Sesi 11 Desentralisasi Siaran TV Berjaringan
Sesi 11 Desentralisasi Siaran TV Berjaringan
1
Apa itu frekuensi-ranah publik?
Apa yg dikatakan sebagai ‘Sistem
Penyiaran terdesentralisasi’/berjaringan?
Mengapa Sistem tersebut dianggap lebih
bermanfaat bg Indonesia?
Bagaimana UU Penyiaran mengaturnya?
Mengapa Sulit Dilaksanakan?
2
Desentralisasi/jaringan
Media penyairan menggunakan frekuensi –
frekuensi adalahnya di udara menggunakan
gelombang elektromagnetik. Jadi milik
masy. Pemerintah hanya sebagai distributor,
regulator.
Frekuensi adalah milik publik (ranah publik,
public domain) untuk itu penggunaannya
seharusnya bermanfaat bagi publik.
08/03/21
3
Keterbatasan frekuensi TV
karena jumlahnya sedikit maka perlu
pengaturan, haruas ada yg
mengatur-Pemerintah. Di Amerika
ada FCC, di Inggri ada ITC.
Radio: 1500 stasiun radio namun
tidak sentral, radio sudah berjaringan
4 08/03/21
Sistem Siaran Terdesentralisasi dicirikan oleh
berlangsungnya penyiaran yg tdk
sepenuhnya ditentukan oleh Pusat dan,
sebaliknya, difasilitasi oleh jaringan lembaga
penyiaran lokal sehingga memberi peluang bg
setiap daerah utk memperoleh manfaat dr
penggunaan frekuensi siaran di daerah tersebut.
Ex: Frekuensi yg ada di Jawa barat harusnya bisa
dimanfaatkan demi kepentingan jawa barat. Jd tdk benar
jika semua kanal/frekuensi yg ada di indonesia, mulai dr
sabang sampai merauke dimanfaatkan oleh Jakarta.
5 08/03/21
Penyiaran Sentralistis:
Warisan Orde Baru
08/03/21
7
Kenapa orang Aceh harus menonton tawuran anak
SMA di blok M? Knp kejadian tawuran antar suku di
Aceh tidak di tonton oleh masy indonesia secara
nasional?
Knp penjambret di Tanah Abang hrs di tonton org
Menado? Sedangkan kasus yg lebih besar (kebakaran
pasar) di Menado tdk diliput?
Kenapa orang Medan hrs menonton berita kemacetan
di JKT akibat pembangunan MRT?
Kenapa org Bali hrs menonton iklan pemilukada Calon
gubernur Banten?
kenapa narasumber2,/Dosen UI terkesan lebih pintar
dari pada di UGM?
Kenapa kalau mau jadi artis harus ke jakarta?
8 08/03/21
Masyarakat Padang tentu lebih tertarik
mengenai perilaku gubernur mrk drpada
gubernur DKI, mrk lebih tertarik mengenai
berita pembangunan daerahnya.
Bagi orang Ambon, kalimantan, papua,
sulawesi tdk penting membahas kemacetan
jakarta, jalur motor, MRT, LRT, monorail,
Bagi orang padang, ambon, menado, papua,
kalimantan nilai urgensinya kecil mengenai
pembahasan “ganjil genap”, “MRT, LRT…”,
jalan layang non tol,…
9 08/03/21
Indonesia-penuh dgn keragaman budaya. Ada 370
kelompok etnik dan 60 bahasa induk. Orang
Sulawesi tdk terlalu menyukai acara ketoprak,
ludruk, Org aceh tdk perlu mengikuti dialek/bahasa
jkt “elu gue”.
Bagi orang Flores, Tdk penting iklan/info sale
SOGO Sale di Plaza Indonesia, Metro Big sale di
PIM, nelayan di Kupang tdk perlu menyaksikan
Iklan mobil Mercedes keluaran terbaru yang
harganya selangit, para ibu-ibu Rumah tangga
daerah Gunung kidul tdk perlu menyaksikan alat
masak “Happycall”, berbagai macam alat olahraga
utk menguruskan badan yg harganya mahal (krn
sudah kurus2), dll.
10 08/03/21
Dari perspektif Agama, sentralisasi dianggap
kurang sensitif.
karena nasional, maka adzan berkumandang ke
semua penjuru indonesia? Ke papua, menado, bali..
Acara lebaran ke semua penjuru, acara waisak ke
semua penjuru. Acara2 berbau islam, kristiani, katolik,
dll terpaksa harus menyeluruh.
Kenapa acara2 berbau seks/pornografi harus di tonton
masy aceh? Bagi orang Aceh, kurang cocok jika byk
tayangan yg berpakaian minim: rok mini, tank top, dll
Ada tudingan siaran TV nasional (sentralistik)
mengingkari keberagaman agama.
11 08/03/21
Dari perspektif Waktu: Indonesia punya WIB,
WITA, WIT:
Adzan hanya fokus pada WIB.
Acara2 seperti menjelang berbuka, atau
setelah berbuka puasa tidak pas.. Ketika di
WIB (Jakarta) sudah berbuka, maka acara2
mengenai makanan marak sedangkan di
bagian lain belum berbuka.
Acara tertentu, misalnya ILC di WIB sampai
jam 11an, sedangkan di daerah lain (makasar)
sampai jam 12an.
12 08/03/21
Jadi…
Isi siaran sepenuhnya ditentukan oleh
Jakarta, mengikuti kepentingan politik,
agama, budaya, ekonomi Jakarta-Jadi masy.
luar jakarta senuhnya hanya sebagaipenonton.
Masyarakat luar jakarta sama sekali tdk
berdaulat atas frekuensi siaran
Seluruh keuntungan ekonomi terserap ke
Jakarta
Masyarakat luar jakarta hanya memiliki sedikit
kendali atas isi siaran yg datang dari jakarta.
Masyarakat tdk dpt memanfaatkan segenap
keuntungan yg bisa diperoleh dari kehadiran
stasiun televisi
13 08/03/21
Perubahan Revolusioner
UU Penyiaran 2002
08/03/21
14
Perizinan
Tdk ada lagi perizinan siaran nasional
Di setiap daerah, setiap lembaga penyiaran
harus memperoleh Izin Penyelenggaran
Penyiaran (IPP) yang berlaku hanya
untuk daerah tersebut: permohonan izin
ke KPID, Rapat Dengar Pendapat, Forum
Rapat Bersama di Jakarta.
08/03/21
15
Desentralisasi Siaran
08/03/21
16
Manfaat Sistem
Penyiaran Berjaringan
08/03/21
20
Penyesuaian Izin
08/03/21
21
4 Inti regulasi TV Berjaringan
PP No. 50/2005:
Jaringan Lembaga Penyiaran Televisi
(ps. 36)
23 08/03/21
5. Sistem kepemilikan di TV berjaringan
NO TV PEMILIK
1 TV Pertama 100% dimiliki oleh 1 orang
2 TV ke dua Maksimal 49% dimiliki
oleh orang yang sama dgn
TV pertama, sisanya org
daerah
3 TV ke tiga Mkasimal 25% dimiliki
oleh orang yg memiliki
TV1 dan TV 2
4 TV ke empat Maksimal 5% dimiliki oleh
pemilik TV1, 2 dan 3.
24 08/03/21
Bayangkan……
26 08/03/21
Penolakan oleh Industri
Televisi Nasional
Sejak dikeluarkannya UU Penyiaran 2002,
stasiun2 televisi nasional di jakarta secara
konsisten ‘memboikot’ gagasan sistem
penyiaran berjaringan
Judicial Review atas UU Penyiaran berujung
pada keputusan Mahkamah Konstitusi yg
menetapkan Pemerintah sebagai satu2nya
lembaga yg berwenang mengeluarkan
peraturan pelaksanaan penyiaran.
Ada upaya merevisi UU penyiaran 2002
08/03/21
27
27