Anda di halaman 1dari 73

WS AUDIT KLINIS PERSI

Medan, 19 Februari 2020

AUDIT KLINIS
DALAM AKREDITASI RS
DALAM RANGKA PENERAPAN SNARS EDISI 1.1

dr. Djoni Darmadjaja, SpB,MARS


Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Dr Djoni Darmadjaja, SpB,MARS
HP 08129146524
Palembang 22 Juni 1953
kapuyux@gmail.com

Jabatan sekarang :
Anggota Badan Pengurus KARS
Kepala Bidang IT- KARS
Anggota Komite Etik & Disiplin KARS Pernah menjabat :
Ketua Umum PABI (Spesialis Bedah Direktur RSUD Karawang
Umum) Wakil direktur pelayanan
Anggota MPPK & MKKI IDI RSUD Karawang
Dosen MARS Esa Unggul Ketua Komite Medis RSUD
Kompartemen Manajmen Klinis PERSI Karawang
Kepala UTD PMI cabang
Karawang
DEFINISI AUDIT KLINIS

Suatu telaah kritis dan sistematis terhadap mutu pelayanan


klinis, termasuk prosedur diagnosis dan terapi, penggunaan
sumber-daya rumah-sakit, dan outcome serta quality of life
dari pasien.

atau ‘Sebuah proses peningkatan mutu yang bertujuan


meningkatkan pelayanan dan outcome pasien melalui
tinjauan pelayanan secara sistematis terhadap kriteria yang
jelas dan implementasi perubahan.’
3
AUDIT KLINIS ADALAH BAGIAN DARI
TATAKELOLA KLINIS/CLINICAL GOVERNANCE

Clinical audit is an integral part of clinical governance and can be carried out by any

practitioner involved in the treatment of patients. It is not restricted to the work of doctors.

Clinical audit is principally the measurement of practice against agreed standards and

implementing change to ensure that all patients receive care to the same standard (NICE,

2002)
UU NO: 44 TH 2009 TENTANG
RUMAH SAKIT

PASAL 36
“SETIAP RUMAH SAKIT HARUS
MENYELENGGARAKAN TATA KELOLA RUMAH
SAKIT DAN TATA KELOLA KLINIS YANG BAIK”
TATAKELOLA KLINIS YANG BAIK
GOOD CLINICAL GOVERNANCE
Adalah penerapan fungsi manajemen klinis yang
meliputi kepemimpinan klinis, audit klinis, data
klinis, risiko klinis berbasis bukti, peningkatan
kinerja, pengelolaan keluhan, mekanisme monitor
hasil pelayanan, pengembangan profesional dan
akreditasi RS.
UNSUR UNSUR CLINICAL GOVERNANCE
MENURUT NHS

Pendidikan
Pendidikan
Latihan
Latihan
Keselamatan
Keselamatan Audit
Audit
Pasien
Pasien Klinis
Klinis
Clinical
Clinical
Governance
Governance
Efektifitas
Efektifitas
Akuntabilitas
Akuntabilitas klinis
klinis
Penelitian
Penelitian
Pengembangan
Pengembangan
KARS
IMPLEMENTASI CLINICAL GOVERNANCE DI RUMAH SAKIT
Pendidikan
Pendidikan
Latihan
Latihan
PENDIDIKAN FORMAL
PENDIDIKAN FORMAL
KURSUS
KURSUS/ WORKSHOP
/ WORKSHOP
Keselamatan SEMINAR
SEMINAR SIMPOSIUM
/ / SIMPOSIUM AUDIT
AUDIT
Keselamatan P2KB
Pasien P2KB MEDIS
MEDIS/ /KLINIS
KLINIS
Pasien
DPJP
DPJP
INFORMED CONSENT STANDAR
STANDARPELY
PELYMEDIS
MEDIS
INFORMED CONSENT
EDUKASI PASIEN SOP
EDUKASI PASIEN SOP
DISCHARGE PLAN MONITORING PELAKS PPK
DISCHARGE PLAN MONITORING PELAKS PPK
KOMITE
KOMITEMEDIS
MEDIS

MSBL
MSBL
EFEKTIFITAS
EFEKTIFITAS
AKUNTABILITAS STAF KLINIS
AKUNTABILITAS
STR/SIP STAFMEDIS
MEDIS KLINIS
CLINICAL
STR/SIP
KREDENSIAL CLINICALPATHWAY
PATHWAY
KREDENSIAL INDIKATOR
INDIKATORKINERJA
KINERJA
PENUGASAN KLINIS STANDAR
PENUGASAN KLINIS
REKAM MEDIS STANDAR PELAYMINIMAL
PELAY MINIMAL
REKAM MEDIS Penelitian
Penelitian
Pengembangan
Pengembangan
PENGUMPULAN
PENGUMPULANDATA
DATA
INDIKATOR KLINIS
INDIKATOR KLINIS
MUTU
MUTU
KARS
SEJARAH AUDIT KLINIS

VERSI ROYAL AUSTRALASIAN


COLLEGE OF SURGEONS (RACS)

Medical audit was introduced in the 1989 White Paper 'Working for Patients' which stated that

systematic peer review of medical care should be part of the routine clinical practice of all

doctors. It became clear in the 1990s that audit needed a multi-disciplinary approach to

succeed, and clinical audit soon included all healthcare professionals. The clinical effectiveness

agenda was introduced in 1996 and it highlighted the importance of evidenced based

standards as a basis of all audit topics (RACS, 1996).


SEJARAH AUDIT KLINIS
VERSI NICE
Istilah Clinical Audit (Audit Klinis) mulai diperkenalkan di
Inggris sejak tahun 1993 sebagai sebuah kegiatan
peningkatan mutu proses dan keluaran (output) dari
pelayanan klinis (clinical care). Kegiatan dilakukan dalam
bentuk telaah sistematis terhadap pelayanan medis yang
telah diberikan dibandingkan dengan kriteria dan standar
yang dinyatakan secara eksplisit dan diikuti dengan upaya
perbaikan (NICE, 2002)
10
APA BEDA AUDIT KLINIS
DENGAN AUDIT MEDIS
Clinical audit tends to be used as an umbrella term for any audit conducted by professionals

in health care. Audits conducted by doctors are often referred to as medical audit. Although

the term 'clinical audits' could also be used. It is important to stress that very few health care

procedures involve just one professional discipline and that non-clinical staff such as

receptionists, secretaries, porters, managers, etc play a vital role in the quality of the service

provided. Clinical audit, therefore is usually a multi-disciplinary activity. Many clinical audits

are also 'multi-sectoral'. that is they may involve health and social services" (NHS Executive.

1997).
AUDIT MEDIS
DALAM UNDANG-UNDANG

KARS
UNDANG UNDANG PRAKTIK KEDOKTERAN

KARS
UUPK NO 29 TH 2004

PNPK,PPK
KARS
AUDIT MEDIS DALAM UU RS
N0 44 PASAL 39
(1) Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit harus dilakukan audit.
(2) Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa audit kinerja dan
audit medis.
(3) Audit kinerja dan audit medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
dilakukan secara internal dan eksternal.
(4) Audit kinerja eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan
oleh tenaga pengawas.
(5) Pelaksanaan audit medis berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan oleh
Menteri.
UU No 38 Th 2014

KARS
Undang undang Keperawatan

KARS
AUDIT MEDIS & AUDIT
KEPERAWATAN
DALAM PERATURAN MENTERI

KARS
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 755/MENKES/PER/IV/2011
TENTANG
PENYELENGGARAAN KOMITE MEDIK DI RUMAH SAKIT
 
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
 
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
 
Menimbang : a. bahwa profesionalisme staf medis perlu ditingkatkan untuk menjamin mutu
pelayanan kesehatan dan melindungi keselamatan pasien;
b. bahwa komite medik memiliki peran strategis dalam mengendalikan kompetensi dan
perilaku staf medis di rumah sakit serta dalam rangka pelaksanaan audit medis;
c. bahwa ketentuan yang mengatur komite medik saat ini perlu disesuaikan dengan
semangat profesionalisme sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
dibidang kesehatan dan perumahsakitan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan
Komite Medik di Rumah Sakit;
 
Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
KARS
Audit Medis
Dalam peraturan perundang-undangan tentang perumahsakitan, pelaksanaan audit
medis dilaksanakan sebagai implementasi fungsi manajemen klinis dalam rangka
penerapan tata kelola klinis yang baik di rumah sakit. Audit medis tidak digunakan
untuk mencari ada atau tidaknya kesalahan seorang staf medis dalam satu kasus.
Dalam hal terdapat laporan kejadian dengan dugaan kelalaian seorang staf medis,
mekanisme yang digunakan adalah mekanisme disiplin profesi, bukannya mekanisme
audit medis. Audit medis dilakukan dengan mengedepankan respek terhadap semua staf
medis (no blaming culture) dengan cara tidak menyebutkan nama (no naming), tidak
mempersalahkan (no blaming), dan tidak mempermalukan (no shaming).
Audit medis yang dilakukan oleh rumah sakit adalah kegiatan evaluasi profesi secara
sistemik yang melibatkan mitra bestari (peer group) yang terdiri dari kegiatan peer-review,
surveillance dan assessment terhadap pelayanan medis di rumah sakit.
Dalam pengertian audit medis tersebut di atas, rumah sakit, komite medik atau masing-
masing kelompok staf medis dapat menyelenggarakan menyelenggarakan evaluasi kinerja
profesi yang terfokus (focused professional practice evaluation).

KARS
AUDIT MEDIS MENURUT PMK 755 TH 2011

KARS
KEGUNAAN AUDIT MEDIS

KARS
AUDIT KEPERAWATAN
MENURUT PMK 49 TAHUN 2013
AUDIT KLINIS
DALAM STANDAR AKREDITASI
STANDAR AKREDITASI RS VERSI SNARS Ed 1.1

I. Kelompok Standar Pelayanan Berfokus pada Pasien


Bab 1. Akses ke RS dan Kontinuitas Pelayanan (ARK)
Bab 2. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
Bab 3. Asesmen Pasien (AP)
Bab 4. Pelayanan & Asuhan Pasien (PAP)
Bab 5. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
Bab 6. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
Bab 7. Manajemen Komunikasi dan Edukasi pasien (MKE)
II. Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit 
Bab 1. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
Bab 2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Bab 3. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
Bab 4. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
Bab 5. Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS)
Bab 6. Manajemen Informasi & Rekam Medis (MIRM)
25
Standar PMKP 5.1
Dilakukan evaluasi proses pelaksanaan panduan praktik klinis, alur klinis (clinical
pathway), dan/atau protokol klinis, dan/atau prosedur, dan/atau standing order di prioritas
pengukuran mutu pelayanan klinis.

Elemen Penilaian PMKP 5.1


1. Rumah sakit menetapkan evaluasi pelayanan kedokteran dengan panduan praktik
klinis, alur klinis, atau protokol. (R)
2. Hasil evaluasi dapat menunjukkan perbaikan variasi dalam lima fokus area pada
pemberian pelayanan. (D,W)
3. Rumah sakit telah melaksanakan audit klinis dan atau audit medis pada panduan
praktik klinis/alur klinis prioritas di tingkat rumah sakit. (D,W)
KARS
Audit medis 2 X audit medis

Bukti variasi yan


berkurang

Monitoring
Indikator proses
indikator mutu
dan outcome
klinik

KARS 28
Standar TKRS 11.2
SNARS Ed 1.1
Setiap Kelompok Staf Medis (KSM) memilih dan menetapkan panduan praktik klinis yang dapat dilengkapi
dengan alur klinis (clinical pathway) dan/atau protokol klinis dan/atau prosedur dan/atau standing order sebagai
panduan asuhan klinis yang akan dilakukan evaluasi.

Elemen Penilaian TKRS 11.2


1. Ada regulasi yang mengatur bahwa setiap Kelompok Staf Medis (KSM) setiap tahun memilih 5
(lima) panduan praktik klinis, alur atau protokol klinis prioritas untuk dievaluasi sesuai kriteria
yang ada pada maksud dan tujuan poin a) sampai dengan g) dan poin 1) dan 2). (R)
2. Ada bukti bahwa setiap tahun, panduan praktik klinis, alur klinis, atau protokol dipilih sesuai
dengan regulasi. (D,W)
3. Ada bukti bahwa panduan praktik klinis, alur klinis, dan atau protokol tersebut telah dilaksanakan
sesuai dengan regulasi. (D,W)
4. Ada bukti bahwa Komite Medik telah melakukan monitoring dan evaluasi penerapan panduan
praktik klinis, alur, dan atau protokol klinis sehingga berhasil menekan keberagaman proses dan
hasil. (D,W)
PENILAIAN
KINERJA INDIVIDU

Staf Non Klinis Staf Klinis

Staf Medis:
OPPE/FPPE
Sesuai dengan
uraian tugas &
hasil kerja yg telah Staf Keperawatan
ditetapkan
Staf Kes Prof
Lainnya
30
STAF RUMAH SAKIT
• STAF KLINIS:
1. STAF MEDIS
2. STAF KEPERAWATAN
3. STAF KESEHATAN PROFESIONAL
LAINNYA
• STAF NON KLINIS
KONSEP PENINGKATAN IAK
MUTU DALAM STANDAR IIL
INDIKATOR INDIKATOR
AKREDITASI RS MUTU MUTU KUNCI
IAM

ISKP STAF MEDIS


PENGUKURA
N MUTU

STAFF STAF PERAWAT


UNIT/ IKU
KLINIS
PENILAIAN
KINERJA INDIVIDU/ STAF KLINIS LAIN
IKI
PENINGKATAN
STAF NON SISTEM KINERJA
MUTU RS PEGAWAI/ SKP
KLINIS

PPK & CP
ASUHAN
KLINIS
INPUT PCC
STANDARISA
PROSES RADIOLOGI
SI
OUTPUT/ LABORATORIUM
OUTCOME INTEGRASI
PELAYANAN
ANESTHESI

STERILISASI 32
KONSEP PENINGKATAN MUTU Indikator
DALAM SNARS EDISI 1.1 Indikator Mutu • IAK * Input
Nasional • IAM * Proses
* SKP * Output/
Indikator Indikator Mutu Outcome
Mutu Prioritas RS

Indikator mutu Unit/ Penilaian • Unit kerja di RS : IRJ,


PENGUKURAN IRI, dll
kinerja unit/IKU
MUTU (PMKP 6, TKRS 11.1) • Unit yg di outsourcing
(TKRS)

Penilaian • Dokter
kinerja Representasi •Perawat
pemilik •PPA lainnya
Direktur RS •Staf klinis
Penilaian
lainnya
kinerja Staf Klinis
individu/IKI
Staf non Klinis/ Sistem Kinerja
pegawai RS Pegawai
KKS &
TKRS

KARS 33
PENILAIAN KINERJA STAF KLINIS
• DISARANKAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI mulai dari pengumpulan,
pelaporan, analisis, validasi, serta publikasi data
• MEMILIKI SISTEM MANAJEMEN DATA TERITEGRASI TD:
– Indikator mutu unit dan indikator mutu prioritas RS
– Pelaporan insiden keselamatan pasien
– Data hasil monitoring kinerja staf klinis (bila monitoring kinerja mengguna-kan
indikator mutu)
– Data hasil pengukuran budaya keselamatan
PENILAIAN MONITORING DAN EVALUASI PRAKTIK PROFESIONAL
BERKELANJUTAN MELIPUTI 3 (TIGA) AREA

1. PERILAKU,
2. PENGEMBANGAN PROFESIONAL
3. KINERJA KLINIS.
3. KINERJA KLINIS

RS mengumpulkan berbagai data:


1.Harus dikumpulkan sedemikian rupa agar teridentifikasi staf
medis yang berperan dan terkait dengan praktik klinis
seorang anggota staf medis.
a)Dapat menjadi rujukan (benchmark) didalam KSM/Unit
layanan atau diluarnya untuk mengetahui pola individu dari
staf medis.
Standar KKS 11
Rumah sakit melaksanakan proses yang seragam untuk melaksanakan evaluasi mutu dan
keselamatan asuhan pasien yang diberikan oleh setiap anggota staf medis.

Elemen Penilaian KKS 11


1. Ada regulasi penilaian kinerja untuk evaluasi mutu praktik profesional berkelanjutan, etik,
dan disiplin staf medis. (lihat juga TKRS 11 EP 2 dan TKRS 12 EP 1). (R)
2. Ada bukti monitoring dan evaluasi mutu praktik profesional berkelanjutan, etik, dan disiplin
staf medis untuk peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien. (D,W)
3. Data dan informasi hasil pelayanan klinis dari staf klinis di-review secara objektif dan
berdasar atas bukti, jika ada dilakukan benchmarking dengan pihak eksternal rumah sakit.
(lihat juga TKRS 11.1). (D,W)
4. Data dan informasi berasal dari proses monitoring dikaji sekurang-kurangnya setiap 12
bulan oleh kepala unit layanan, ketua kelompok staf medis, subkomite mutu, manajer
pelayanan medis. Hasil, simpulan, dan tindakan yang dilakukan didokumentasikan di dalam
file kredensial staf medis atau dokumen lain yang relevan. (D,W)

5. Bila ada temuan yang berdampak pada pemberian kewenangan staf klinis, ada proses
untuk tindak lanjut terhadap temuan dan tindakan tersebut didokumentasi dalam file staf
medis dan disampaikan ke tempat staf medis memberikan pelayanan. (D,W)
ALAT YANG BISA DIPAKAI
UNTUK EVALUASI

1. Evaluasi kepatuhan terhadap PPK/Protokol


2. Evaluasi kepatuhan terhadap Clinical Pathway
3. Evaluasi peer review
4. Evaluasi rekan kerja 360*
5. Data pelaksanaan pelayanan

AUDIT MEDIS/AUDIT KLINIS


BAGAIMANA MELAKUKAN EVALUASI

1. DENGAN PEER REVIEW->UNTUK EVALUASI PERILAKU &


PROFESIONALISME
2. DENGAN AUDIT MEDIS/KLINIS -> UNTUK EVALUASI KINERJA KLINIS
3. EVALUASI TERKAIT REMUNERASI-> DILAKUKAN SETIAP BULAN
KRITERIA UNTUK
AUDIT KLINIS

KARS
Kriteria evaluasi praktik professional
berkelanjutan
• Review terhadap prosedur-prosedur
operatif dan klinis lain serta hasilnya
• Pola Penggunaan darah/Obat Informasi bisa didapat
• Pola Permintaan dari :
tes/prosedur/Tindakan  Grafik review berkala
• Length of stay  Observasi langsung
• Data Morbiditas dan mortalitas
 Monitoring terhadap
• Jumlah kasus yang dikonsulkan/dirujuk
ke spesialis lain teknik diagnostik dan
pengobatan
 Monitoring kualitas
klinis
 Diskusi/survei dg
sejawat/staf lainnya.
CONTOH SUMBER DATA DALAM PENILAIAN KINERJA PROFESIONAL

• MENILAI KINERJA STAF MEDIS DALAM PENANGAN


KASUS PENYAKIT TERTENTU
• Lama Hari Rawat (Length Of Stay),
• Frekuensi (Jumlah Pasien Yang Ditangani),
• Angka Kematian
• Pemeriksaan Diagnostik
• Pemakaian Obat Obat Tertentu
• Angka ILO
• DLL. indikator kinerja unit dan individu sutoto 43
AUDIT MENGGUNAKAN PPK

KARS
FORM EVALUASI PPK DIARE AKUT
FORM EVALUASI PPK APENDISITIS AKUT
FORM EVALUASI PPK STROKE NH
HASIL EVALUASI
KEPATUHAN TERHADAP PPK
93%

75% 77%

67%

HIPERTENSI DIARE AKUT APPENDISITIS STROKE INFARK


EVALUASI PPK
PPK STROKE NON HEMORAGIS

DIAGNOSIS CT SCAN PENUNJANG TERAPI TERAPI FAKTOR RESIKO


DARI AUDIT MEDIS
KE AUDIT KLINIS
• Permenkes 755 tidak cukup sebagai acuan
• Diperlukan acuan baru yang lebih lengkap
• Audit klinis meliputi perjalanan klinis asuhan pasien
• Melibatkan tidak hanya dokter akan tetapi juga PPA lain
yang ikut memberi asuhan pada pasien
• Hasil audit akan menggambarkan mutu pelayanan RS
secara lebih komprehensif
KARS
AUDIT KEPERAWATAN
&
AUDIT PROFESIONAL LAIN

KARS
Standar KKS 15
Rumah sakit melakukan evaluasi kinerja staf keperawatan berdasar atas
partisipasi dalam kegiatan peningkatan mutu rumah sakit.

Elemen Penilaian KKS 15


1. Ada dokumentasi penilaian mutu staf keperawatan berpatisipasi di dalam
program peningkatan mutu rumah sakit. (D,W)
2. Kinerja individual staf keperawatan dikaji bila ada temuan dalam aktivitas
peningkatan mutu. (D,W)
3. Seluruh data proses review kinerja staf keperawatan didokumentasikan
dalam kredesial perawat atau dokumen lainnya. (D,W)
PENILAIAN KINERJA KEPERAWATAN
• KINERJA INDIVIDUAL :
– AUDIT PELAKSANAAN ASKEP
(Pengkajian,Diagnosa,Renpra,intervensi,monev)

• KINERJA UNIT KERJA :


– Pencapaian Target/sasaran mutu unit
– Audit Clinical Pathway
– Eror pelayanan

KARS
Standar KKS 18
Rumah sakit melakukan evaluasi kinerja individu profesional pemberi
asuhan (PPA) lainnya dan staf klinis lainnya bila ada temuan dalam
aktivitas peningkatan mutu.
Elemen Penilaian KKS 18
1. Ada dokumentasi penilaian mutu profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya
dan staf klinis lainnya berpatisipasi di dalam program peningkatan mutu
rumah sakit. (D,W)
2. Kinerja individual profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya dan staf klinis
lainnya dikaji bila ada temuan dalam aktivitas peningkatan mutu. (D,W)
3. Seluruh data proses review kinerja profesional pemberi asuhan (PPA)
lainnya dan staf klinis lainnya didokumentasikan dalam kredesial
profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya dan staf klinis lainnya atau
dokumen lainnya. (D,W)
PENILAIAN KINERJA
STAF PROFESIONAL LAIN
• KINERJA INDIVIDUAL :
– AUDIT PELAKSANAAN ASUHAN PASIEN
(Pengkajian,Diagnosa,Rencana
Asuhan,intervensi,monev)
• KINERJA UNIT KERJA :
– Pencapaian Target/sasaran mutu unit
– Audit Clinical Pathway
– Eror pelayanan
KARS
AUDIT MENGGUNAKAN
CLINICAL PATHWAY

KARS
58
CONTOH FORMAT CLINICAL PATHWAY

59
PEMILIHAN KRITERIA AUDIT KLINIS

Kriteria Standar Perkecualian Sumber data


Asesmen awal dalam 24 jam
Pemilihan pemeriksaan penunjang
Informasi & Edukasi pasien
Tatalaksana gizi
Rencana asuhan medis lengkap
Rencana asuhan keperawatan lengkap
Pelaksanaan PTO
Variasi penggunaan obat
Lama hari rawat (LOS)
Variasi Biaya (kelas 3)

60
HASIL AUDIT KLINIS CP
PRA-IMPLEMENTASI

Variabel kepatuhan Sesuai CP Total Persentase

Asesmen awal DPJP dalam 24 jam

Pemilihan pemeriksaan penunjang saat admisi

Tatalaksana medis

Varians penggunaan obat

Length of stay

Biaya (kelas 3)

61
HASIL AUDIT KLINIS CP
PASCA IMPLEMENTASI
Variabel kepatuhan Sesuai CP Total Persentase

Asesmen awal DPJP dalam 24 jam

Pemilihan pemeriksaan penunjang saat admisi

Tatalaksana medis

Varians penggunaan obat

Length of stay

Biaya (kelas 3)

62
Stroke Non Hemoragis
VARIABEL KEPATUHAN (x 100%)

PRA CP PASCA CP
PEMERIKSAAN I 1 1
ASESMEN AWAL 1 1
VISIT HARI I DPJP 1 1
PEM JANG 1 1
CITICHOLIN 1 1
ASA / CPG 0.166666667 0.545454545
VARIAN (PRACETAM) 0.5 0.181818182

63
Stroke Non Hemoragis

64
DHF ANAK
variabel kepatuhan X 100 %
PRA CP PASCA CP
PEMERIKSAAN I 1 1
ASESMEN AWAL 1 1
VISIT DPJP HARI I 1 1
VARIAN PEM JANG 0 0
VAR. OBAT (AB) 0.172414 0

LOS 4.758621 4.24359

65
DHF ANAK
1.2
1
0.8
0.6
0.4
variabel kepatuhan PRA CP
0.2 variabel kepatuhan PASCA CP
0

66
EVALUASI PASCA IMPLEMENTASI
CLINICAL PATHWAY

Trend
perbaikan
Audit
pasca CP

Audit pra
CP

67
APA MANFAAT AUDIT
BAGI RS

PENJAMINAN MUTU KEPADA PIHAK


PEMBELI PELAYANAN KESEHATAN
SEKIAN
TERIMA KASIH

. KARS 73

Anda mungkin juga menyukai