setelah melihat latar belakang dan permasalahan yang kemukakan diatas, maka
adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat antusias masyarakat dalam menggunakan hak
suaranya, serta faktor yang memberikan dorongan untuk memegang suara.
2. Untuk mengetahui alasan mengapa sebagian masyarakat saat ini kurang berminat untuk
menguunakan hak pilihnya, serta motif yang mempertimbangkan hak suara pemilih dalam
masyarakat.

1.4 Manfaat penelitian

Dalam hal ini penulis akan memaparkan manfaat penelitian, dimana tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Penelitian ini diharapkan dapat lebih meningkatkan aspirasi dan partisipasi masyarakat
dalam menggunakan hak pilihnya, sehingga menetralisir terjadinya money politics dalam
masyarakat
2. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan lebih mengembangkan motivasi
masyarakat yang Demokratis, sehingga mencegah terjadinya sikap apatis terhadap ajang
demokrasi, serta bijak dalam menggunakan hak suara.

1.5 Sistematika penulisan


Dalam sistematika penulisan proposal penelitian sosial ini penulis menggunakan
sistematika yang umum digunakan oleh para peneliti lainnya dalam penyusunan proposal
penelitian sosial. Berikut sistematika penyusunan penulisan proposal penelitiannya :
·
· BAB I PENDAHULUAN, terdiri dari :

-1.1 Latar belakang


-1.2 Rumusan masalah

-1.3 Tujuan penelitian

-1.4 Manfaat penelitian

-1.5 Sistematika penulisan

· BAB II KERANGKA TEORI, terdiri atas :

-2.1 Teori dan konsep

· BAB III METODE PENELITIAN, terdiri atas :

-3.1 Sifat penelitian


-3.2 Metode penelitian
-3.3 Key informan dan informan
-3.4 Teknik penentuan informan
-3.5 Teknik pengambilan data
-3.6 Analisa data

· DAFTAR PUSTAKA, sebagai penutup.

BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 Teori dan konsep


Untuk memperkuat masalah yang akan di teliti diadakan studi pustaka dengan cara
mencari dan menemukan teori-teori serta pembahasan untuk memperkuat dalam membahas
permasalahan. Disini akan saya paparkan mengenai fungsi pemilu, partisipasi politik serta
pandangan mengenai gejala yang ada dalam masyarakat mengenai penentu hak suara pemilih
terutama dalam masyarakat kota Banjarmasin

A. Fungsi Pemilu

Pemilihan umum mempunyai beberapa fungsi yang tidak bisa dipisahkan satu sama
lain. Pertama, pemilu merupakan implementasi perwujudan kedaulatan rakyat. Asumsi
demokrasi adalahkedaulatan terletak ditangan rakyat, karena rakyat yang berdaulat itu
tidak bisa memerintah secara langsung maka melalui pemilu rakyat dapat menentukan
wakil wakilnya dan para wakl rakyat tersebut akan menentukan siapa yang akan
memegang tampuk pemerintahan.

Kedua, pemilu merupakan sarana untuk membentuk perwakilan politik, melalui


pemilu. Rakyat dapat memilih wakil wakilnya yang dipercaya dapat mengartikulasikan
aspirasi dan kepentingannya. Semakin tinggi kualitas pemilu, semakin baik pula kualitas
para wakil rakyat yang bisa terpilih dalam lembaga perwakilan rakyat.

Ketiga, pemilu merupakan sarana untuk melakukan penggantian pemimpin atau rotasi
kekuasaan secara konstitusional. Pemilu bisa mengukuhkan pemerintahan yang sedang
berjalan atau untuk mewujudkan reformasi pemerintahan. Melalui pemilu, pemerintahan
yang aspiratif akan dipercaya amak pemerintahan itu akan berakhir dan diganti dengan
pemerintahan baru yang dudukung oleh rakyat.

