Anda di halaman 1dari 16

Kelompok 5

1. Anissa Rahmah Putri


11180920000099

INDUSTRI 2. Syafira Rahma Putri


11180920000093

PENGOLAHAN 3. Wildan Febi al Habib


Rachman

HASIL
11180920000042

Kelas D/W1
Latar Belakang
Hortikultura merupakan salah satu sub sektor dalam sektor pertanian yang
berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Indonesia memiliki aneka produk hortikultura, dengan ragam plasma nutfah dan
varietas yang memungkinkan bagi upaya pengembangan buah, sayuran dan bunga.
Kelapa Sawit (Elais quinensis) merupakan komoditas yang penting karena
kebutuhan akan minyak goreng dan derivatnya di dalam negeri terus meningkat
sejalan dengan meningkatnya standar ekonomi masyarakat.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia dimana saat
ini Indonesia menjadi negara penghasil kelapa sawit terbesar kedua setelah
Malaysia. Dengan melihat usaha-usaha yang dilakukan baik pemerintah maupun
perusahaan swasta yang melakukan ekstensifikasi.
Industri Pengolahan Hasil

Suatu kegiatan merubah bahan pangan


menjadi beranekaragam sehingga
memiliki daya simpan yang lebih tahan
lama dan memiliki nilai tambah yang
lebih besar.
Perkembangan Industri Pengolahan

Sektor industri merupakan penggerak utama perekonomian. Bahkan,


industri pengolahan memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian
nasional, yaitu 24 persen dari produk domestik bruto.
Kementerian Perindustrian berkomitmen menumbuhkan industri
pengolahan kelapa sawit di dalam negeri sebagai pelaksanaan kebijakan
nasional hilirisasi di sektor agro. Pasalnya, sektor ini memberikan sumbangan
besar bagi perekonomian nasional melalui peningkatan nilai tambah, kinerja
nilai ekspor, penyerapan tenaga kerja, dan kontribusi pada penerimaan negara.
Merujuk data Statistik Perkebunan Indonesia tahun 2016, perkebunan kelapa
sawit berperan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di dalam negeri
sebanyak 5,7 juta orang, dengan 2,2 juta orang di antaranya adalah petani rakyat
skala kecil. “Secara keseluruhan, diperkirakan sekitar 16-20 juta orang mengandalkan
penghidupan dari bisnis kelapa sawit hulu-hilir yang tersebar merata di seluruh
wilayah indonesia,” tutur Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.
Sementara itu, berdasarkan data BPS sampai bulan September 2016, tercatat nilai
ekspor produk hilir sawit sebesar USD13.3 miliar atau telah melebihi nilai ekspor
minyak dan gas bumi. “Produk hilir mencapai 54 jenis. Secara rata-rata tahunan,
sektor industri kelapa sawit hulu-hilir menyumbang USD20 miliar pada devisa
negara,” imbuh Airlangga. Sedangkan, khusus bagi pendapatan bukan pajak, sektor
perkelapasawitan menyumbang Rp12 triliun per tahun, yang dipungut atas ekspornya
dalam bentuk dana perkebunan dan bea keluar.
Menurut Menperin, untuk memacu hilirisasi industri kelapa sawit,
pemerintah menggunakan instrumen kebijakan fiskal melalui pengenaan
tarif bea keluar secara progresif sejak tahun 2011, disusul dengan
kebijakan penghimpunan dana perkebunan pada tahun 2015. “Kedua
instrumen fiskal ini bersinergi untuk menjamin pasokan bahan baku bagi
industri domestik, menciptakan permintaan minyak sawit di dalam
negeri. Dan menciptakan iklim usaha yang kondusif,” paparnya.
Dengan penerapan kebijakan tersebut, sejak tahun 2013, telah terjadi
pergeseran rasio ekspor yang semula 70 persen produk hulu dan 30
persen produk hilir, menjadi 30 persen produk hulu dan 70 persen
produk hilir. Diharapkan, pasar ekspor minyak sawit indonesia terus
meningkat dengan negara-negara tujuan utama seperti India, Tiongkok,
Pakistan, dan negara negara Timur Tengah.
Peningkatan pemanfaatan minyak sawit di dalam
negeri dapat ditingkatkan, salah satunya melalui
program mandatori biodiesel 20 persen (B-20).
“Dalam hal ini, Badan Layanan Umum Badan
Pengelola Dana Perkebunan (BLU BPDP) kelapa sawit
dapat menjalankan tugas untuk mendukung
penggunaan B-20 dalam negeri sehingga akan
meningkatkan serapan domestik dan menghindari
jatuhnya harga CPO internasional
Pohon Industri
Pohon industri merupakan informasi berbasis
pengetahuan hasil penelusuran informasi yang disusun
untuk memberikan gambaran jenis-jenis produk yang
dapat di buat dari suatu komoditas. Dapat juga di
artikan sebagai hasil produk dari suatu komoditas yang
di sajikan dalam bentuk bagan, gambar dan diagram.
Pohon industri dapat digunakan sebagai penyedia varian
produk yang memiliki nilai jual dari suatu komoditi. Misalnya
kelapa sawit, daging kelapa sawit diolah sebagai minyak
kelapa sawit, biji kelapa sawit diolah sebagai inti kelapa sawit,
tempurung diolah menjadi arang, bahan bakar.
Kelapa sawit digunakan sebagai bahan pangan maupun
bahan non pangan. Bahan pangan contohnya digunakan
sebagai minyak goreng, minyak salad, bahan dasar
pembuatan margarine. Bahan non pangan contohnya
digunakan sebagai sabun, kertas, lotion dan cream kulit.
Pohon Industri Kelapa Sawit
Integrasi Vertikal dan Integrasi
Horizontal
Integrasi vertikal adalah sebuah keadaan dimana seluruh tahap dalam rantai
suplai dimiliku oleh sebuah perusahaan. Integrasi ini berbeda dengan integrasi
horizontal, dimana sebuah perusahaan akan mengintegrasikan produksi
beberapa produk yang masih dalam satu tahap dalam rantai suplai, baik melalui
ekspansi internal, akuisisi, ataupun merger.
Integrasi vertikal dapat menjadi strategi bisnis yang sangat baik, namun
sangat sulit untuk diimplementasikan, dan jika gagal mengimplementasikannya,
akan sangat mahal untuk memperbaikinya.
Integrasi horizontal dapat mengarah ke monopoli, jika barang atau jasa yang
mereka integrasikan, berhasil menguasai sebagian besar pangsa pasar.
Analisis Integrasi Vertikal pada Industri Minyak Goreng Sawit di
Indonesia dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa yang


mempengaruhi tingkat integrasi vertikal dan bagaimana faktor-faktor tersebut
mempengaruhi tingkat integrasi vertikal pada industri minyak goreng sawit di
Indonesia. Setelah mengetahui akar permasalahan yakni faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat integrasi vertikal maka diharapkan akan semakin mudah
dalam mengatasi dan bahkan mengurangi secara bertahap tingkat integrasi vertikal
yang dapat merugikan kesejahteraan masyarakat. Untuk tujuan tersebut, beberapa
variabel yang diteliti adalah rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar,
pertumbuhan permintaan, ukuran rata-rata perusahaan, biaya input, nilai output,
harga bahan baku utama, jumlah ekspor bahan baku utama, dan efisiensi-x.
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder yang diperoleh
dari industri besar dan sedang yang ada di BPS.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah Error Correction Model (ECM). Penggunaan
metode analisis ini didasarkan kemampuan metode tersebut untuk menganalisis hubungan antar variabel
dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Analisis jangka panjang menggunakan persamaan
kointegrasi, sedangkan analisis jangka pendek (dinamis) menggunakan ECM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa CR4 memiliki hubungan positif terhadap tingkat integrasi vertikal
baik pada jangka panjang maupun jangka pendek. Akan tetapi, dalam jangka panjang pengaruh CR4 ini
tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat integrasi vertikal.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, upaya yang dapat dilakukan pemerintah adalah dalam membuat
kebijakan pada industri minyak goreng sawit sebaiknya memperhatikan hal-hal yang dapat meningkatkan
tingkat integrasi vertikal, dan pemerintah dalam melaksanakan kebijakan sebaiknya harus konsisten
dengan apa yang telah dibuat dan sebaiknya memberikan ganjaran dan hukuman bagi para pelaku yang
terlibat. Diharapkan dari langkah-langkah tersebut praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
dapat berkurang.
Kesimpulan
Sektor industri merupakan penggerak utama perekonomian. Bahkan,
industri pengolahan memberikan kontribusi besar terhadap
perekonomian nasional, yaitu 24 persen dari produk domestik bruto.
Kementerian Perindustrian berkomitmen menumbuhkan industri
pengolahan kelapa sawit di dalam negeri sebagai pelaksanaan kebijakan
nasional hilirisasi di sektor agro.
Pohon industri merupakan informasi berbasis pengetahuan hasil
penelusuran informasi yang disusun untuk memberikan gambaran jenis-
jenis produk yang dapat di buat dari suatu komoditas. Pohon industri
dapat digunakan sebagai penyedia varian produk yang memiliki nilai jual
dari suatu komoditi. Misalnya kelapa sawit, daging kelapa sawit diolah
sebagai minyak kelapa sawit, biji kelapa sawit diolah sebagai inti kelapa
sawit, tempurung diolah menjadi arang,bahan bakar.

Anda mungkin juga menyukai