Anda di halaman 1dari 108

WS PMKP

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


DAN
INTEGRATED CLINICAL PATHWAY

dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes


Komisi Akreditasi Rumah Sakit
PENDIDIKAN

Fakultas Kedokteran Univ Kristen Indonesia,


1970
Konsultan Nefrologi
Perhimpunan Nefrologi Indonesia, 1982
Magister Manajemen
Sekolah Tinggi Manajemen PPM Jakarta, 1994
Lahir : Magister Hukum Kesehatan
Magelang
5 Nov 1943
Univ Katolik Soegijapranata Semarang, 2013
JABATAN SAAT INI

 Ketua Bidang Penelitian & pengembangan KARS sejak th 2014


 Ketua Komite Etik-Disiplin KARS sejak th 2014
 Koordinator Konsilor KARS sejak 2016
 Komite Nasional Keselamatan Pasien RS – Kem Kes th 2012-2015,
2016-2018, 2018-2021 Wakil Ketua KNKP
 Ketua Komite Keselamatan Pasien RS (KKPRS)–PERSI sejak 2005
 KKPRS-PERSI diubah namanya menjadi IKPRS th 2012
 Advisory Council Asia Pacific, Joint Commission International,
sejak 2009
 Kelompok Staf Medis Penyakit Dalam – Ginjal Hipertensi RS
Mediros, Jakarta, sejak 1996
PENGALAMAN KERJA & ORGANISASI
 Surveyor KARS sejak 1995. Konsilor KARS sejak 2012.
 PJ SubPokja Model Akreditasi Baru, Pokja Penyempurnaan Akreditasi RS, DitJen
Bina Yan Med, DepKes, 2010-2011
 Direktur Medik RS PGI Cikini, 1981 – 1982
 Direktur Ketua RS PGI Cikini Jakarta 1982-1993
 Dekan Fak Kedokteran UKI 1988-1991
 Sekretaris Jenderal PERSI Pusat 1988–1990, 1990–1993, 1993–1996
 Sekretaris IRSJAM 1986 – 1988
 Kepala Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-UKI, Jakarta, 1992 – 1995
 Kepala Renal Unit (Unit Ginjal) RS.PGI Cikini, 1973 – 1981
 Sekretaris I & Seksi Ilmiah Pengurus Pusat PERNEFRI, 1983
 Ketua Komite Medik RS Mediros, 1995 – 2013
 Penghargaan :
 *Kadarman Award utk Patient Safety*, 2007, Sekolah Tinggi PPM.
 *Inisiator & Motivator Keselamatan Pasien RS di Indonesia*, 2018, Komisi
Akreditasi Rumah Sakit.
Tujuan PPK-CP…
Maksud dan Tujuan Standar TKRS 11.2

Sasaran rumah sakit adalah:


 Standardisasi proses asuhan klinik.
 Mengurangi risiko dalam proses asuhan, teristimewa yang
berkaitan dengan keputusan tentang asuhan yg kritikal.
 Memberikan asuhan klinik tepat waktu, efektif,
menggunakan sumber daya yg tersedia dengan efisien.
 Memberikan asuhan bermutu tinggi secara konsisten
menggunakan “evidence based practices”.

sutoto-KARS
PENDAHULUAN

 Berbagai aspek penting asuhan pasien dalam SNARS Edisi 1 (Standar Nasional Akreditasi
RS) adalah a.l.
• dilakukan oleh banyak profesi & sebagai tim,
• terintegrasi, diperlukan kolaborasi interprofesional,
• aspek care dan cure
• keperawatan adalah profesi “24/7” dgn penekanan pd care,
 CARE = Commitment – Attention – Respons – Empathy
• profesi medis dgn penekanan pd cure
• identifikasi kebutuhan pelayanan pasien,
• keterlibatan dan pemberdayaan pasien yang didukung oleh sistem pendukungnya,
• kemandirian pasien, kualitas hidup,
• keseragaman pelayanan
• termasuk reimbursemen yang sesuai dan memadai
 Konsep yg mendasari standar asuhan pasien yg memenuhi SNARS adalah Patient Centred
Care. Salah satu pintu masuk adalah BPIS, Bila Pasien Itu Saya.
PENDAHULUAN

 Personalized medicine : A form of medicine that uses information about a person’s genes,
proteins, and environment to prevent, diagnose, and treat disease (NCI Dictionary,2017)
 Bila kita sakit, siapapun kita, maka pengobatan yang diberikan kpd pasien adalah yang terbaik atau
dpl berdasarkan EBM, jadi sesungguhnya bukan spesifik utk kita sbg individu.
 Dgn perkembangan teknologi genomik maka pasien a.l. dgn melanoma, leukemia, Ca paru,
payudara, otak diperiksa rutin utk diagnosis/profil molekular-nya shg DPJPnya dpt
memilih/menerapkan pengobatan yg “tailor made” yg sangat meningkatkan harapan
hidupnya, ini adalah personalized medicine, atau bbrp istilah lain precision medicine,
genomics medicine.
 Walaupun : In many cases, the current standard of care may be the safest, most sensible option, but it’s also
“one size fits all.” Sometimes that’s perfectly sufficient, but not always. It is in that “not always” category that
personalized medicine is making the most headway (D.McMullan : What Is Personalized Medicine)
 We look to a future in which medicine will be predictive, preventive, preemptive and personalized
(Musunuru,K et al : Personalized Cardiovascular Medicine: Where We Stand Now, and The Road Ahead, American College of Cardiology)
Beberapa definisi (Paving the Way for Personalized Medicine, FDA, 2013)
• “The use of new methods of molecular analysis to better manage a patient’s disease or predisposition to disease.” – Personalized
Medicine Coalition
• “Providing the right treatment to the right patient, at the right dose at the right time.” – European Union
• “The tailoring of medical treatment to the individual characteristics of each patient.” – President’s Council of Advisors on Science
and Technology
• “Health care that is informed by each person’s unique clinical, genetic, and environmental information.” – American Medical
Association
• “A form of medicine that uses information about a person’s genes, proteins, and environment to prevent, diagnose, and treat
disease.” – National Cancer Institute, NIH

Beberapa contoh :
• HLA-B*57:01 gene developing a hypersensitivity reaction when treated with abacavir
• mutations of the BRCA1 and BRCA2 genes that have been implicated in familial breast
cancers 
• 2005, Stephanie Haney lung cancer th/ erlotinib, tdk berhasil, lalu genetic testing,  ALK
(anaplastic lymphoma kinase) positive, ganti ke crizotinib
• Researchers have discovered more than 1,800 disease genes since the Human Genome
Project’s completion
Framework : Asuhan Pasien – 4.0

Pengertian:

Asuhan Pasien 4.0 : adalah asuhan pasien, yang modern, terkini di


Rumah Sakit dan distandarkan dalam SNARS Edisi 1
• Berbasis Pelayanan Berfokus Pasien / PCC dan Asuhan Pasien
Terintegrasi
• Dilaksanakan oleh PPA sebagai tim, yang berkolaborasi
interprofessional dengan kompetensi untuk berkolaborasi
• Dilaksanakan dengan DNA of Care :
Safety, Quality, Culture
• Asuhan pasiennya didokumentasikan terintegrasi melalui IT
dalam SIRSAK dan SISMADAK
(KARS, 2018)
Perkembangan Konseptual Asuhan Pasien Yang Modern

*To Err Is Human, Wak “Selama setahun, setiap hari 268 pasien ranap
e Up
Building a Safer Health System, IOM, 2000 Call meninggal krn IKP yg dpt dicegah…”
.
1.Safe.
2.Effective.
Crossing the Quality Chasm: 6 Sasaran Perbaikan
3.Patient-centered.
4.Timely.
A New Health System for the 21st Century, IOM, 2001 Asuhan Pasien 5.Efficient.
6.Equitable.
1. Hormati nilai2, pilihan dan kebutuhan pasien
The 8 Picker Principles of PCC 8 Prinsip Asuhan Pasien utk PCC 2.
3.
Koordinasi dan integrasi asuhan
Informasi, komunikasi dan edukasi
4. Kenyamanan fisik
5. Dukungan emosional
Perspektif Pasien
*(Kohn LT, Corrigan JM, PCC : Core Concept PCC 2 Konsep Inti PCC Perspektif PPA
6.
7.
Keterlibatan keluarga & teman2
Asuhan yg berkelanjutan dan transisi yg lancar
Donaldson MS, eds. To err is 8. Akses terhadap pelayanan.
human: building
a safer health system.
Washington, D.C.: National WHO Patients for Patient Safety, Jakarta Declaration, 2007 8 Deklarasi PFPS 1.Berdayakan & Libatkan
Academy Press, 2000.) Pasien
2.Perkuat Kepemimpinan &
Akuntabilitas
WHO Global Strategy on Integrated People-centred Health 5 Strategi PCC 3.Reorientasi Paradigma :
PCC
DNA of Care Services 2016-2026 4.Asuhan Pasien Terintegrasi
5.Ciptakan Lingkungan yg
• Safety Memberdayakan

• Quality
(Nico Lumenta,
KARS 2018) • Culture
SNARS Ed 1 : Asuhan Pasien Terintegrasi -8 Aspek Implementasi PCC
-IT System : Sismadak, Sirsak
Patient Centred Care
dan
Asuhan Pasien Terintegrasi
Profesional Pemberi Asuhan Clinical
PPA Team Leader CE PAT
Dalam SNARS Ed 1
DPJP NT I
ER ENT
ED
CA
RE

PPJA
Apoteker
Pasien,
Keluarga

Profesional Pemberi Asuhan :


• Mereka yg secara langsung Lainnya Dietisien
memberikan asuhan kpd pasien, a.l.
DPJP, PPJA, Dietisien, Apoteker, dan
Lainnya.
• Kompetensi Profesi & Kolaborasi
Interprofesional
• Tugas Mandiri, Tugas Kolaboratif, (KARS, 2018)
Tugas Delegatif/Mandat
TataKelola Rumah Sakit dlm perspektif SNARS Edisi 1

PASIEN UU 44/2009 ttg


RS, Peraturan
Per UU an
Quality & Safety lainnya

 Std Yan Sistem Pelayanan  Regulasi :

si
• Kebijakan

Si

PCC
Klinis

ma
Fokus Pasien

st
• Pedoman,

em

r
ARK, HPK, Asuhan Pasien / Patient Care • Panduan

fo
AP, PAP,

In
• SPO

Ko
PAB, PKPO

&
• Program

mu

i
MKE

as
 Indikator :
Sistem
n
ika

nik
• Ind. Area
 Standar Manajemen Klinis
si

mu
Manajemen • Ind Klinis
&

Ko
In
PMKP, PPI, • Ind SKP

em
TKRS, MFK, orf • Ind Upaya
m

st
KKS, MIRM as Manajemen

Si
 Sasaran KP i
 ProgNas  Dokumen
Implementasi
Konsep Filosofis
Asuhan pasien
(Patient care)
Pelayanan
Manajemen
Fokus Pasien
Risiko RS
(Patient Centered
Po
la
 Risiko Klinis
Care)
24

“Safety is a fundamental
Etik principle of patient care
and a critical component
of Quality Management.”
• Mutu
4 Fondasi Kebutuhan •
Patient (World Alliance for Patient
PPA Asuhan pasien Pasien
Safety Safety, Forward Programme,
• Asuhan Medis WHO, 2004)
• Asuhan Keperawatan
EBM
• Asuhan Gizi
• Asuhan Obat VBM • Evidence Based Medicine
• Value Based Medicine

(Nico A Lumenta & Adib A Yahya, 2012)


Konsep

AR SE
d 1
Patient Centred Care
SN
(Std HPK)

Konsep Inti Asuhan Pasien


Core Concept Terintegrasi

 Integrasi Intra-Inter PPA


 Perspektif Pasien (AP 4, SKP 2, TKRS 3.2, MKE 5)
 Perspektif PPA  Integrasi Inter Unit
(PAP 2, ARK 3.1, TKRS 3.2, MKE 5)
• Conway,J et al: Partnering with Patients and Families To Design a  Integrasi PPA-Pasien
Patient- and Family-Centered Health Care System, A Roadmap for the
Future. Institute for Patient- and Family-Centered Care, 2006 (HPK 2, 2.1, 2.2, AP 4, MKE 6)
• Standar Akreditasi RS v.2012, KARS
• Nico Lumenta, Sintesis berbagai literatur, 2015
Horizontal & Vertical Integration
f
e rs pekti
P n
Pasie What are the Core Concepts of Patient Centered Care?

1. Dignity and Respect. Health care practitioners listen to and honor patient and family
perspectives and choices. Patient and family knowledge, values, beliefs and cultural
backgrounds are incorporated into the planning and delivery of care.
2. Information Sharing. Health care practitioners communicate and share complete and
unbiased information with patients and families in ways that are affirming and useful.
Patients and families receive timely, complete, and accurate information in order to
effectively participate in care and decision-making.
3. Participation. Patients and families are encouraged and supported in participating in care
and decision-making at the level they choose.
4. Collaboration. Patients and families are also included on an institution-wide basis. Health
care leaders collaborate with patients and families in policy and program development,
implementation, and evaluation; in health care facility design; and in professional
education, as well as in the delivery of care.