Keempat, pemilu merupakan saran bagi pemmpin politik untuk memperoleh


legitiminasi. Pemberian suara para pemili dalam pemilu pada dasarnya merupakan
pemberian mandat rakya kepada pemimpin yang dipilih untuk menjalanka roda
pemerintahan. Pemimpin politik yang terpilih berarti mendapatkan
legitiminasi(keabsahan) politik dari rakyat. Melalui pemilu, keabsahan pemerintahan
yang berkuasa atau pemimipin politik dapat ditegaskan, begitu pula program dan
kebijakan yang dihasilkannya. Dengan begitu, pemerintah berdasarkan hukum yang
disepakati bersama, tidak hanya memiliki otoritas untuk berkuasa, melainkan juga
memberikan sanksi berupa hukuman dan ganjaran bagi siapapun yang melanggarnya.
Menurut Ginberg, fungsi legitimasi politik ini merupakan konsekuensi logis yang dimiliki
oleh pemilu, yaitu untuk mengubah suatu ketertiban politik massa dari yang bersifat
sporadic dan dapat membahayakan menjadi suatu sumber utama bagi otoritas dan
kekuatan politik nasional.

Kelima, pemilu merupakan sarana partisipasi politik masyarakat untuk turut serta
menetapkan kebijakan publik. Melalui pemilu rakyat secara langsung dapa menetapkan
kebijakan publik melalui dukungannya kepada kontestan yang memiliki program program
yang dinilai aspiratif dengan kepentingan rakyat. Kontestan yang menang krena didukung
rakyat harus merealisasikan janji janjinya itu ketika telah memegang tampuk
pemerintahan.

Terkait dengan pentingnya pemilu dalam demokrasi di suatu negara, maka penting
untuk mewujudkan pemilu yang memang benar benar mengarah pada nilai nilai
demokrasi dan mendyukung demokrasi itu sendiri. Pemilihan akan system pemilu adalah
salah satu yang sangat penting dalam setiap negara demokrasi, kebanyakan dari system
pemilu yang ada sebenarnya bukan tercipta karena dipilih, melainkan karena kondisi yang
ada didalam masyarakat serta sejarah yang mempengaruhinya.

Pada tingkat aktor politik, kepentingan elite politik dan kepentingan partai yang
bersifat jangka pendek masih mendominasi arah transisi demokrasi di Indonesia. Semua
ini tentu saja mendapat berdampak pada tertundanya kembali konsolidasi demokrasi.
Seperti dikemukakan oleh Larry Diamond (1999), konsolidasi demokrasi tidak cukup
hanya dengan terselenggaranya pemilu secara prosedural, melainkan juga melembaganya
komitmen demokrasi pada partai partai dan parlemen yang dihasilkannya. Dengan begitu
transisi demokrasi masih akan berlangsung dalam tarik menarik kepentingan pribadi.
Partai dan kelompok, sehinggga cebderung mengarah pada pelestarian status quo politik
ketimbang menuju suatu demokrasi yang lebih baik serta pemerintahan yang bersih dan
lebih bertanggung jawab.

B. Partisipasi Politik

Partisipasi secara harfiah berarti keikutsertaan, dalam konteks politik hal ini mengacu
pada keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik. Partisipasi politik dapat juga
dipahami sebagai proses keterlibatan warga dalam segala tahapan kebijakan, mulai dari
sejak pembuatan keputusan sampai dengan penilaian keputusan, termasuk juga peluang
untuk ikut serta dalam pelaksanaan keputusan.

Partisipasi politik yang meluas merupakan ciri khas modernisasi politik. Istilah
partisipasi politik telah digunakan dalam berbagai pengertian yang berkaitan perilaku,
sikapdan presepsi yang merupakan syarat mutlak bagi partisipasi politik. Hungtinton dan
Nelson (1994:4) dalam bukunya no easy choice: Political Participation in Develoving
Countries memaknai partisipasi politik sebagai :

“yang dimaksud dengan partisipasi politik adalah aktivitas warga negara yang
dirancang untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. Partisipasi
dapat bersifat individu atau kolektif, terorganisir atau spontan, berkelanjutan secara
sporadis, damai atau keras, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif”

Dari definisi diatas kita dapat menyimpulkan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan
warga negara yang bertindak sebgai pribadi pribadi, yang dimaksudkan untuk
mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Selanjutnya dari definisi
Huntington dan Nelson tersebut kita juga dapat menyimpulkan bahwa partisipasi bisa
bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, berkelanjutan atau sporadik,
berlangsung secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak
efektif.

Dalam definisi diatas, Huntington dan Nelson melihat bahwa partisipasi politik lebih
difokuskan pada kegiatan politik rakyat secara pribadi dalam proses poltik, seperti
memberikan hak suara atau kegiatan politik lain yang dipandang dapat mempengaruhi
pembuatan kebijakan politik oleh pemerintah dalam konteks berperan serta dalam
penyelenggaraan pemerintahan, dan tidak mencakup kegiatan pejabat pejabat birokrasi,
pejabat partai, dan lobbyist professional yang bertindak dalam konteks jabatan yang di
embannya.

Dalam prespektif lain lain McClosky (1972:20) dalam international encylopedia of


the social sciences menyetakan bahwa :

“istilah ‘partisipasi plitik akan merunjuk pada kegiatan sukarela yang dengannya
anggota suatu masyarakat ikut serta dalam pemilihan peraturan dan secara langsung atau
tidak langsung, dalam pembetukan kebijakan publik”

Mc Closky dalam definisi diatas memahami Mc Closky dalam definisi di atas


memahami partisipasi politik sebagai kegiatan yang berifat sukarela dari warga
masyarakat yang ditunjukkan melalui proses pemilihan penguasa dan melalui, baik secara
langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum.

Dalam perspektif pengertian yang generik, Budiardjo (1996:183) memaknai


partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara
aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan Negara dan secara
langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan Pemerintah (public policy).
Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum
menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan,
mengadakan hubungan (contacting) dengan pejabat Pemerintah atau anggota parlemen,
dan sebagainya.

Menurut Ramlan Surbakti, partisipasi politik merupakan keikutsertaan warga negara


biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi
hidupnya. Sementara Michael Rush dan Philip Althof menjelaskan partisipasi politik
sebagai usaha terorganisir oleh para warga Negara untuk memilih pemimpin-pemimpin
mereka dan mempengaruhi bentuk dan jalannya kebijakan publik.

Berbagai definisi partisipasi politik dari para pakar ilmu politik tersebut diatas, secara
eksplisit mereka memaknai partisipasi politik bersubstansi core political activity yang
bersifat personal dari setiap warganegara secara sukarela untuk berperanserta dalam
proses pemilihan umum untuk memilih para pejabat publik, baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam proses penetapan kebijakan publik.

Partisipasi politik yang merupakan wujud pengejawantahan kedaulatan rakyat adalah


suatu hal yang sangat fundamental dalam proses demokrasi. Ia memiliki makna yang
sangat penting dalam bergeraknya roda dan sistem demokrasi. Apabila masyarakat,
memiliki tingkat partisipasi yang tinggi, maka proses pembangunan politik akan berjalan
dengan baik, sehingga akan sangat berarti pula terhadap perkembangan bangsa dan
negara ini. Sebaliknya partisipasi politik juga tidak akan bermakna apa-apa dan tidak
berarti sama sekali kalau ia tidak memenuhi syarat dari segi kualitatif maupun kuantitif.
Oleh karenanya tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan umum, merupakan
hal yang sangat penting pula untuk dielaborasi, karena rendah atau tingginya suatu
partisipasi merupakan sinyal dan indikator penting terhadap jalannya proses demokasi
dan pengejawantahan dari kedaulatanrakyat.

Partisipasi politik di negara-negara yang menerapkan sistem politik demokrasi


merupakan hak warga negara, tapi tidak semua warga Negara berperan serta dalam proses
politik. Menurut pendapat beberapa ahli beberapa faktor yang menyebabkan orang mau
atau tidak mau ikut berpartisipasi dalam politik antara lain:

1. Status sosial dan ekonomi

Status sosial ialah kedudukan seseorang dalam masyarakat karena keturunan,


pendidikan dan pekerjaan. Sedangkan status ekonomi ialah kedudukan seseorang dalam
pelapisan masyarakat berdasarkan pemilikan kekayaan. Seseorang yang memiliki status
sosial yang tinggi diperkirakan tidak hanya memiliki pengetahuan politik, tetapi juga
mempunyai minat dan perhatian pada politik (Surbakti, 1992).

2. Situasi

Menurut Ramlan Surbakti, situasipolitik juga dipengaruhi oleh keadaan yang


mempengaruhi aktor secaralangsung seperti cuaca, keluarga,kehadiran orang lain,
keadaan ruang,suasana kelompok, dan ancaman (Surbakti, 1992).

3. Afiliasi politik orang tua

Afiliasi berarti tergabung dalam suatukelompok atau kumpulan. Afiliasipolitik dapat


dirumuskan sebagaikeanggotaan atau kerjasama yangdilakukan individu atau kelompok
yang terlibat ke dalam aliran-aliranpolitik tertentu. Afiliasi politikmendorong tumbuhnya
kesadaran dankedewasaan politik masyarakat untukmenggunakan hak politiknya secara
bebas dan bertanggungjawab dalam melakukan berbagai aktifitas politik,seperti ikut
dalam partai politik dalampemerintahan, ikut dalam prosespengambilan dan pelaksanaan
keputusan politik (Surbakti, 1992).

4. Pengalaman berorganisasi

Organisasi merupakan suatu sistemyang mengatur kehidupan masyarakat. Bisa


diartikan sebagai suatuprilaku yang terpola denganmemberikan jabatan pada orang-orang
tertentu untuk menjalankan fungsi tertentu demi pencapaian tujuan bersama
(Simangunsong, 2004).

5. Kesadaran politik

Kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang menyangkut tentang
pengetahuan seseorang tentang lingkungan masyarakat dan politik, dan menyangkut
minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik tempat
diahidup (Hendrik, 2010).
6. Kepercayaan terhadap pemerintah

Kepercayaan terhadap pemerintah ialah penilaian seseorang terhadap pemerintah


apakah ia menilai pemerintah dapat dipercaya dan dapat dipengaruhi atau tidak, baik
dalampembuatan kebijakan-kebijakan atau pelaksanaan pemerintahan (Hendrik,2010).

7. Stimulan partisipasi melalui sosialisasi media massa dandiskusi-diskusi Informal


(Hendrik, 2010)

Peran media dalam mensosialisasikan pemilu juga dianggap merupakan faktor


penting agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam suatu pemilu. Dengan
terinformasikannya pemilu secara luas terkait dengan waktu dan tempat pelaksanaan serta
cara pemilihan serta informasi yang lain terkait dengan pemilu, maka akan berpengaruh
terhadap pengetahuan masyarakat tentang pemilu yang akan berdampak terhadap
partisipasi itu sendiri. Tidak kalah penting dari sosialisasidi media, diskusi-diskusi
tentang pemilu yang dilakukan secara ringan dan informalpun dianggap punya andil
dalam mengakumulasi pengetahuan masyarakat tentang pemilu, yang semua itu pada
gilirannya akan diharapkan berdampak positif terhadap tingkat partisipasi dalam pemilu

C. Gejala Yang Ada Dalam Masyarakat

Pada dasarnya kita harus rangkaikan dengan baik antara teori, praktek, dan politik
dalam kehidupan sehari hari. Karena teori tanpa praktek itu nol besar, praktek tanpa teori
akan melahirkan kehancuran, teori dan praktek tanpa politik itu akan sia sia. Beberapa elemen
ini saaling keterkaitan satu sama lain serta saling melengkapi.
Dalam ajang konsestasi pemilu para kadidat diharapkan menjadi tokoh yang tepat
membawa perubahan serta harapan dan memberikan kesempatan, serta membuka akses untuk
segala trobosan permasalahan yang dihadapi masyarakat dengan pengkajian kebijakan,
mereka sebagai penyalur aspirasi rakyat.
Hak suara kaum pemilih dalam masyarakat para kaddat berusaha meyakinkan hak
pilihnya agar jatuh pada kadidat tersebut, namun permasalahan yang ada terkait dengan
pernyataan masyarakat mengenai meminta mahar atau bayaran untuk memegang hak suara
pemilih, hal tersebut tidak bisa dipungkiri. Demokrasi akan berjalan dengan baik apabila
memenuhi dua syarat, yaitu pendidikan masyarakat tinggi dan kesejahteraan masyarakat yang
baik. Nah kedua hal ini belum mampu dimiliki oleh masyarakat kita sehimgga demokrasi di
Indonesia terutama di Kota Banjarmasin belum bisa berjalan dengan baik. Maka dari itu
dalam pemilu sering ditemui, sering terjadi money politics. Kondisi ini jutru dimanfaatkan
oleh banyak oknum, sehingga menjadi budaya didalam masyarakat. Kata menolak secara
halus untuk menolak money politics tidak bisa digeneralisir untuk semua kalangan
masyarakat, karena tingkat pendidikannya yang berbeda. Masyarakat yang berpendidikan
rendah tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Masyarakat yang tidak
sejahtera akan mudah dipengaruhi suaranya oleh uang. Dari gejala tersebut masyarakat diberi
pemahaman kepada masyarakat bahwa pemimpin yang baik untuk masa depan Bangsa tidak
akan mau menggunakan cara yang licik (money politics).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Sifat penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metodologi dengan pendekatan kualitatif, yang


memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses
lebih dipentingkan dari pada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan
secara analisa induktif dan makna merupakan hal yag esensial.

Menurut Sugiyono, Penelitian kualitatif, data kualitatif adalah data yang berbentuk kata,
skema, dan gambar.[3]

Menurut Strauss dan Corbin, Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang
membuahkan berbagai penemuan yang tak dapat dicapai dan diperoleh dengan menggunakan
data statistik seperti layaknya apa yang digunakan di dalam penelitian kuantitatif. Dalam
penelitian kualitatif, yang digunakan di dalam merode penelitian adalah apa yang ada di
dalam masyarakat, sejarah, tingkah laku, aktivitas sosial dan juga beberapa hal di dalam
masyarakat yang lain. Metode yang dipakai ini adalah untuk mengahasilkan sebuah
kesimpulan akan apa yang ada di balik segala hal yang terjadi di dalam masyakarat tersebut.
Terkadang apa yang terjadi tersebut dianggap sebagai sebuah hal yang sulit untuk dimengerti
sehingga membutuhkan data penjelas untuk lebih memahami hal tersebut.

Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif diartikan sebagai sebuah metode
penelitian yang menggunakan data yang menggambarkan sesuatu dari ucapan dan tulisan
serta sikap dan perilaku dari beberapa orang yang dijadikan sebagai objek penelitian tersebut.
Kemudian dari metode penelitian yang telah dilakukan ini akan dibuat sebuah kesimpulan
untuk menjelaskan mengenai ucapan, tulisan dan juga perilaku dari kelompok objek yang
telah diteliti.

Menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif dianggap sebagai sebuah tradisi tertentu dalam
sebuah ilmu pengetahuan yang meneliti menganai sosial masyarakat. Dalam penelitian ini,
objek utama yang ada adalah manusia itu sendiri dengan berbagai hubungan yang ada dengan
dirinya dan juga orang lain.
3.2 Metode penelitian

Ada 8 (hal) macam metodologi penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif,


yaitu
Studi kasus, Etnografi, Fenomenologi, Grounded theory, Biografi, Historical social science,
Clinic research dan Interaksionis simbolik.
Dalam hal ini penelitian yang digunakan adalah penelitian Fenomenologi, yaitu suatu
penelitian yang dilakukan untuk mempelajari pengalaman seseorang (fenomena) yang telah
atau sedang mengikuti organisasi karang taruna di masyarakat. Pada penelitian ini penulis
juaga menganggap berkurangnya keikutsertaan peran para remaja akan organisasi-organisasi
masyarakat khusunya karang taruna ini merupakan fenomena yang banyak terjadi saat ini
oleh karena itu penulis akan mendalami faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab hal
tersebut.

3.3 Key informan dan informan


Objek penelitian adalah para remaja yang ada di wilayah lingkungan Kelurahan
Gedong dengan menentukan key informan dan informan. Penulis menyadari bahwa dalam
menentukan key informan dan informan sebagai narasumber dalam penelitian ini harus sesuai
dengan tujuan penelitian yang dilakukan penulis. Selain itu key informan dan informan harus
lah pihak yang memiliki informasi yang memadai dan relevan dengan masalah pokok
penelitian.
Key informan dalam penelitian ini adalah para masyarakat yang telah memenuhi
syarat untuk menggunakan hak pilihnya yang berada di lingkungan sekitar kota Banjarmasin,
sengaja ditemui untuk dilakukan wawancara. Peneliti memilih key informan dari latar
belakang berbeda yang bisa mewakili lingkungannya dan juga dapat mewakili semua latar
belakang yang sama. Ada lima key informan yang terdiri dari wakil para pemilih dalam
masyarakat

3.3.1 Profil key informan

1. Nama : Dewa

Alamat : Jl. Mandastana, Banjarmasin Timur


Pekerjaan : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Lambung Mangkurat
Respon : motivasi dalam partisipasi politik terutama mengenai pemegang hak suara
memilih, untuk menambah suara kepada calon yang dipilih. Hak penentu yang menjadi
pertimbangan saya adalah visi dan misi, rekam jejak, penguasaan materi tentang masalah
yang ada pada daerah serta dapat membuat planning penyelesaian dan melaksanakannya,
serta tingkat kreativitas yang tinggi. Perlunya partisipasi politik dalam pemilu agar aspirasi
atau keinginan yang kita inginkan yang telah diwakilkan oleh paslon dapat terlaksana
kedepannya.
2. Nama : Muhammad Rifqi

Alamat : Jl. HKSN, Komp Surya Gemilang


Status : Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Ssosial Dan
Ilmu Politik, Universitas Lambung Mangkurat
Respon : Terdaftar di DPT kota banjarmasin utara. Dalam partisipasi politik sangat
penting, karenaitu adalah salah satu bukti untuk menjadi warga negara yang baik. Motivasi
memilih kerena ingin menggunakan hak pilih dengan sebaik baiknya. Faktor yang memberi
dorongan untuk hak suara pemilih adalah visi dan misi kadidat, latar belakang kadidat, dan
rekam jejak seseorang itu sangat berpengaruh untuk memiliki suara dari masyarakat.

3. Nama : Muhammad Rizky Rizal

Alamat : Jl. Teluk Tiram Darat, gg. Delima


Pekerjaan : Mahasiswa Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lambung Mangkurat
Respon : Saya tidak punya motivasi dalam menentukan hak pilih karena saya kurang
antusias mengamati perpolitikan yang ada, juga kurang suka dengan hal hal yang berbau
dengan politik, Bisa dibilang menutup diri dengan politik. Disatu sisi hak suara penentu saya
apabila ada kadidat yang menggunakan pendekatan persuasion/pola bujukan dalam
kampanye, dengan pemberian tanda terimakasih berbentuk mahar berupa uang dapat saya
terima. Visi dan misi calon bukan pertimbangan karena percuma itu hanyalah sekedar janji
yang tidak terealisasi.

4. Nama : Citra Rosalinda

Alamat : Jl. Malkon Temon Komp. Polri


Pekerjaan : Mahasiswi Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Ssosial Dan
Ilmu Politik, Universitas Lambung Mangkurat
Respon : Terdaftar di DPT Banjarmasin Timur, Karena ini tahun pertama saya
mendapatkan hak suara maka dari itu merupakan awal yang baik untuk memilih dan
menyumbangkan suara sebagai kawula muda. Motivasi serta dorongan saya dalam
menentukan hak pilih dipengaruhi oleh faktor visi dan misi serta ettitude seorang kadidat.

5. Nama : Afrida Syifa Tiara

Alamat : Jl. H. M. Yunus Rt.01


Pekerjaan : Mahasiswi program studi D3 Farmasi di Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin
Respon : motivasi dalam partisipasi politik terutama mengenai pemegang hak suara
memilih, karena menggunakan hak suara dengan sebjak bijaknya, sebab satu suara saja akan
menentukan masa depan rakyat Indonesia. Faktor penentu dalam memegang hak suara
pemilih adalah visi dan misi kandidat yang ingin dijalankan yang menentukan pilihan saya

6. Nama : Sri Elina Herni Yulianti

Alamat : Desa kadundung kecamatan labuan amas utara


Pekerjaan : Mahasiswi Program Studi Statistik, Fakultas Matematika Dan Ilmu
Penegetahuan Alam, Universitas Lambung Mangkurat
Respon : yang menjadi motivasi dalam menentukan pemegang hak suara pemilih
adalah sesuai dengan visi dan misi dan pengalamannya. Perlunya partisipasi politik dalam
pemilu karena negara perlunya pemimpin untuk menuntun negara kita menuju kesejahtraan
negara kita.

7. Nama : Dzakiyatul Munawarah

Alamat : Jl. Trans Kalimantan Rt. 18, Komp. Handil Bakti indah No.173
Pekerjaan : Mahasiswi program studi S1 Farmasi Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin.
Respon : motivasi dan dorongan memberikan hak suara pemilih, menginginkan
perubahan yang positif dan berkelanjutan. Perlunya partisipasi politik dalam pemilu adalah
menginginkan perubahan dan progres yang berarti untuk masa depan negara.

3.4 Teknik penentuan informan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan metode kualitatif. Dimana


dalam pendekatan kualitatif ini dalam teknik penentuan informan terdiri dari dua teknik yakni
purposive sampling dan snowball sampling. Purposive sampling dikenal juga dengan
sampling pertimbangan ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti
mempunyai sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu. Sedangkan snowball
sampling adalah teknik sampling yang semula berjumlah kecil kemudian anggota sampel
(responden) mengajak para sahabatnya untuk dijadikan sampel dan seterusnya sehingga
jumlah sampel semakin membengkak jumlahnya seperti (bola salju yang sedang
menggelinding semakin jauh semakin besar).

Dalam penelitian ini penulis dalam menentukan informan menggunakan teknik


purposiv
sampling dimana dalam mengambil responden peneliti mempunyai pertimbangan-
pertimbangan khusus, dimana responden yang akan dijadikan informan adalah para
masyarakat yang notabene berstatus mahasiswa agar lebih memudahkan pengambilan
sampling dalam masyarakat di wilayah tersebut.

3.5 Teknik pengambilan data

Sebelum mengumpulkan data, perlu diketahui jenis dan sumber data yang digunakan
pada penelitian ini. jenis dan sumber data yang digunakan ada dua, yakni data primer dan
data sekunder, yaitu :
1. Data primer
Adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, kemudian diamati dan dicatat
oleh penulis. Data primer merupakan data utama yang kemudian akan diolah dan
menghasilkan jawaban penelitian. Data primer tersebut adalah :
1. Wawancara mendalam
Wawancara adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan yang diperlukan untuk
keperluan penelitian dengan berpedoman pada panduan wawancara. Wawancara yang
dilakukan adalah wawancara mendalam (indepth interview) yang dilakukan dengan panduan
guide question. Indepth interview merupakan poses menggali informasi secara mendalam,
terbuka, dan bebas sesuai dengan masalah dan fokus penelitian dadiarahkan pada pusat
penelitian. Guide question berisi pertanyaan terstruktur yang sudah dipersiapkan sebelumnya
yang berhubungan dengan variabel yang diteliti dalam penelitian.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja dan sistematis mengenai
fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Dengan
metode ini penulis melakukan pengamatan langsung pada lingkungan setempat yang
berlokasi di daerah Pasar Rebo, tepatnya di Kelurahan Kampung Gedong.
3. Data sekunder
Data sekunder yaitu dokumen yang sudah ada sebeum dan ketika penelitian dilakukan, data
sekunder pada penelitian ini adalah :
1. Studi pustaka
Studi pustaka perlu untuk menunjang penelitian. Pengumpulan pustaka didapat baik dari
buku, internet dan lain-lain. Dalam hal ini sumber dari internet yang utama adalah
https://www.google.com/search?
safe=strict&source=hp&ei=JoGKXKmJLZDf9QPVn6nwCw&q=peranan+hak+suara+pemilih+dalam+aja
ng+konsentasi+polik&btnK=Penelusuran+Google&oq=peranan+hak+suara+pemilih+dalam+ajang+ko
nsentasi+polik&gs_l=psy-
ab.3..33i10i160.4243.24138..25481...1.0..2.1264.17998.8j20j6j5j1j5j5j3......0....1..gws-
wiz.....6..35i39j0i131j0j0i203j0i22i30j33i21j33i22i29i30j33i160.lAsigDyVP8A# dan

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-45618212
Hasil wawancara menjadi sumber data utama atau primer. Data primer dan sekunder
kemudian dikumpulkan dan digali untuk dijadikan informasi, kemudian dianalisis yang
hasilnya dibuat suatu generalisasi bagi suatu masyarakat.

3.6 Analisa data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar. Dari rumusan di atas dapatlah kita tarik garis besar bahwa
analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Dalam pengumpulan data ini
peneliti menggunakan data primer sebagai data utama dan data sekunder sebagai data dukungan

Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan metode pengumpulan


data di atas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan
menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif, tanpa menggunakan teknik kuantitatif.

Analisis deskriptif-kualitatif merupakan suatu tehnik yang menggambarkan dan


menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan
merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh
gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Tujuan deskriptif ini
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Dimana
peneliti dapat mengetahui apa saja manfaat yang dapat diambil dari keikutsertaan anggota
masyarakat dalam partisipasi serta faktor penentu dalam pemegang hak suara pemilih
dilingkup kota Bnajarmasin khususnya.
DAFTAR PUSTAKA

Agus Salim. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Teori Paradigma Penelitian Sosial,
Tiara Wacana, Bandung.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung :
2009, hlm. 14
https://www.google.com/search?
safe=strict&source=hp&ei=JoGKXKmJLZDf9QPVn6nwCw&q=peranan+hak+suara+pemilih+dalam+aja
ng+konsentasi+polik&btnK=Penelusuran+Google&oq=peranan+hak+suara+pemilih+dalam+ajang+ko
nsentasi+polik&gs_l=psy-
ab.3..33i10i160.4243.24138..25481...1.0..2.1264.17998.8j20j6j5j1j5j5j3......0....1..gws-
wiz.....6..35i39j0i131j0j0i203j0i22i30j33i21j33i22i29i30j33i160.lAsigDyVP8A#

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-45618212

Budiardjo, Miriam. 1982. Partisipasi dan Partai Politik, Jakarta: PT.Gramedia.


Hendrik, Doni. 2010. Variabel-variabel yang Mempengaruhi Rendahnya Partisipasi
Simangunsong, Bonar. 2004. Negara. Demokrasi dan Berpolitik Yang Profesional. Jakarta :
Gramedia
Huntington, Samuel P & Joan Nelson. 1994. Partisipasi Politik di Negara Berkembang.
Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai