Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN

KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES


MELITUS TIPE II
SRI AGUSTIN HIDAYATI
201701165
4D
  
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI
TAHUN 2020/20
Latar Belakang

Introduction
Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit degeneratif tidak menular yang menjadi masalah
serius bagi kesehatan masyarakat di indonesia maupun di dunia (krisnatuti & yehrina, 2008). ).Diabetes melitus
adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok penyakit yang ditandai oleh
hiperglikemia (kadar glukosa tinggi). Diabetes terjadi akibat defek sekresi insulin atau kerja insulin, atau
defek keduanya, yang memengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.Pola makan yang tidak teratur
yang terjadi pada masyarakat saat ini dapat menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah penyakit degeneratif,
salah satunya penyakit DM (suiraoka, 2012). Penderita DM harus memperhatikan pola makan yang meliputi
jadwal, jumlah, dan jenis makanan yang dikonsumsi. Kadar gula darah meningkat dratis setelah mengkonsumsi
makanan tertentu karena kecenderungan makanan yang dikonsumsi memiliki kandungan gula darah yang tidak
terkontrol (tandra, 2009). Penyakit diabetes mellitus merupakan gangguan kesehatan berupa kumpulan gejala yang
disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat resistensi insulin (bustan, 2007). Gejala dari
penyakit diabetes mellitusadalah sering makan (polifagia), sering minum (polidipsia) dan sering kencin(poliuria)
(tjahjadi, 2002).
Justifikasi
Pada tahun 2013 adalah 382 juta orang menderita diabetes melitus dengan prevalensi 8,3 %.
indonesia masuk dalam urutan ke tujuh negara dengan penderita diabetes mellitus terbanyak
dengan jumlah 7,6 juta orang. Bahkan diprediksi pada tahun 2030, indonesia akan masuk dalam
lima besar negara dengan penderita diabetes mellitus di dunia. Data riskesdas tahun 2013
menunjukan peningkatan prevalensi diabetes mellitus dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,4%
pada tahun 2013. Di surakarta jumlah penderita diabetes mellitus tipe 2 terbanyak
sebesar13.046 penderita (dinkes surakarta, 2012). Studi terbaru di international diabetes
federation pada 2012 mengungkapkan, penderita diabetes melitus diseluruh dunia mencapai
371 juta orang.. Kasus dm di dunia diperkirakan sebanyak 90% merupakan dm tipe II (perkeni,
2010). Menurut riskesdas (2013), provinsi jawa timur dengan prevelensi penderita DM sebesar
2,1% dengan menempati urutan ke-9. Menurut penelitian susilo (2012), sebanyak 38 responden
(63,3%) penderita DM di rumah sakit baptis kediri melakukan diet tepat jumlah, sebanyak 35
responden (58,3%) melakukan diet tepat jenis, dan sebanyak 44 responden (73,3%) tidak
melakukan diet tepat jadwal (susilo, 2012). Di indonesia, prevalensi penderita diabetes melitus
pada tahun 2013 (2,1%) mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2007 (1,1%).
Prevalensi diabetes melitus tertinggi terdapat di provinsi D.I yogyakarta dengan nilai prevalensi
2,6%, yang kemudian diikuti oleh jakarta dengan 2,5% dan sulawesi utara 2,4%. Jenis diabetes
melitus yang paling banyak diderita dan prevalensinya terus meningkat adalah diabetes mellitus
tipe II dengan kasus terbanyak yaitu 90% dari seluruh kasus diabetes melitus di dunia (WHO,
2013).
Kronologis
Jenis Makanan yang paling sering dikonsumsi oleh responden yaitu karbohidrat berjumlah 45 responden (55,56%)
dan yang jarang mengkonsumsi karbohidrat berjumlah 36 responden (44,44%). Responden yang sering
mengkonsumsi protein berjumlah 41 responden (50,62%) dan yang jarang mengkonsumsi protein berjumlah 37
responden (45,68%). Jumlah penduduk yang sering mengkonsumsi lemak sebanyak 44 responden (54,32%) dan
yang jarang sebanyak 37 responden (45,68%), dan jumlah responden yang sering mengkonsumsi sebanyak 28
responden (34,57%) dan yang jarang mengkonsumsi serat berjumlah 53 responden (65,43%). (Gibney, 2007).Dari
10 kasus DM yang terjadi pada penderita disebabkan 4 faktor kebiasaan hidup yang tidak sehat, yaitu kurangnya
aktivitas fisik, mengkonsumsi makanan yang berisiko, merokok dan mengkonsumsi alkohol (marewa, 2015).
Pola makan tidak baik kemungkinan lebih besar mempunyai resiko kadar glukosa darah tidak terkontrol. Menurut
peneliti, bila seseorang dengan pola makan tidak baik dapat meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh
dikarenakan frekuensi makan yang tidak teratur pada penderita diabetes melitus tipe II.( Rahma amtiria ,2015).
Penderita DM tetap diperbolehkan makan seperti orang normal tetapi harus mampu mengendalikannya baik dalam
hal jadwal makan, jumlah, dan jenis makanan yang dikonsumsi (sudarmingsih, 2006).Jenis makanan perlu
diperhatikan karena menentukan kecepatan naiknya kadar gula darah. Penyusunan makanan bagi penderita DM
mencakup karbohidrat, lemak, protein, buah-buahan, dan sayuran (tjokroprawiro, 2012; dewi, 2013). Meningkatnya
gula darah pada pasien DM berperan sebagai penyebab dari ketidak seimbangan jumlah insulin, oleh karena itu diet
menjadi salah satu pencegahan agar gula darah tidak meningkat, dengan diet yang tepat dapat membantu mengontrol
gula darah (soegondo, (2015).
 