Conway,J et al: Partnering with Patients and Families To Design a Patient- and Family-Centered Health Care
System, A Roadmap for the Future. Institute for Patient- and Family-Centered Care, 2010
Perspektif
Core Concepts of
Pasien Patient Centered Care
1. Martabat dan Respek.
• Profesional Pemberi Asuhan mendengarkan, menghormati & menghargai pandangan
serta pilihan pasien & keluarga.
• Pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan, latar belakang kultural pasien & keluarga
dimasukkan dlm perencanaan pelayanan dan pemberian pelayanan kesehatan
2. Berbagi informasi.
• Profesional Pemberi Asuhan mengkomunikasikan dan berbagi informasi secara
lengkap pasien & keluarga.
• Pasien & keluarga menerima informasi tepat waktu, lengkap, dan akurat
• Dgn 3 asesmen: metode, substansi/kebutuhan edukasi, konfirmasi
3. Partisipasi.
• Pasien & keluarga didorong dan didukung utk berpartisipasi dlm asuhan, pengambilan
keputusan & pilihan mereka
4. Kolaborasi / kerjasama.
• Pimpinan pelayanan kesehatan bekerjasama dgn pasien & keluarga dalam
pengembangan, implementasi dan evaluasi kebijakan dan program.
Conway,J et al: Partnering with Patients and Families To Design a Patient- and Family-Centered Health Care
System, A Roadmap for the Future. Institute for Patient- and Family-Centered Care, 2010
Perspektif
Profesional Core Concepts of Patient Centered Care
Pemberi Asuhan
1. Berpartner dengan Pasien
• Keputusan klinis berdasarkan (juga) nilai-nilai pasien
• BPIS : Bila Pasien Itu Saya
• Komitmen
2. PPA merupakan Tim Interdisiplin dgn Kolaborasi Interprofesional
• Profesional Pemberi Asuhan diposisikan mengelilingi pasien bekerja sebagai Tim
dgn Kolaborasi Interprofesional
• Tugas Mandiri, Kolaboratif, Delegatif
• Kompetensi Profesi dan Kompetensi Kolaborasi Interprofesional yang memadai
3. DPJP adalah Clinical Leader.
• DPJP menyusun kerangka asuhan, melakukan koordinasi, kolaborasi, sintesis,
interpretasi, review dan mengintegrasikan asuhan pasien
4. Asuhan Pasien Terintegrasi
• Asuhan pasien terintegrasi oleh PPA dgn DPJP sbg Clinical Leader

(Nico Lumenta, Sintesis berbagai referensi, 2015)


2014
Asuhan Pasien Terintegrasi
 Integrasi Intra-Inter PPA
(AP 4, SKP 2, TKRS 3.2, MKE 5)
d 1  Integrasi Inter Unit
R SE
A (PAP 2, ARK 3.1, TKRS 3.2, MKE 5)
SN
 Integrasi PPA-Pasien
(HPK 2, 2.1, 2.2, AP 4, MKE 6)
Horizontal & Vertical Integration

Pelaksanaan PCC sehari-hari :


1.Patient Engagement & Empowerment
2. DPJP sbg Clinical Leader
3. PPA sbg Tim, Kolaborasi Interprofesional
4. CPPT – Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
5. Kolaborasi Pendidikan Pasien
6. Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager
7. Integrated Clinical Pathway
APT (Asuhan Pasien Terintegrasi)

Pelaksanaan PCC sehari-hari :


1. Patient Engagement & Empowerment. (HPK, ARK, PAP, MKE)

2. DPJP sbg Clinical Leader. (PAP, AP)

3. PPA sbg Tim, Kolaborasi Interprofesional. (AP, PAP, MKE)

4. CPPT–Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi.(AP,PAP)

5. Kolaborasi Pendidikan Pasien. (MKE)

6. Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager. (ARK, PAP)

7. Integrated Clinical Pathway. (PMKP)

8. Integrated Discharge Planning. (ARK)


Panduan Praktik Klinis
dan
Alur Klinis
Dalam SNARS Edisi 1
KONSEP PENINGKATAN MUTU DALAM
STANDAR AKREDITASI RS (v.2012)

PENINGKATAN
MUTU RS

PENGUKURAN MUTU STANDARDISASI

dr Luwi KARS 24
Benchmarking PENGUKU
data/ kontribusi RAN PERAN :
data based MUTU - DIREKTUR RS
external NASIONA - - PARA KA BID
L - KOMITE PMKP
- PIC DATA

PENINGKATAN MUTU PENGUKURAN


MUTU Sistem Manajemen data
DALAM SNARS Edisi 1 PRIORITAS RS - Pemilihan
- Pengumpulan
- Analiisi
PENGUKURAN
MUTU - Validasi
Sumber PRIORITAS UNIT
data di - Feedback
unit - Publikasi

instrumen 24 - 25 April 2018 25


Pedoman PMKP
Peningkatan Mutu

Program PMKP
Keselamatan pasien
Regulasi sistem
manajemen data

Regulasi PMKP di TKRS


Regulasi sistem • Manajemen PMKP
pelaporan IKP
(TKRS 4; 4.1;5)
• Program mutu
Program (TKRS 11; 11.1;11.2)
manajemen Risiko • Budaya Keselamatan
RS
(TKRS 13; 13.1)

Regulasi Budaya
Keselamatan

instrumen 24 - 25 April 2018 26


Problem in health care

Research: what we can do

HTA: which ones we can do

Clinical guidelines: what we should do

Practice: doing what we should do

Clinical audits: did we do what we should do?


(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
UU no 29/2004 Praktik Kedokteran

Pasal 44 Pasal 50 & 51

Standar Standar Profesi


Pelayanan Standar Prosedur
Kedokteran Operasional

Permenkes 1438/2010
Standar Pelayanan kedokteran
Permenkes 1438/2010
Standar Pelayanan Kedokteran meliputi PNPK & SPO
PNPK – Nasional ; SPO - Fasyankes

Literatur:
Nasional PNPK Artikel asli
(Pedoman Nasional Meta-analisis
Pelayanan Kedokteran)
PNPK (asing)
Terutama utk penyakit yg banyak, mahal, risiko, Buku ajar, dsb
bervariasi dlm praktik. Kesepakatan staf medis
Dibuat oleh pakar multidisiplin
Ideal, terkini, evidence-based, canggih
Dikoordinasi Kemenkes, disahkan Menkes

Rumah Sakit Standar Prosedur Operasional =


PPK
Dapat di +
Pathways
Sesuai dengan Dapat dilakukan
Jenis dan Strata RS Algorhythms tanpa
(hospital specific) Protocols menunggu PNPK
Procedures
(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Standing orders
Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
PPK - CP

TKRS
PMKP11.2
5.1

24 - 25 April 2018 30
Standar pelayanan kedokteran
(PMK 1438 th 2010)

(Std TKRS 11.2)

Kelompok Staf Medis Pedoman Nasional Praktik Kedokteran


(KSM) memilih dan
menetapkan
panduan praktik klinis
yang dapat dilengkapi
dengan alur klinis
(clinical pathway)…. SPO pelayanan kedokteran

Panduan praktik klinis yg dpt dilengkapi alur klinis


(clinical pathway), algoritma, protokol, prosedur, standing
luwi 25 juli 2016 order, 31
Proses
Prioritas PPK
penyusunan
& CP (5) PPK - CP

Monitoring
Implementas
Implementasi
PPK - CP i PPK - CP

Variasi proses &


Audit/
outcome
Indikator klinis
berkurang

Mutu asuhan Standarisasi


klinis proses asuhan
meningkat klinis

luwi 25 juli 2016 32


5 PPK-CP Prioritas pelayanan yg ditingkatkan mutunya

5 PPK-CP pada Prioritas pelayanan yg


ditingkatkan mutunya

Memilih dan Indikator area klinik


menetapkan
Direktur RS dan para
pelayanan yg
pemimpin di RS ditingkatkan
mutunya Indikator area manajemen

Indikator sasaran keselamatan pasien

24 - 25 April 2018 33
REGULASI

Regulasi : 5 PPK-CP pada Prioritas pelayanan yg

1. Pemilihan PPK-CP yg akan di ditingkatkan mutunya

monitoring
2. Penyusunan PPK-CP 5 PPK – CP di setiap KSM (Kelompok
3. Monitoring dan evaluasi PPK-CP Staf Medis)

07-2018 34
Format :
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
1. Pengertian (Definisi)
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosis PPK Prioritas
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang • Jumlah setiap tahun tidak berubah,
8. Tata Laksana tetap 5 PPK
9. Edukasi (Hospital Health Promotion)
10. Prognosis • Jenis dapat berubah, megikuti
11. Tingkat Evidens* prioritas mutu yang akan diperbaiki
12. Tingkat Rekomendasi*
di RS
13. Penelaah Kritis*
14. Indikator
15. Kepustakaan
(PERSI : PEDOMAN PENYUSUNAN PANDUAN PRAKTIK KLINIS DAN CLINICAL PATHWAY DALAM
ASUHAN TERINTEGRASI SESUAI STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT 2012, November 2015) 35
Standar TKRS 11.2. : Setiap Kelompok Staf Medis (KSM) memilih dan
menetapkan PPK yang dapat dilengkapi dengan alur klinis (clinical pathway)
dan/atau protokol klinis dan atau prosedur dan atau standing order sebagai
panduan dari asuhan klinik yang akan dilakukan evaluasi.

Elemen penilaian TKRS 11.2


1. Ada regulasi yang mengatur bahwa setiap Kelompok Staf Medis (KSM) setiap tahun
memilih 5 (lima) PPK, alur atau protokol klinis prioritas untuk dievaluasi sesuai
kriteria yang ada di maksud dan tujuan point a) sampai dengan g) dan point 1) dan 2).
(R)
2. Ada bukti bahwa setiap tahun, PPK, alur klinis atau protokol dipilih sesuai regulasi.
(D,W)

3. Ada bukti bahwa PPK, alur klinis dan atau protokol tersebut telah dilaksanakan
sesuai regulasi. (D,W)
4. Ada bukti bahwa Komite Medik telah melakukan monitoring dan evaluasi penerapan
PPK, alur dan atau protokol klinis sehingga berhasil menekan terjadinya
keberagaman proses dan hasil. (D,W) 36
@Standar PMKP 5.1 : Dilakukan evaluasi proses pelaksanaan PPK, alur
klinis (clinical pathway), dan/atau protokol klinis, dan/atau prosedur, dan/atau
standing order di prioritas pengukuran mutu pelayanan klinis.
Elemen Penilaian PMKP 5.1. Telusur
1. RS menetapkan evaluasi R Regulasi tentang evaluasi PPK, alur klinis
pelayanan kedokteran atau protokol
dengan PPK, alur klinis atau  
protokol. (R)
2. Hasil evaluasi dapat D Bukti hasil capaian kepatuhan DPJP
menunjukkan adanya    
perbaikan variasi dalam 5 W  Komite PMKP
fokus area pada pemberian  Komite medis
pelayanan. (D,W)
3. RS telah melaksanakan audit D Bukti hasil audit klinis dan atau audit
klinis dan atau audit medis   medis  
pada PPK /alur klinis W  Komite PMKP
prioritas di tingkat RS (D,W)  Komite medis
PEMILIHAN, PENGUMPULAN, ANALISIS DAN VALIDASI DATA INDIKATOR MUTU
DALAM PENGUKURAN PELAYANAN KLINIS YANG AKAN DIEVALUASI, (, (PMKP 4, 5,
5.1, 6, 7,7.1,7.2, 8. )
)
Maksud dan Tujuan PMKP 5.1
Ketua Kelompok Staf Medis telah menetapkan paling sedikit 5 (lima) prioritas panduan praktik klinis,
alur klinis dan/atau protokol klinis dan atau prosedur dan atau standing order, sebagai panduan dari
standarisasi proses asuhan klinik yang dimonitor oleh Komite Medik. Dengan tujuan sebagai berikut :
1. Melakukan standarisasi proses asuhan klinik
2. Mengurangi risiko dalam proses asuhan, terutama yang berkaitan asuhan kritis

3. Memanfaatkan sumber daya yang tersedia dengan efisien dalam memberikan asuhan klinik tepat
waktu dan efektif
4. Memanfaatkan indikator prioritas sebagai indikator dalam penilaian kepatuhan penerapan alur klinis
di area yang akan diperbaiki di tingkat RS
5. Secara konsisten menggunakan praktik berbasis bukti (“evidence based practices”) dalam memberikan
asuhan bermutu tinggi (lihat TKRS 11.2)

38
Maksud dan Tujuan PMKP 5.1
Penerapan PPK-clinical pathway dipilih oleh masing2 KSM adalah di unit2
pelayanan, dimana DPJP memberikan asuhan.
 Mengacu pada prioritas pengukuran mutu pelayanan klinis yang akan di
evaluasi maka selain ditetapkan indikator mutu, juga diperlukan standarisasi
proses asuhan klinis pada prioritas pengukuran mutu di RS
Karena itu pimpinan medis bersama2 dengan komite medis dan KSM agar
memilih dan menetapkan 5 (lima) PPK, alur klinis (clinical pathway) dan/atau
protokol klinis dan atau prosedur dan atau standing order yang
dipergunakan untuk pengukuran mutu prioritas RS, dengan mengacu pada
PPK dan alur klinis yang sudah diterapkan oleh KSM di unit2 pelayanan

STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 39


Maksud dan Tujuan PMKP 5.1
Evaluasi dapat dilakukan melalui audit medis dan atau audit klinis, untuk
menilai efektivitas penerapan PPK dan alur klinis sehingga dapat dibuktikan
bahwa penggunaan PPK dan alur klinis telah mengurangi adanya variasi dari
proses dan hasil . (TKRS 11.2). Indikator area klinis (IAK), indikator area
manajemen (IAK) dan indikator sasaran keselamatan pasien (ISKP) dapat
digunakan sebagai indikator audit medis dan atau audit klinis, misalnya
kepatuhan terhadap obat, pemeriksaaan penunjang dan lama hari rawat (LOS)
Sesuai peraturan perundangan Panduan praktik klinis (PPK) adalah istilah
teknis sebagai pengganti standar prosedur operasional (SPO) yang
merupakan istilah administratif. Penggantian ini perlu untuk menghindarkan
kesalahpahaman yang mungkin terjadi, bahwa “standar” merupakan hal yg
harus dilakukan pada semua keadaan.

STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 40


Maksud dan Tujuan PMKP 5.1
Jadi secara teknis SPO dibuat berupa PPK yg dapat berupa atau disertai dgn
salah 1 atau lebih: alur klinis (clinical pathway), protokol, prosedur, algoritme,
standing order.
Dalam PPK mungkin terdapat hal2 yg memerlukan rincian langkah demi
langkah. Untuk ini, sesuai dgn karakteristik permasalahan serta kebutuhan, dpt
dibuat clinical pathway (alur klinis), algoritme, protokol, prosedur, maupun
standing order.
Contoh:
• Dalam PPK disebutkan bahwa tata laksana stroke non-hemoragik harus
dilakukan secara multidisiplin dan dengan pemeriksaan serta intervensi dari
hari ke hari dengan urutan tertentu. Karakteristik penyakit stroke non-
hemoragik sesuai untuk dibuat alur klinis (clinical pathway, CP); sehingga
perlu dibuat CP untuk stroke non-hemoragik.
Contoh:
• Dalam tata laksana kejang demam diperlukan pemberian diazepam rektal
dengan dosis tertentu yang harus diberikan oleh perawat bila dokter tidak
ada; ini diatur dalam “standing order”
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 41
267 hal
(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
sutoto-KARS
(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
sutoto-KARS
(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
sutoto-KARS
PERMENKES 1438 / 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN
• Pasal 4: 
– Standar Pelayanan Kedokteran disusun secara sistematis dengan menggunakan
pilihan pendekatan:
• (1).Pengelolaan penyakit dalam kondisi tunggal, yaitu tanpa penyakit lain atau
komplikasi;
• (2).Standar Pelayanan Kedokteran dibuat dengan bahasa .yang jelas, tidak
bermakna ganda, menggunakan kata bantu kata kerja yang tepat, mudah
dimengerti, terukur dan realistik.
• (3).Standar Pelayanan Kedokteran harus sahih pada saat ditetapkan, mengacu
pada kepustakaan terbaru dengan dukungan bukti klinis, dan dapat
berdasarkan hasil penapisan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang
dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan atau institusi pendidikan kedokteran.

SUTOTO-PERSI
PNPK
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
PNPK disusun oleh sekelompok pakar yang dapat melibatkan profesi kedokteran,
kedokteran gigi, atau profesi kesehatan lainnya, atau pihak lain yang dianggap perlu
dan disahkan oleh Menteri..

PNPK diperlukan bila:


• jumlah kasusnya banyak (high volume)
• mempunyai risiko tinggi (high risk)
• cenderung memerlukan biaya tinggi/banyak sumber daya (high cost)
• terutama bila terdapat variasi yang luas di antara para praktisi untuk penanganan kasus
yang sama.

(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
Karakteristik PNPK
• Sahih / valid, evidence-based
• Reproducible
• Cost-effective
• Representatif, seringkali multidisiplin
• Dapat diterapkan dalam praktik
• Fleksibel
• Jelas
• Terjadwal untuk dilakukan revisi
• Dapat digunakan untuk audit klinis

(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
PNPK
• Penyakit Dalam Bedah
– HIV-AIDS – Trauma
– Sepsis – Kanker payudara
– Diabetes – Penyakit Hirschsprung
– PGT – Peritonitis
• IK Anak Ob-gin
– BBLR – Eklamsia
– Asfiksia – IUGR
– Talasemia – Perdarahan pascasalin
– Epilepsi – Ketuban pecah dini
• Paru Forensik
– Tuberkulosis
K
PP
PEMILIHAN DAPAT BERDASARKAN :

a. penyakit atau kondisi yang paling sering atau banyak terjadi;


b. penyakit atau kondisi yang memiliki risiko tinggi
c. penyakit atau kondisi yang memerlukan biaya tinggi

d. penyakit atau kondisi yang terdapat variasi/keragaman dalam pengelolaannya

07-2018 51
K
PP
PEMILIHAN, PENYUSUNAN & PELAKSANAAN MEMENUHI KRITERIA
Maksud dan Tujuan Standar TKRS 11.2

a) Sesuai dengan populasi pasien yang ada dan misi RS


b) Disesuaikan dengan teknologi, obat, lain sumber daya di RS atau norma profesional yg
berlaku secara Nas.
c) Dilakukan asesmen terhadap bukti ilmiahnya dan disahkan oleh pihak berwewenang
d) Disetujui resmi atau di gunakan oleh RS
e) Dilaksanakan dan di ukur terhadap efektivitasnya
f) Dijalankan oleh staf yang terlatih menerapkan pedoman atau pathways
g) Secara berkala diperbaharui berdasar bukti dan evaluasi dari proses dan hasil proses
07-2018 52
K
PP
Maksud dan Tujuan Standar TKRS 11.2

Sasaran rumah sakit adalah:


 standardisasi proses asuhan klinik.
 mengurangi risiko dalam proses asuhan, teristimewa yang
berkaitan dengan kepu- tusan tentang asuhan yang kritikal.
 memberikan asuhan klinik tepat waktu, efektif,
menggunakan sumber daya yang tersedia dengan efisien.
 memberikan asuhan bermutu tinggi secara konsisten
menggunakan “evidence based practices”.

sutoto-KARS
Tujuan Panduan Praktik Klinik
1. Menuntun Keputusan Dan Kriteria Mengenai Diagnosis, Manajemen,
Dan Pengobatan Di RS
2. Menstandardisasi Pelayanan Medis
3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan
4. Mengurangi intervensi yang tidak perlu
5. Memberikan Opsi Pengobatan Terbaik
6. Mengurangi Beberapa Jenis Risiko (Kepada Pasien, Ke Penyedia
Layanan Kesehatan Dan Asuransi Kesehatan)
7. Mencapai Keseimbangan Terbaik Antara Biaya Dan Parameter Medis
Seperti Efektivitas, Spesifisitas, Sensitivitas Dll
8. Penggunaan PPK di Rumah Sakit Adalah Cara Yang Efektif Untuk
Mencapai Tujuan Tsb Meskipun hal tsb Bukan Satu-satunya.
sutoto-KARS
Bagaimana dokter menerapkan PPK
• PPK harus diterapkan secara individual. PPK bersifat
rekomendasi atau advis, tidak harus diterapkan pada semua
pasien
• Harus ditulis eksplisit disclaimer/penyangkalan
– PPK dibuat untuk ’average patients’.
– PPK dibuat untuk penyakit tunggal.
– Respons pasien terhadap prosedur diagnostik dan terapeutik sangat
bervariasi.
– PPK dianggap valid pada saat dicetak.
– Praktik kedokteran modern mengharuskan kita mengakomodasi apa
yang dikehendaki oleh keluarga dan pasien.

(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
Algoritme
• Algoritme merupakan format tertulis berupa flowchart dari pohon pengambilan
keputusan. Dgn format ini dpt dilihat secara cepat apa yg harus dilakukan pd situasi
tertentu. Algoritme merupakan panduan yg efektif dalam beberapa keadaan klinis
tertentu misalnya di ruang IGD. Bila staf dihadapkan pada situasi yg darurat, dgn
menggunakan algoritme ia dapat melakukan tindakan yg cepat untuk memberikan
pertolongan.

Protokol
• Protokol = panduan tata laksana utk kondisi ttt. Misalnya dalam PPM disebutkan bila
pasien mengalami gagal napas perlu pemasangan ventilasi mekanik.
• Protokol pemasangan ventilasi mekanik: dari pemasangan endotracheal tube, mengatur
konsetrasi oksigen, kecepatan pernapasan, pemantauan, apa yg harus diperhatikan,
pemeriksaan berkala apa yg harus dilakukan, dst.
• Dlm protokol harus termasuk siapa yg dapat melaksanakan, komplikasi yg mungkin
timbul dan cara pencegahan atau mengatasinya, kapan suatu intervensi harus
dihentikan, dst.

(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
Prosedur
• Prosedur merupakan uraian langkah-demi-langkah utk melaksanakan tugas teknis tertentu.
Prosedur dapat dilakukan oleh perawat (misalnya cara memotong dan mengikat talipusat
bayi baru lahir, merawat luka, suctioning, pemasangan pipa nasogastrik), atau oleh dokter
(misalnya pungsi lumbal atau biopsi sumsum tulang).

Standing orders
• Standing orders adalah suatu set instruksi dokter kepada perawat atau profesional
kesehatan lain untuk melaksanakan tugas pada saat dokter tidak ada di tempat. Standing
orders dapat diberikan oleh dokter pada pasien tertentu, atau secara umum dengan
persetujuan komite medis. Contoh: perawatan pascabedah tertentu, pemberian antipiretik
untuk demam, pemberian antikejang per rektal untuk pasien kejang, defibrilasi untuk aritmia
tertentu.

(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
Level of Evidence dan Peringkat Rekomendasi
LEVEL OF
LITERATUR REKOMENDASI
EVIDENCE
  Meta-analisis Randomized Clinical Controlled Trial
I a.  
A
   Minimal satu Randomized Clinical Controlled Trial  
I b.

II a.  Minimal satu non Randomized Clinical Controlled Trial  


B
 II b.  Studi kohort dan atau kasus kontrol  

 III a. Studi Cross - Sectional


 
 
 III b.  Seri Kasus dan laporan kasus C
 
 IV  Konsensus dan pendapat ahli  
Peringkat Bukti (Hierarchy of Evidence)
 IA metaanalisis, uji klinis
 IB uji klinis yang besar dengan validitas yang baik
 IC all or none
 II uji klinis tidak terandomisasi
 III studi observasional (kohort, kasus kontrol)
 IV konsensus dan pendapat ahli

Derajat Rekomendasi
• Rekomendasi A bila berdasar pada bukti level IA atau IB.
• Rekomendasi B bila berdasar atas bukti level IC atau II.
• Rekomendasi C bila berdasar atas bukti level III atau IV.
KEPATUHAN KEPADA STANDAR DAN
PENYANGKALAN (DISCLAIMER)
PMK 1438/2010

Pasal 13
 
(1) Dr dan D r g serta tenaga kesehatan lainnya di fasilitas pelayanan kesehatan
harus mematuhi PNPK dan SPO sesuai dengan keputusan klinis yang
diambilnya.
(2) Kepatuhan kepada PNPK dan SPO menjamin pemberian pelayanan kesehatan
dengan upaya terbaik di fasilitas pelayanan kesehatan, tetapi tidak menjamin
keberhasilan upaya atau kesembuhan pasien;
(3) Modifikasi terhadap PNPK dan SPO hanya dapat dilakukan atas dasar keadaan
yang memaksa untuk kepentingan pasien, antara lain keadaan khusus pasien,
kedaruratan, dan keterbatasan sumber daya.
(4) Modifikasi PNPK dan SPO sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus dicatat di
dalam rekam medis.  Varians
sutoto-KARS
DEFINISI
CLINICAL PATHWAY ADALAH
Suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu / terintegrasi yang
merangkum setiap langkah yang diberikan pada pasien, yang berdasarkan
standar pelayanan medis, standar pelayanan keperawatan & standar
pelayanan PPA lainnya yang berbasis bukti dengan hasil terukur, pada
jangka waktu tertentu selama pasien dirawat di RS

Maksud & Tujuan Standar PMKP 2.1.


Alur asuhan klinis (clinical care pathways) adalah alat yang bermanfaat
dalam upaya ini untuk memastikan adanya integrasi dan koordinasi yang
efektif dari pelayanan dengan mengunakan secara efisien sumber daya
yang tersedia

61
Tujuan Clinical Pathway
• Mengurangi variasi dalam pelayanan, sehingga biaya lebih mudah
diprediksi.
• Pelayanan lebih terstandarisasi, meningkatkan kualitas pelayanan (Quality
of Care)
• Dasar penghitungan “real cost” suatu kasus.
• Meningkatkan kualitas dari informasi yang telah dikumpulkan.
• Diharapkan dapat mengurangi biaya dengan menurunkan length of
stay, dan tetap memelihara mutu pelayanan
• Sebagai pembanding pada CBG cost. Terutama pada kasus-kasus “high cost,
high volume”.
PRINSIP DASAR PENYUSUNAN ICP
 Pelayanan terpadu/terintegrasi dan berfokus pasien
 Melibatkan semua profesional pemberi asuhan (dokter, perawat,bidan,
farmasis,nutrisionis, fisioterapis, dll)
 Mencatat seluruh kegiatan asuhan (rekam medis)
 Penyimpangan kegiatan asuhan dicatat sebagai varians
 CP berfungsi ganda;
1. Sebagai acuan dalam memberikan asuhan pada pasien dari waktu
ke waktu
2. Sebagai alat monitoring kepatuhan staf klinis

