BidangKompetisi Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas projek pada kurikulum merdeka. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang penting nya demokrasi dalam pemilu untuk suatu
negara di kehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Peneliti juga berterima kepada ibu guru selaku pembina projek peneliti
yaitu Ibu Putu Teti Insani Tanaya, S.Pd. karena telah membimbing peneliti dalam
proses pembuatan laporan penelitian untuk tugas projek ini serta terimakasih juga
untuk rekan - rekan yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan laporan
penelitian ini.
Akhir kata, penyusun berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Peneliti ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu.
Terimakasih, Om Shanti Shanti Om.
Peneliti
i
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh kesadaran politik pemilih pemula yang
belum memadai sehingga diperlukan strategi Komisi Pemilihan Umum dalam
mengatasi hal tersebut demi masa depan bangsa . Untuk merespons hal itu maka
peneliti melakukan penelitian Peran Komisi Pemilihan Umum Dalam
Menyadarkan Pemilih Pemula Mengenai Pentingnya Hak Suara.
Tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini antara lain (1) mengetahui
apa peran Komisi Pemilihan Umum dalam menyadarkan Pemilih Pemula tentang
pentingnya Hak pilih, (2) strategi Komisi Pemilihan Umum dalam menyadarkan
Pemilih Pemula tentang pentingnya Hak pilih.
Penelitian ini dilakukan dengan metode internet searching pada laman
berita KPU. Hasil penelitian menunjukan Komisi Pemilihan Umum (KPU)
memiliki peran yang sangat penting dalam menyadarkan pemilih pemula tentang
pentingnya hak pilih.
Beberapa cara yang dilakukan oleh KPU untuk mencapai tujuan ini adalah
melalui kampanye, penyuluhan, dan dialog dengan pemilih pemula. Dari data
maka saran kepada KPU agar terus meningkatkan upaya dalam menyadarkan
pemilih pemula tentang pentingnya hak pilih. KPU dapat melakukan peningkatan
kampanye yang lebih kreatif dan inovatif, serta meningkatkan kerjasama dengan
pihak-pihak terkait seperti sekolah-sekolah dan masyarakat.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut UU Pemilu Bab IV pasal 198 (Ayat 1), Pemilih Pemula adalah
Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara sudah genap berusia
1
17 tahun atau lebih, atau sudah/pernah menikah, yang mempunyai hak memilih
dan sebelumnya belum termasuk pemilih karena ketentuan Undang-Undang
Pemilu.Pemilih pemula yang berada di rentang usia 17-19 tahun sebagian besar
adalah pelajar dan mahasiswa. Segmentasi pemilih pemula tersebut memiliki
kuantitas yang cukup tinggi, ditinjau dari data BPS tahun 2022 penduduk pada
rentang usia 15-19 tahun memiliki angka sebesar 22.163,5 juta jiwa, angka
tersebut menjadi potensi suara Pemilih pemula pada tahun 2024. Pemilih kategori
pemula tentunya belum memiliki pengalaman dalam memillih calon pemimpin
serta belum mengenal bagaimana karakter calon pemimpin kedepannya, oleh
sebab itu mereka cenderung memiliki daya apatisme dan hanya sekedar ikut-
ikutan dalam menentukan keputusan politiknya. Hal tersebut disebabkan tingkat
kesadaran politik pemilih pemula yang belum memadai sehingga diperlukan
strategi Komisi Pemilihan Umum dalam mengatasi hal tersebut demi masa depan
bangsa sesuai visi dari Komisi Pemilihan Umum.Dari latar belakang tersebut
maka peneliti memilih judul “Peran Komisi Pemilihan Umum dalam
menyadarkan Pemilih Pemula Akan Pentingnya Hak pilih”.
2
membantu dalam memperdalam pemahaman tentang konsep dasar
demokrasi dan pentingnya partisipasi aktif dalam pemilihan umum. Hal ini
mendorong diskusi akademik tentang pengaruh KPU dalam membentuk
budaya politik demokratis di masyarakat.
- Mengembangkan teori-teori terkait di bidang politik: Penelitian ini dapat
memberikan kontribusi untuk mengembangkan teori-teori baru tentang
peran lembaga-lembaga pemilihan umum dalam membentuk partisipasi
politik masyarakat. Temuan dan penemuan dari penelitian ini dapat menjadi
dasar untuk penelitian lebih lanjut di masa depan.
- Meningkatkan literatur akademik tentang demokrasi: Laporan penelitian
ini akan menjadi tambahan penting untuk literatur akademik yang ada
tentang demokrasi dan partisipasi politik. Hal ini akan melengkapi
pengetahuan yang ada dengan menambah pemahaman tentang peran KPU
dalam menyadarkan pemilih pemula tentang pentingnya hak suara.
2. Manfaat Praktis
Memberikan masukan kebijakan: Temuan dari penelitian ini dapat
memberikan masukan langsung bagi KPU dan lembaga pemerintah terkait
dalam merumuskan kebijakan yang lebih efektif dan efisien untuk
meningkatkan partisipasi pemilih pemula. Dengan mengetahui peran KPU
yang paling efektif dalam menyadarkan pemilih pemula, kebijakan
penggunaan sumber daya publik dapat lebih terarah dan terfokus.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat: Dengan melibatkan pemilih pemula
dalam penelitian ini, masyarakat secara keseluruhan juga dapat
meningkatkan kesadaran tentang pentingnya hak suara dan partisipasi
politik. Laporan penelitian ini dapat menjadi alat penting untuk memberikan
pemahaman yang lebih baik kepada pemilih pemula dan masyarakat luas
tentang peran KPU dan hak suara dalam demokrasi.
- Meningkatkan partisipasi politik: Penelitian ini juga dapat memberikan
dampak positif dalam meningkatkan partisipasi pemilih pemula dalam
pemilihan umum. Dengan lebih memahami pentingnya hak suara, pemilih
pemula dapat lebih termotivasi untuk terlibat dalam proses demokrasi dan
menggunakan hak suara mereka secara aktif.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
atau tiadak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy).
Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan
umum, menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan (containing) atau
lobbying dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota
partai atau salah satu gerakan sosial dengan direct actionnya, dan sebagainya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan
Partisipasi politik dalam penelitian ini adalah mengkaji apakah peran KPU dalam
menyadarkan pemilih pemula tentang pentingnya hak pilih secara langsung
berhubungan dengan tingkat partisipasi pemilih pemula di dalam pemilihan
umum.
2. Teori Sosialisasi Politik
Proses sosialisasi dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya yang
diperoleh individu dalam kehidupan. Hal ini dijelaskan oleh Almond (1984: 325)
bahwa pengalaman sosialisasi akan mempengaruhi tingkah laku politik
dikemudian hari yang terjadi sebelumnya dalam kehidupan. Selanjutnya
pengalaman tersebut bukan pengalaman yang bersifat politik tetapi memiliki
berbagai konsekuensi politik laten yaitu yang tidak dimaksudkan melahirkan
impak politik sedang impak tersebut tidak terorganisir adanya.
Sosialisasi politik merupakan bagian yang penting dari suatu sistem politik karena
dengan adanya sosialisasi politik maka seorang individu dapat mempelajari politik
baik secara disadari ataupun tidak disadari oleh masing- masing individu tersebut.
Menurut Kweit (1986: 92) bahwa secara umum, sosialisasi politik dapat
didefinisikan sebagai suatu proses melalui mana individu belajar tentang politik.
Sosialisasi politik adalah proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada
seseorang dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-
reaksinya terhadap gejala-gejala politik.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa sosialisasi politik ditentukan oleh
lingkungan sosial, ekonomi, dan kebudayaan dimana individu berada; selain itu
juga ditentukan oleh interaksi pengalaman-pengalaman serta kepribadiannya
(Rush, 2007: 25). Efriza (2012: 17) mengungkapkan bahwa sosialisasi politik
merupakan bagian dari suatu proses sosial. Sosialisasi adalah suatu kegiatan
pengajaran dan pendidikan yang dilakukan individu atau suatu kelompok kepada
5
individu atau kelompok lainnya yang berlangsung secara alamiah. Pada
prosesnya, pengajaran dan pendidikan itu bersinggungan dengan nilai-nilai
politik. Hal ini dapat dipahami bahwa nilai-nilai politik yang melekat pada setiap
invidu tersebut akan berbeda. Selanjutnya dijelaskan bahwa proses terhadap
individu-individu sampai pada kadar yang berbeda, salah satunya bisa terlibat
dalam satu sistem politik yaitu partisipasi politik.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan
sosialisasi politik dalam penelitian ini adalah mengkaji bagaimana KPU
menjangkau pemilih pemula melalui media sosial, kampanye publik, atau kegiatan
lainnya untuk menyampaikan pesan tentang pentingnya hak pilih.
6
BAB III
METODE PENELITIAN
7
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi
software, metode, dan teknik dalam penelitian.
2. Klasifikasi (Classifiying)
3. Verifikasi (Veriviying)
8
mendalam terhadap data-data yang diperoleh dan dikumpulkan baik dari
hasil wawancara maupun dokumentasi dengan tujuan untuk memperoleh
keabsahan atau validitas data yang diperlukan pada penelitian sehingga
data dapat diketahui sesuai atau tidaknya untuk dijadikan penelitian.
4. Analisis (Analyzing )
5. Kesimpulan (Concluding)
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
MISI
Meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pemilu yang efektif dan efisien,
10
transparan, akuntabel, serta aksesibel; meningkatkan integritas,
kemandirian, kompetensi dan profesionalisme penyelenggara Pemilu
dengan mengukuhkan code of conduct penyelenggara Pemilu; menyusun
regulasi di bidang Pemilu yang memberikan kepastian hukum, progesif,
dan partisipatif; meningkatkan kualitas pelayanan Pemilu untuk seluruh
pemangku kepentingan meningkatkan partisipasi dan kualitas pemilih
dalam Pemilu, Pemilih berdaulat Negara kuat; dan mengoptimalkan
pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dalam penyelenggaraan
Pemilu.
11
Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Partisipasi Masyarakat
3. Betty Epsilon Idroos (Ketua) dan Mochammad Afifuddin (Wakil Ketua) pada
Divisi Data dan Informasi
4. Parsadaan Harahap (Ketua) dan Yulianto Sudrajat (Wakil Ketua) pada Divisi
Sumber Daya Manusia, Organisasi, Pendidikan dan Pelatihan dan Penelitian dan
Pengembangan.
5. Idham Holik (Ketua) dan August Mellaz (Wakil Ketua) pada Divisi Teknis
Penyelenggaraan.
6. Mochammad Afifuddin (Ketua) dan Idham Holik (Wakil Ketua) pada Divisi
Hukum dan Pengawasan.
12
Dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan
Umum dan Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Penetapan Organisasi dan
Tata Kerja Sekertariat Umum Komisi Pemilihan Umum (KPU), dijelaskan bahwa
untuk melaksanakan Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum (KPU)
mempunyai tugas kewenangan sebagai berikut:
a. Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan pemilihan umum
b. Menerima, meneliti dan menetapkan partai-partai politik yang berhak sebagai
peserta pemilihan umum
c. Membentuk panitia pemilihan Indonesia yang selanjutnya disebut PPI dan
mengkoordinasikan kegiatan Pemilihan Umum mulai dari tingkat pusat sampai
ditempat pemungutan suara yang selanjutnya disebut TPS
d. Menetapkan jumlah kursi anggota DPR,DPRD I dan DPRD II untuk setiap
daerah pemilih
e. Menetapkan keseluruhan hasil Pemilihan Umum di semua daerah pemilihan
untuk DPR, DPRD I dan DPRD II
f. Mengumpulkan dan mensistematiskan bahan-bahan serta data hasil Pemilihan
Umum
g. Memimpin tahapan kegiatan Pemilihan Umum
13
Menurut Cheppy Haricapyono istilah sosialisasi pada umumnya digunakan
pada ahli-ahli ilmu sosial untuk menunjukkan cara bagaimana anak-anak atau
generasi lebih muda diperkenalkan dengan nilai-nilai dan sikap-sikap yang dianut
oleh masyarakat, serta bagaimana mereka mempelajari peranan-peranan yang
diharapkan mereka jalankan kelak jika sudah dewasa.” Sedangkan sosialisasi
politik bertujuan memberikan pendidikan politik yang mana menurut Joko J
Prihatmoko adalah membentuk dan menumbuhkan kepribadian politik dan
kesadaran politik serta partisipasi politik rakyat.Sosialisasi merupakan salah satu
tugas dan kewenangan yang harus dilaksanakan oleh KPU untuk dapat
memberikan hak masyarakat akan informasi Pilkada, sosialisasi bertujuan agar
masyarakat ikut berpartisipasi dalam pesta demokrasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari laman KPU. Sosialisasi
dilakukan massif di kalangan masyarakat. KPU memiliki program bertema KPU
GOES TO SCHOOL, CAMPUS, dan PESANTREN. Tujuan dari diadakan
sosialisasi ini adalah untuk menyasar pemilih pemula. Sebagai informasi, KPU
Goes to Campus, School dan Pesantren akan digelar di 9 provinsi yang
berdasarkan data partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 masuk dalam kategori
rendah, yakni Maluku, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, DKI Jakarta,
Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.Pesantren dimaksud adalah pendidikan
keagamaan yang memiliki asrama/pondok, sehingga tidak terbatas pada pesantren
yang berbasis agama Islam saja melainkan agama lainnya juga Sedangkan 3
provinsi lain, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dipilih berdasar
partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 cukup tinggi dan memiliki Daftar Pemilih
Tetap (DPT) terbanyak di Indonesia
Untuk menarik pemilih muda, kegiatan ini dikemas dengan format
talkshow menghadirkan narasumber Anggota KPU, akademisi dari universitas
dan influencer muda serta dipandu oleh host lokal terbaik. Tidak lupa penampilan
pentas seni budaya atau panggung hiburan, seperti pentas seni musik modern,
tradisional maupun religi diselingi kuis kepemiluan, berupa tanya jawab seputar
kepemiluan.
Narasumber memberikan tips untuk mensukseskan Pemilu 2024 adalah
menggunakan media sosial dengan menyebarkan informasi yang valid (No
14
Hoax) terkait dengan Pemilu dengan melihat informasi dari media sosialnya KPU
RI. Menjadi pioner bagi keluarga dengan mengajak sanak keluarga dalam
menggunakan hak pilihnya, menjadi contoh untuk tidak melakukan golput,
membuat gerakan menolak money politic dengan memberikan edukasi pada orang
sekitarnya akan bahayanya money politik, karena pada dasarnya money politic
akan mencederai nilai luhur demokrasi di IndonesiaDalam penyelenggaraan
pemilu, KPU bekerja dengan berdasar peraturan perundang-undangan yang
berlaku yang disebut dengan Undang-Undang Pemilu dan juga ada Peraturan
KPU kemudian ada surat keputusan selanjutnya ada surat edaran dan lain
sebagainya. Maka KPU pada dasarnya dalam melaksanakan Pemilu tidak
berdasarkan keinginan pribadi namun benar-benar melaksanakan Pemilu itu
berdasarkan aturan yang ada.
15
dilakukan secara online yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi
tanpa dibatasi ruang dan waktu. Di media social, para penggunanya dapat saling
berkomunikasi, berinteraksi, berbagi, dan berbagai kegiatan lainnya. KPU
menggunakan Media social untuk sosialisasi pilkada yang dimuat di website resmi
KPU dan facebook yang berisikan tentang informasi terkait Pemilihan Kepada
Daerah (Pilkada). Sosialisasi melalui media sosialisasi lebih mentargetkan kepada
calon pemilih yang sudah mengerti akan teknologi, terutama pemilih pemula dan
pemilih muda yang lebih banyak menggunakan media sosial.
Adanya penggunaan berbagai media komunikasi yang digunakan KPU
dalam sosialisasi merupakan hal yang sangat penting terhadap peningkatan
partisipasi masyarakat, penggunaan media seperti media cetak, media elektronik,
dan media sosial, untuk memberikan informasi terkait pemilu kepada masyarakat
luas, Tidak hanya menggunakan media saja tapi juga mengerahkan anggota KPU
untuk terjung lansung untuk melakukan sosialisasi dan pendidikan pemilih.
16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian mengenai Peran Komisi Pemilihan
Umum Dalam Menyadarkan Pemilih Pemula Akan Pentingnya Hak Pilih dapat
peneliti simpulkan sebagai berikut:
Komisi Pemilihan Umum (KPU) memiliki peran yang sangat penting
dalam menyadarkan pemilih pemula tentang pentingnya hak pilih. Beberapa cara
yang dilakukan oleh KPU untuk mencapai tujuan ini adalah melalui kampanye,
penyuluhan, dan dialog dengan pemilih pemula.
Melalui kampanye, KPU menggunakan berbagai media seperti televisi,
radio, dan sosial media untuk menyampaikan pesan tentang pentingnya hak pilih.
Melalui kampanye ini, diharapkan pemilih pemula dapat memahami bahwa hak
pilih mereka memiliki dampak yang signifikan dalam menentukan masa depan
negara.
Selain itu, KPU juga melakukan penyuluhan kepada pemilih pemula
dengan mengunjungi sekolah-sekolah. Dalam acara penyuluhan ini, KPU
memberikan gambaran yang jelas tentang pentingnya hak pilih. Hal ini bertujuan
agar pemilih pemula memiliki pemahaman yang baik tentang hak pilih mereka
dan merasa terdorong untuk menggunakan hak suara mereka dengan bijaksana.
Selain melalui kampanye dan penyuluhan, KPU juga melibatkan pemilih
pemula dalam dialog. Dialog ini dilakukan melalui kegiatan sosialisasi yang
diadakan oleh KPU. Dalam dialog ini, pemilih pemula memiliki kesempatan
17
untuk berdiskusi dan mengajukan pertanyaan kepada KPU. Hal ini terbukti efektif
dalam meningkatkan kesadaran pemilih pemula tentang pentingnya hak pilih dan
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang proses pemilihan umum.
Dengan melakukan peran ini, KPU dapat membantu meningkatkan
partisipasi pemilih pemula dalam pemilihan umum. Partisipasi yang tinggi dari
pemilih pemula akan memberikan kelancaran dan keabsahan dalam proses
demokrasi negara. Selain itu, pemilih pemula yang terlibat secara aktif dalam
pemilihan umum memiliki potensi besar untuk membawa perubahan positif dalam
pembangunan negara.
5.2 Saran
Disarankan agar KPU terus meningkatkan upaya dalam menyadarkan
pemilih pemula tentang pentingnya hak pilih. KPU dapat melakukan peningkatan
kampanye yang lebih kreatif dan inovatif, serta meningkatkan kerjasama dengan
pihak-pihak terkait seperti sekolah-sekolah dan masyarakat. Selain itu, KPU juga
perlu terus memantau dan mengevaluasi efektivitas program-program yang telah
dilakukan, sehingga dapat terus meningkatkan kesadaran dan partisipasi pemilih
pemula dalam pemilihan umum di masa depan.
18
UCAPAN TERIMAKASIH
19
REFERENSI
https://www.bola.com/ragam/read/4907570/contoh-contoh-abstrak-penelitian-
dalam-karya-ilmiah [7 oktober 2023]
https://www.kpu.go.id/berita/baca/10700/peran-pemilih-pemula-dalam-pemilu-
2024
[7 oktober 2023]
https://www.kpu.go.id/berita/baca/11916/cerdaskan-pemilih-pemula-dan-muda-
songsong-pemilu-2024 [7 oktober 2023]
20