Solusi
Menurut price dan wilson (2006) penatalaksanaan diet pada penderita diabetes
melitus tipe II bertujuan untuk mengatur jumlah kalori dan karbohidrat yang
dikonsumsi setiap hari dengan prinsip diet tepat jumlah, jadwal dan jenis. Diet tepat
jumlah, jadwal dan jenis merupakan prinsip pada diet DM yang harus memperhatikan
jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah sesuai
dengan kebutuhan, jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya, yang dibagi menjadi 6
waktu makan, yaitu 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan selingan (tjokroprawiro,
2012)..Penelitian ini sejalan dengan penelitian fikasari (2012), bahwa seseorang yang
teratur melakukan aktivitas fisik dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit diabetes
mellitus tipe 2 sebesar 0,442 kali dibandingkan yang tidak teratur/tidak pernah
melakukan aktivitas fisik. Faktor risiko terjadinya diabetes mellitus tipe 2, karena
aktivitas fisik dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap
insulin, sehingga dapat memperbaiki kendali glukosa dalam darah (misnadiarly, 2006).
Rumusan masalah
Adakah hubungan tingkat pola makan dengan kadar gula darah pasien diabetes
melitus. Tujuan Penelitian
 
Tujuan Umum:
Mengetahui hubungan pola makan dengan kadar gula darah pasien diabetes melitus.
Tujuan khusus:
1.Mengidentifikasi hubungan pola makan dengan kadar gula darah pasien diabetes
melitus.
2. Mengidentifikasi kadar gula darah pasien diabetes melitus.
3. Menganalisis hubungan pola makan dengan kadar gula darah pasien diabetes
melitus.
 

 
Definisi diabetes melitus
Penyakit DM ditandai dengan tingginya kadar gula darah akibat tubuh tidak memiliki hormon insulin
atau insulin tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Insulin disekresikan oleh sel-sel beta yang
merupakan salah satu dari empat tipe sel dalam pulau-pulau langerhans pankreas. Sekresi insulin akan
meningkat dan menggerakkan glukosa ke dalam sel-sel otot, hati serta lemak. Insulin di dalam sel-sel
tersebut menimbulkan efek seperti menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot (dalam
bentuk glikogen), meningkatkan penyimpanan lemak dari makanan dalam jaringan adiposa dan
mempercepat pengangkutan asam amino (yang berasal dari protein makanan) ke dalam sel (smeltzer
dan bare, 2002)

Faktor-faktor penyebab DM meliputi


1. Genetik
faktor genetik merupakan faktor penting pada DM yang dapat mempengaruhi sel beta dan
mengubah kemampuannya untuk mengenali sekretoris insulin. Keadaan ini meningkatkan kerentanan
individu tersebut terhadap faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah integritas dan fungsi sel beta
pankreas (price and wilson,2006).
2. Usia
diabetes mellitus tipe II biasanya terjadi setelah usia 30 tahun dan semakin sering terjadi setelah usia 40
tahun, selanjutnya terus meningkat pada usia lanjut. Kejadian usia lanjut dengan gangguan toleransi glukosa
mencapai 50-92% (rochman dalam sudoyo, 2006) sekitar 6% individu berusia 45-64 tahun dan 11% individu
berusia lebih dari 65 tahun menderita DM tipe II (ignativicius & workman,2006).
3. Jenis kelamin
penyakit DM ini sebagian besar dijumpai pada perempuan dibandingkan laki-laki karena terdapat perbedaan
dalam melakukan semua aktivitas dan gaya hidup sehari-hari yang sangat mempengaruhi kejadian suatu
penyakit, dan hal tersebut merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit DM (soegondo, 2007).
4 berat badan
obesitas adalah berat badan yang berlebih minimal 20% dari BB idaman atau indeks massa tubuh lebih
dari 25 kg/m2.
5 aktivitas fisik
kurangnya aktifitas merupakan salah satu faktor yang ikut berperan dalam menyebabkan resistensi insulin pada
DM tipe II (soegondo, 2007). Kriska (2007) menyatakan mekanisme aktifitas fisik dapat mencegah atau
menghambat perkembangan DM tipe II yaitu : 1)resistensi insulin; 2) peningkatan toleransi glukosa; 3)
penurunaklemak adipose; 4) pengurangan lemak sentral..
6 pola makan
penurunan kalori berupa karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, merupakan faktor eksternal
yang dapat merubah integritas dan fungsi sel beta individu yang rentan (prince & wilson, 2006)
7 stress
respon stress menyebabkan terjadinya sekresi sistem saraf simpatis yang diikuti oleh sekresi
simpatis-medular, dan bila stress menetap maka sistem hipotalamus-pituitari akan
diaktifkan dan akan mensekresi corticotropin releasing factor yang menstimulasi pituitary
anterior untuk memproduksi adenocorticotropic faktor(acth).

Klasifikasi diabetes mellitus


1 diabetes mellitus tipe I
2 diabetes mellitus tipe II
3. Diabetes mellitus tipe lain
Penatalaksanaan diabetes mellitus
tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar
glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadinya
hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien.
Menurut konsensus perkeni 2011, ada empat pilar
penatalaksanaan DM
1 edukasi
2 terapi gizi medis
3 latihan jasmani
4 terapi farmakologis
Penderita DM 

Terapi

Terapi Terapi Non


Farmakologis Farmakologis

Kerangka Teori
Diet Edukasi Latihan
Jasmani

Pola Makan

Kadar gula darah 2 jam


sesudah makan
Kerangka Konsep
Keranngka konsep
Kerangka konsep adalah merupakan formulasi atau simplikasi dari kerangka teori atau teori
atau teori yang mendukung penelitian tersebut (Notoadmojo,2010).Kerangka konsep pada
penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Kadar gula darah 2 jam


Pola Makan
sesudah makan
Metode penelitian
Desigen penelitian
Desain penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik korelatif
yang menjelaskan tentang hubungan antara variabel jumlah, jenis, dan
jadwal makan dengan kadar gula darah pasien DM tipe II menggunakan
pendekatan cross sectional yaitu dimana variabel dependent dan variabel
independent dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan secara
langsung (notoadmodjo, 2005).
Variabel penelitian
1. Identifikasi variable
a. Variabel bebas(variabel independen) pada penelitian ini
adalah pola makan
b. Variabel terkait(variable dependen) pada penelitian ini adalah
kadar gula darah
Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah alat untuk membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel-variabel yang diteliti, juga bermanfaat untuk mengarahkan
kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabelvariabel yang
bersangkutan serta pengembangan instrument/ alat ukur (notoatmodjo, 2010)
Variabe Defunisi Indikator Alat ukur skala Skor
Oprasional
l
Idepnden: Ketepatan Pendidikan pola Wawancar Ordin 1 = Baik, jika pasien
Pola Makan dan makan DM a al melakukan 3 indikator
keteraturan meliputi: diet yaitu tepat jumlah,
pasien dalam 1.Jenis bahan jadwal dan jenis
penatalaksan makanan 2= Tidak baik, jika
aan jumlah 2. Jadwal makan pasien melakukan kurang
jenis dan 3. Jumlah makan dari
jadwal makan 4. menejemen 3 indikator jumlah,jenis
nutrisi dan jadwa
Variabel Defunisi Oprasional Indikator Alat ukur skala Skor
Depende Kadar glukosa dalam Gula darah Lembar hasil Ordinal GD2PP 1 =
n: darah di dapat dari acak 1.Kadar laboratorium Normal
Kadar hasil rekam medic gula darah <200mg/dl 2
gula GD2PP (Gula Darah puasa = Tinggi
darah(G 2 Jam setelah 2.Kada gula >200mg/dl
D2PP) makan) responden darah sewaktu
dibandingkan dengan
standar yang di
tetapkan oleh
PERKENI.
Analisa data

a.Analisa univariat
Digunakan untuk mendeskripsikan gambaran jumlah, jadwal, jenis makan dan
kadar gula darah. Data disajikan dalam bentuk tabel dan di interpretasikan.
b. Analisa bivariate
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
independen (jumlah, jadwal, dan jenis makan) dengan variabel dependen (kadar
gula darah), apakah variabel tersebut mempunyai hubungan atau tidak.
Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi square.
 
DAFTAR PUSTAKA

almaitser, S. 2010. Penuntun diet. Jakarta: gramedia pustaka utama


krisnatuti & yehrina. (2008). Diet sehat untuk penderita diabetes mellitus. Jakarta: penebar swadaya.
Notoatmodjo, S. (2010). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: salemba
medika.
David E, schteingart. 2006. Pankreas: metabolisme glukosa dan diabetes melitus.
Dalam: price SA, lorraine M, wilson, eds. Patofisiologi: konsep klinis dan
proses-proses penyakit. Edisi ke-6. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC;
hlm. 1259-1272.
ignatavicius & workman. 2006. Medical surgical nurshing critical thingking for
collaborative care. Vol. 2. Elsevier sauders : ohia
mihardja, laurentia. 2009. Faktor yang berhubungan dengan pengendalian
gula darah pada penderita diabetes melitud di perkotaan indonesia,
jurnal volume 59. Jakata.60
notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: rineka cipta.
Perkumpulan endokrinologi indonesia (PERKENI), 2011. Konsensus pengendalian dan
pencegahan diabetes mellitus tipe2 di indonesia 2011. Jakarta
fibriana, D. 2010. Hubungan pola makan dengan kadar gula darah pada

Anda mungkin juga menyukai