63
Implementasi dan Kendala
• Rumah sakit masih merupakan “kerajaan-kerajaan” kecil yang agak sulit
menyatukan prosedur dari berbagai disiplin.
• Perbedaan latar belakang pendidikan, pengalaman dan keyakinan
profesional, menjadi kendala penerapan “clinical pathway” yang sudah ditulis.
• Keinginan untuk selalu mengikuti “evidence base medicine” dengan
melakukan standar prosedur terbaik yang dimungkinkan tanpa peduli pada
biaya.
• Ketidak pedulian klinisi terhadap biaya pengobatan pasien.
• Keengganan untuk membaca dan menghafal konsensus dalam “clinical
pathway” menjadi alasan penyimpangan.
CHARACTERISTIC OF INTEGRATED CLINICAL
PATHWAY
- Patient centered
- Systematic action for:
* consistent best practice
* continuous improvements in patient care
* attention to the patient experience
- Continuous feedback
- Multidisciplinary
- Maps & models clinical & non clinical care
processes
- Incorporates order & priorities including guidelines &
protocol
- Includes standards & outcomes
Apakah semua penyakit perlu CP?
• Tidak.
• Di RSU hanya 30% dirawat dengan CP,
selebihnya dirawat dengan usual care.
• CP hanya efektif dan efisien apabila
dilaksanakan untuk penyakit atau kondisi
kesehatan yang perjalanannya predictable,
khususnya bila memerlukan perawatan
multidisiplin.

(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
LANGKAH LANGKAH PENYUSUNAN CP

 Tetapkan jenis pelayanan yang akan dibuat CP


 Siapkan PPK dari setiap profesi/komponen pemberi
asuhan
 Siapkan Formularium obat RS
 Tetapkan hari rawat sesuai PPK
 Tetapkan jenis dan urutan kegiatan pelayanan pada
setiap hari rawat
 Beri catatan mana kegiatan wajib dan mana opsional
 Sediakan tempat untuk mencatat varians

67
Apakah CP dibuat untuk
memperoleh rincian biaya?
• Tidak. CP, seperti semua jenis PPK harus patient-oriented
• CP tidak dibuat untuk memperoleh rincian biaya perawatan, dengan
konsekuensi dibuatnya secara dipaksakan CP untuk semua jenis
penyakit
• CP mungkin dapat menjadikan biaya perawatan menjadi lebih
murah
• CP juga dapat menjadi masukan untuk program lain yang
menyangkut pembiayaan, misalnya ”diagnostic related group”
(DRG), INA-CBG, BPJS
(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
Apakah pathway dapat dibuat untuk
penyakit / masalah lain?
• CP - tata laksana standar untuk kelompok pasien tertentu
• Kalau perjalanan klinis sangat bervariasi sulit dibuat day-to-day plan
of care
• CP dapat dibuat asalkan:
• Disertai kriteria inklusi dan eksklusi yang jelas,
• Bila dalam perjalanan kriteria tidak terpenuhi (ko-morbiditas, komplikasi)
harus dikeluarkan dari CP
• Yang menentukan: profesional setempat

(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
Daftar Clin Pathway Bedah
1. Appendisitis Akuta 9. Hemorhoid Incarcerata
2. Appendisitis Khronis 10. Hemorhoid elektif
3. Hernia Ing/Scr Incarc 11. Kholesistektomi
4. Hernia Ing/Scr Repon 12. Tutup kolostomi
5. Tumor jinak payudara 13. Operasi PSA
6. Tumor ganas payudara 14. Labioplasty
7. Struma Non Noduler 15. Palatoplasty
8. Fistel Perianal
16. Fraktur femur tertutup
Clinical Pathway Lain-lain
 Penyakit Dalam  Penyakit Anak
1. Demam Thypoid 1. Kejang Demam
2. Demam berdarah 2. Observasi Demam
3. Gastritis/Ulkus peptik 3. Demam Berdarah
4. Hypertensi 4. Demam Thypoid
5. Gastro enteritis dehid 5. Bronkopnemonia
6. Gastro enteritis non 6. Diarhea
dehidrasi 7. GED tp komplikasi
2 FORMAT I CLINICAL PATHWAY
 FORMAT CP TEMPLATE
Akan digunakan PPA sebagai panduan
pelayanan
 Berada di setiap unit rawat inap
 Case manajer mengingatkan PPA (terutama
DPJP) untuk mengikuti CP template
 FORMAT CP ACTUAL
• Berada pada berkas rekam medis pasien
 Diisi oleh Case manajer sesuai pelaksanaan
yang tertulis dalam rekam medis pasien
 Dikeluarkan dari berkas setelah pasien pulang
utk analisis oleh unit mutu
72
267 hal
(PERSI : PEDOMAN PENYUSUNAN PANDUAN PRAKTIK KLINIS DAN CLINICAL PATHWAY DALAM
 STANDAR ASUHAN MEDIS (PPK)
 STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
 STANDAR ASUHAN NUTRISI
 STANDAR ASUHAN FARMASI
 STANDAR PELAYANAN ADMINISTRASI

KOMPONEN INTEGRATED
CLINICAL PATHWAY
74
Format PANDUAN PRAKTIK KLINIS

1. Pengertian 11. Tingkat Evidens*


2. Anamnesis 12. Tingkat Rekomendasi*
3. Pemeriksaan Fisik 13. Penelaah Kritis*
4. Prosedur Diagnostik 14. Indikator
5. Diagnosis Kerja 15. Kepustakaan
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang Catatan :
* Bila memungkinkan dan sesuai
8. Tata Laksana
kemampuan rumah sakit dan
9. Edukasi (Hospital Health diputuskan oleh Direktur RS
Promotion) atas rekomendasi Komite Medis
10. Prognosis dan atau Komisi HTA

(PERSI : PEDOMAN PENYUSUNAN PANDUAN PRAKTIK KLINIS DAN CLINICAL PATHWAY DALAM
ASUHAN TERINTEGRASI SESUAI STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT 2012, November 2015)
Format Panduan Asuhan Keperawatan (PAK)
1. Pengertian
2. Asesmen Keperawatan
3. Diagnosis Keperawatan
4. Kriteria Evaluasi/Nursing Outcome
5. Intervensi
6. Informasi & Edukasi/Discharge Planning
7. Evaluasi
8. Evidence based nursing practice*
9. Penelaah Kritis
10.Kepustakaan

(PERSI : PEDOMAN PENYUSUNAN PANDUAN PRAKTIK KLINIS DAN CLINICAL PATHWAY DALAM
ASUHAN TERINTEGRASI SESUAI STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT 2012, November 2015)
Format Panduan Asuhan Gizi (PAG)

1. Pengertian 4. Intervensi
2. Asesmen a. Perencanaan
a. Asesmen Antropometri b. Implementasi
b. Asesmen Biokimia c. Edukasi
c. Asesmen Klinis d. Konseling Gizi
d. Asesmen Riwayat e. Koordinasi dengan
Makan Tenaga Kesehatan lain
e. Asesmen Riwayat 5. Monitoring dan Evaluasi
Personal 6. Re Asesmen*
3. Diagnosis 7. Indikator/Outcome
8. Kepustakaan

(PERSI : PEDOMAN PENYUSUNAN PANDUAN PRAKTIK KLINIS DAN CLINICAL PATHWAY DALAM
ASUHAN TERINTEGRASI SESUAI STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT 2012, November 2015)
Format Panduan Asuhan Farmasi (PAF)
1. Pengertian d. Pemantauan terapi obat
2. Asesmen Kefarmasian : Problem medik e. Monitoring efek samping obat
dikaitkan dengan farmakoterapi f. Rekomendasi alternatif terapi jika ada
3. Identifikasi Drug Related Problem : interaksi obat
a. Ada indikasi tidak ada terapi obat 5. Monitoring & Evaluasi:
b. Tidak ada indikasi ada terapi obat a. Efek terapi obat
c. Pemilihan obat tidak tepat b. Adverse DrugRection ( ADR)
d. Dosis obat subterapeutik 6. Edukasi & Informasi:
e. Overdosis a. Kepatuhan minum obat
f. Kegagalan terapi obat b. Efek samping obat
g. Interaksi obat c. Cara menggunakan obat yang benar
h. Efek samping obat d. Cara menyimpan obat yang benar
4. Intervensi Farmasi: 7. Penelaah Kritis : Apoteker Klinis
a. Rekomendasi pemilihan obat 8. Indikator
b. Rekomendasi cara pemberian obat 9. Kepustakaan
c. Rekomendasi dosis obat
(PERSI : PEDOMAN PENYUSUNAN PANDUAN PRAKTIK KLINIS DAN CLINICAL PATHWAY DALAM
ASUHAN TERINTEGRASI SESUAI STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT 2012, November 2015)
PANDUAN PRAKTIK KLINIS

toh  PPK Apendisitis Akut


n
Co  PPK Benign Prostat Hyperplasia
 PPK Fraktur Terbuka
 PPK Hernia Inguinalis
 PPK Total Knee Arthroplasty/Replacement
 PPK Demam Tifoid
 PPK Diare Akut
 PPK Kejang Demam
 PPK DHF
 PPK Pneumonia
 PPK Stroke Hemoragik
 PPK Stroke Iskemik
 PPK Perdarahan Subarachnoid
 PPK Placenta Previa Pada Kehamilan Aterm
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN
n toh
Co

 PAK Apendisitis Akut


 PAK Benign Prostat Hyperplasia
 PAK Fraktur Long Bone
 PAK Total Knee Replacement
 PAK Diare Akut
 PAK Kejang Demam Sederhana
 PAK Placenta Previa Totalis
PANDUAN ASUHAN GIZI
h
o nto
C
 PAG Apendisitis
 PAG Demam Tifoid
 PAG Diare Akut
 PAG Kejang Demam
 PAG Demam Berdarah
 PAG Bronkopneumonia
 PAG Stroke
 PAG Placenta Previa Totalis
PANDUAN ASUHAN KEFARMASIAN
h
o nto
C
 PAKf Terkait Permasalahan Obat / Drug Related Problem
pd Apendisitis
 PAKf Terkait Permasalahan Obat / DRP pd Hernia
Inguinalis
 PAKf Terkait Permasalahan Obat / DRP pd Demam Tifoid
 PAKf Terkait Permasalahan Obat / DRP pd Diare
 PAKf Terkait Permasalahan Obat / DRP pd Kejang
Demam
 PAKf Terkait Permasalahan Obat / DRP pd DBD
PRINSIP DASAR PENYUSUNAN CP
 Pelayanan terpadu/terintegrasi dan berfokus pasien
 Melibatkan semua profesional pemberi pelayanan (dokter,
perawat,bidan, farmasis,nutrisionis, fisioterapis, dll)
 Tetapkan waktu pelaksanaan pelayanan/asuhan
 Seluruh kegiatan dicatat (rekam medis)
 Penyimpangan kegiatan dicatat sebagai varians

83
LANGKAH LANGKAH PENYUSUNAN CP
Tetapkan jenis pelayanan yang akan dibuat CP
Siapkan PPK dari setiap komponen pelaksana asuhan
Siapkan Formularium obat RS
Tetapkan hari rawat sesuai PPK
Tetapkan jenis dan urutan kegiatan pelayanan pada setiap
hari rawat
Beri catatan mana kegiatan wajib dan mana opsional
Sediakan tempat untuk mencatat varians

84
Prinsip Penyusunan
Clinical Pathway / Alur Klinis

PPK
+  Algoritme, Protokol, Prosedur, Standing orders
+
Panduan Asuhan Keperawatan, Panduan Asuhan Gizi, Panduan Asuhan
Kefarmasian, Panduan Asuhan PPA lainnya

Clinical Pathway / Alur Klinis


Asuhan Medis, Asuhan Keperawatan, Asuhan Gizi, Asuhan
Kefarmasian. Asuhan PPA lainnya

*Asuhan Pasien Terintegrasi* 85


(TIM PERSI PENYUSUN CLINICAL PATHWAY GUIDELINE , DES 2015)
1/3
2/3
3/3
1/3
2/3
3/3
1/3
2/3
3/3
n t oh 1/6
Co P
C rasi
t eg
in
ter
2/6

Contoh : Clinical Pathway : Diare Akut Ringan-Sedang RS Kelas B & C


3/6

Contoh : Clinical Pathway : Diare Akut Ringan-Sedang RS Kelas B & C


4/6

Contoh : Clinical Pathway : Diare Akut Ringan-Sedang RS Kelas B & C


5/6

Contoh : Clinical Pathway : Diare Akut Ringan-Sedang RS Kelas B & C


6/6

Contoh : Clinical Pathway : Diare Akut Ringan-Sedang RS Kelas B & C


1/7

Contoh : Clinical Pathway : Hernia inguinalis RS Kelas B & C


2/7

Contoh : Clinical Pathway : Hernia inguinalis RS Kelas B & C


3/7

Contoh : Clinical Pathway : Hernia inguinalis RS Kelas B & C


4/7

Contoh : Clinical Pathway : Hernia inguinalis RS Kelas B & C


5/7

Contoh : Clinical Pathway : Hernia inguinalis RS Kelas B & C


6/7

Contoh : Clinical Pathway : Hernia inguinalis RS Kelas B & C


7/7

Contoh : Clinical Pathway : Hernia inguinalis RS Kelas B & C


Terima kasih

dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes


Komisi Akreditasi Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai