Anda di halaman 1dari 22

STRAIN, SPRAIN , DAN

DISLOKASI”
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
1. Afifah Khairunisa
2. Anggun Ruht Diana Putri
3. Agung Wilianto
4. Dilla febriani
5. Mega Putri Julianti
6. Suci Rahma Dhani
DOSEN PEMBIMBiNG :
Reni chaidir, S.kp.M.Kep.
A.pengertian
1. Strain adalah tarikan pada otot, ligament atau tendon ya
ng disebabkan oleh regangan (streech) yang berlebihan ,
dalam bahasa kita disebut “kram otot” (Smeltzer Suzame,
2001). cedera yang terjadi pada otot dan tendon. Biasany
a disebabkan oleh adanya regangan yang berlebihan.Gejal
a: Nyeri yang terlokalisasi, kekakuan, bengkak, hematom
di sekitar daerah
2. Sprain adalah kekoyakan pada otot, ligament atau ten
don yang dapat bersifat sedang atau parah, dalam bahasa
kita disebut “kesleo” (Smeltzer Suzame, 2001)
3. Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang d
ari kesatuan sendi.
B. Etiologi
3. Dislokasi
a.Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adal
ah sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beres
iko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski
, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bo
la paling sering.
b.trauma
Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga , b
enturan keras pada sendi saat kecelakaan motor bia
sanya menyebabkan dislokasi.
c.terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa d
iatas lantai yang licin.
d.patofisiologi
Terjadinyaa „tear‟ ligament dan kapsul articuler
yang merupakan kompenen vital penghubung tulang (S
meltzer Suzame, 2001).
C.Klasifikasi
1.strain
a.Derajat I / Mild Strain (Ringan) adalah ada
nya cidera akibat penggunaan yang berlebihan pada peng
uluran unit muskulotendinous yang ringan berupa stretc
hing/kerobekan ringan pada otot/ligament.
b.Derajat II/Medorate Strain (Sedang) adala
h adanya cidera pada unit muskulotendinous akibat kont
raksi/pengukur yang berlebihan
c.Derajat III/Strain Severe (Berat) adala
h adanya tekanan/penguluran mendadak  yang cukup berat
.
2.sprain
a.Sprain tingkat I yaitu cedera sprain yang
ditandai dengan terdapat sedikit hematoma dalam ligame
ntum
b.Sprain tingkat II yaitu cedera sprain ya
ng ditandai dengan banyak serabut ligamentum yang putu
s, cedera ini menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan , pe
mbengkakan , efusi (cairan yang keluar).
c.Sprain tingkat III yaitu cedera sprain yan
g ditandai dengan terputusnya semua ligamentum , s
ehingga kedua ujungnya
2.Sprain
Adalah kekoyakan ( avulsion ) seluruh atau sebagian dari dan
disekeliling sendi, yang disebabkan oleh daya yang tidak sem
estinya, pemelintiran atau mendorong / mendesak pada saat be
rolah raga atau aktivitas kerja.
3.Dislokasi
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan . Humer
us terdorong kedepan , merobek kapsul atau menyebabkan tepi
glenoid teravulsi. Kadang- kadang bagian posterolateral kapu
t hancur.
E.Manifestasi klinis
1.strain dan sparain
Ligamen menghubungkan tulang-tulang anda. Sprain terjadi saa
t ada ligamen yang tertarik diluar batas fleksibilitasnya at
au bahkan tertarik sampai terobek. Sprain dapat terjadi di s
aat persendian anda terpaksa bergeser dari posisi normalnya
karena anda terjatuh, terpukul atau terkilir.
2.dislokasi
Manifestasi klinis yang paling jelas pada dislokasi adalah d
eformitas .
F.pemeriksaan penunjang
1.Pemeriksaan penunjang untuk Strain dan Sprain adalah foto
rontgen untuk  membedakan dengan patah tulang.
2.dislokasi
a.Dengan cara pemeriksaan Sinar  – X ( pemeriksaan
X-Rays ) pada bagian anteroposterior akan memperlihatkan bayang
an yang tumpah-tindih antara kaput humerus dan fossa Glenoid, K
aput biasanya terletak di bawah dan medial terhadap terhadap ma
ngkuk sendi.
b.Foto rontgen : Menentukan luasnya degenerasi dan
mengesampingkan malignasi.
c.Pemeriksaan radiologi : Tampak tulang lepas dari
sendi
D.Pemeriksaan laboratorium untuk menilai apakah ad
a infeksi dengan peningkatan leukosit

G.Komplikasi
1.Strain dan Sprain : Strain dan sprain yang berulan
g dapat menyebabkan Tendonitis dan Perioritis , dan perub
ahan patologi adanya inflasi serta dapat mengganggu/robek
nya jaringan otot
2.dislokasi
a.Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera sehingga pasi
en tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat
daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.
b.Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak.
c.Kekakuan sendi bahu : Immobilisasi yang lama dapat meng
akibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang beru
mur 40 tahun.
d.Dislokasi yang berulang : terjadi kalau labrum glenoid
robek atau kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid.
e.kelemahan otot
f.fraktur dislokasi
g.kontraktur
h.trauma jaringan
3.komplikasi pemasangan traksi
a.dekubitus
b.Kongesti paru dan pneumonia
c.konstipasi
d.anoreksia
e.Stasis dan infeksi kandung kemih
f.thrombosis vena dalam
H.manajemen terapi
1.Strain dan Sprain
Terapi RICE yaitu dengan istirahat (rest) selama 3-6minggu, kompres e
s (ice) 15-30menit, balut tekan dengan bahan yg lunak seperti kain (C
ompress), daerah yang cidera ditinggikan (elevate) dan Immobilisasi.
2.dislokasi
a.Dislokasi reduksi yaitu dikembalikan ketempat semula deng
an menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
b.Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan d
ikembalikan ke rongga sendi.
c.Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips
atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
b.Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mo
bilisasi halus 3-4X sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran s
endi.
e.Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa p
enyembuhan.
I.penatalaksanaan medis
1.strain
a.kemoterapi
Dengan analgetik seperti Aspirin (300 – 600 mg/hari) atau Aceta
minofen (300
 – 600 mg/hari).
b.Elektromekanis.Penerapan dingin dikompres dengan kanto
ng es.
c.Pembalutan atau wrapping eksternal.
d.dengan pembalutan atau pengendongan bagian yang sakit.
e.Posisi ditinggikan atau diangkat.
f.Dengan ditinggikan jika yang sakit adalah ekstremitas.
g.Latihan ROM : Latihan pelan-pelan dan penggunaan semam
punya sesudah 48
 jam.
h.Penyangga beban, dilakukan sampai dapat menggerakan bag
ian yang sakit.
2.Sprain
a.Pembedahan.Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfu
ngsi sepenuhnya; pengurangan- pengurangan perbaikan terbuka terh
adap jaringan yang terkoyak.
b.kemotherapi.
Dengan analgetik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam)
untuk meredakan nyeri dan peradangan. Kadang diper
lukan Narkotik (codeine 30-60 mg peroral setiap 4
jam) untuk nyeri hebat.
c.Elektromekanis
Penerapan dingin dikompres dengan kantong es.
d.Pembalutan / wrapping eksternal.
e.Dengan pembalutan, cast atau pengendongan
(sung)
f.posisi ditinggikan atau diangkat
g.Latihan ROM : Tidak dilakukan latihan pada
saat terjadi nyeri hebat dan perdarahan, latihan p
elan – pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung
jaringan yang sakit.
h.Penyangga beban : Menghentikan penyangga be
ban dengan penggunaan kruk  selama 7 hari atau leb
ih tergantung jaringan yang sakit.
3.dislokasi
a.Lakukan reposisi segera. Dengan manipulasi secara ha
ti-hati permukaan sendi diluruskan kembali. Tindakan ini ser
ing dilakukan anestesi umum untuk  melemaskan otot-ototnya.
b.Dislokasi sendi kecil dapat direposisi ditempat kejad
ian tanpa anestesi. Misalnya dislokasi jari ( pada fase shoc
k ), dislokasi siku, dislokasi bahu.
c.Dislokasi sendi besar. Misalnya panggul memerulukan a
nestesi umum.
d.Fisioterapi harus segera mulai untuk mempertahankan
fungsi otot dan latihan yang aktif dapat diawali secara dini
untuk mendorong gerakan sendi yang penuh, khususnya pada sen
di bahu.
e.Tindakan pembedahan harus dilakukan bila terdapat
tanda-tanda gangguan neumuskular yang berat/ jika tetap ada
gangguan vaskuler setelah reposisi tertutup berhasil dilakuk
an secara lembut.
F.Persendian tersebut disangga dengan pembedahan, de
ngan pemasangan gips, misalnya pada sendi panngkal paha, unt
uk memberikan kesembuhan pada ligamentum yang teregang.
B.pencegahan primer , sekunder, dan t
ersier
1.Pencegahan primer Usaha pencegahan primer a
dalah usaha yang ditujukan terhadap segala upaya y
ang dilakukan untuk menghindari terjadinya cedera
untuk pertama kalinya. Pendekatan yang dapat dilak
ukan adalah dengan mengenali dan megoreksi beberap
a faktor risiko timbulnya cedera.
2.Pencegahan sekunder dalah upaya yang dila
kukan untuk mencegah terjadinya perburukan atau ko
mplikasi cedera yang terjadi pertama kalinya. Penc
egahan ini tertuju kepada usaha-usaha penatalaksaa
n cedera akut.
3Pencegahan tersier Pencegahan tersier dituj
ukan untuk mengupayakan cedera jangan berulang. Us
aha pencegahan primer erat kaitannya dengan penceg
ahan primer dan sekunder
C . evidance based
Asuhan keperawatan
A.pengkajian
1.Identitas klien
a.Identitas klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendi
dikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat.
b.Identitas penanggung jawab meliputi: Nama, Umur, Pe
ndidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat.
c.Tanggal masuk RS, No. Medical Record dan Diagnosa
Medis.
2.Riwayat kesehatan
a.Keluhan utama : Badan bengkak, muka sembab dan na
fsu makan menurun.
b.Riwayat penyakit sekarang : Badan bengkak, muka sem
bab, muntah, nafsu makan menurun, konstipasi, diare, urine m
enurun.
Riwayat penyakit dahulu : Edema, malaria, riwayat GNA dan GN
K, terpapar bahan kimia.
c.Riwayat kesehatan keluarga : Karena kelainan gen au
tosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan ter
api biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua
tahun setelah kelahiran.
3.Pengkajian fungsional kesehatan
a.Persepsi kesehatan
Kaji pandangan klien/keluarga jika ada anggota keluarga yan
g sakit apa yang akan dilakukan, pengobatan apa yang akan d
iberikan.
b.Pola nutrisi metabolic
Tanyakan tentang pola makan klien sebelum dan selama sakit,
kaji status nutrisi klien dengan, kaji input cairan klien s
elama 24 jam, dan kaji turgor kulit serta observasi adanya
oedema anasarka.
c.Pola eliminasi
Kaji pola bab dan bak klien sebelum sakit dan selama sakit.
apakah terjadi perubahan pola berkemih seperti peningkatan
frekuensi, proteinuria.
d.Pola aktivitas
Kaji tanda – tanda vital terutama tekanan darah, kaji adan
ya tanda - tanda kelelahan,
e.Kebutuhan istirahat tidur
Kaji pola tidur klien sebelum dan selama sakit
f.Pola persepsi kognitif 
Kaji kemampuan pancaindra klien, kaji pengetahuan klien ten
tang penyakit yang di deritanya.
g.Pola persepsi diri
Kaji persepsi diri klien meliputi body image, harg
a diri, peran diri, ideal diri, konsep diri.
h.Pola hubungan sosial
Kaji pola komunikasi klien terhadap keluarga, klie
n satu ruang, dan perawat.
i.Pola seksualitas
Kaji kebutuhan seksual klien
 j. Pola mekanisme koping
Kaji bagaimana respon diri klien terhadap penyakit
yang dideritanya
k. Pola spiritual
Kaji persepsi klien dilihat dari segi agama, apaka
h klien memahami bahwa penyakitnya adalah ujian da
ri Allah SWT.
4.Pemeriksaan fisik 
a.Strain dan sprain : Pemeriksan fisik mencakup kelemah
an, ketidakmampuan penggunaan sendi, udema pada sprain, per
ubahan warna kulit, perdarahan, dan mati rasa.
b.Dislokasi : Pemeriksaan fisik sangat penting untuk me
netukan lokasi dislokasi dan pengkajian yang lebis spesifik
tentang nyeri, deformitas, dan fungsiolaesa, misalnya bahu
tidak dapat endorotasi pada dislokasi bahu, perubahan kontu
r sendi pada ekstermitas yang mengalami dislokasi, perubaha
n panjang ektermitas, adanya lebampada dislokasi sendi.
B.Diagnosa Keperawatan
1.Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan
fragmen tulang, edema, cedera pada jaringan lunak, pemasang
an alat/traksi.
2.Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan den
gan fraktur terbuka: bedah permukaan; pemasangan kawat, per
ubahan sensasi, sirkulasi, akumulasi eksresi atau sekret/im
mobilisasi fisik.
3.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera j
aringan sekitar fraktur dan kerusakan rangka neuromuskuler.
4.Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer ber
hubungan dengan aliran darah; cedera vaskuler langsung, edema
berlebih, hipovolemik dan pembentukan trombus.
5.Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertah
anan primer, kerusakan kulit dan trauma jaringan.
6.Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobat
an berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi inf
ormasi, tidak mengenal sumber informasi.
C.Intervensi Keperawatan
1.Dx.1 Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gera
kan fragmen tulang, edema, cedera pada jaringan lunak, pemasan
gan alat/traksi.
Tujuan: Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan.
Kriteria Hasil:
a.Klien menyatakan nyeri berkurang.
b.Klien menunjukkan penggunaan keterampilan relaksa
si dan aktifitas terapetik  sesuai indikasi untuk situasi indi
vidual.
c.Edema berkurang/hilang.
d.Tekanan darah normal.
e.Tidak ada peningkatan nadi dan pernapasan. Inter
vensi:

Anda mungkin juga menyukai