Anda di halaman 1dari 28

KEBIJAKAN AKREDITASI

DAN PERUMAHSAKITAN
DI INDONESIA

Bambang Wibowo,
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan

Disampaikan pada Workshop PMKP Standar Nasional Akreditasi RS Edisi 1


Hotel Grand Sahid Jaya, 19 Juli 2018
ISU PELAYANAN KESEHATAN

• Universal Health Coverage


• Mutu dan Keselamatan pasien
• Akses
ANCAMAN GLOBAL RESISTENSI
Deaths attributable to AMR every year
Compared to other major couses of death
DAMPAK RESISTENSI ANTIMIKROBA

Mengancam upaya pencegahan dan pengobatan


efektif untuk berbagai infeksi yang terus meningkat,
yang disebabkan oleh bakteri, parasit, virus dan
jamur

 Secara global 480,000 orang mengalami MDR TB/tahun


 Mempersulit pemberantasan infeksi HIV dan malaria

Mutu pelayanan kesehatan menurun, karena lama


perawatan memanjang, resiko kematian tinggi
Mengancam upaya pengobatan modern (seperti
operasi open heart, transplantasi organ)
Meningkatkan beban ekonomi, karena perpanjangan
lama rawat inap, penggunaan antimikroba yang lebih
mahal dan lebih lama
 Perkiraan kematian akibat AMR saat ini sebesar 700.000/ thn
 Tahun 2050- ada 10 juta kematian/tahun karena AMR
 Angka kematian lebih tinggi dibandingkan dengan akibat
kanker* ANCAMAN KESELAMATAN PASIEN
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Penguatan Pelayanan Kesehatan di Indonesia

PROGRAM
PROGRAM Terwujudnya
PENINGKATAN
PENINGKATAN
AKSES Akses Pelayanan
MUTU
• SARANA Kesehatan Dasar
• AKREDITASI RS
PRASARANA dan Rujukan
• AKREDITASI
• KOMPETENSI SDM yang Berkualitas
PKM
• ALAT KESEHATAN
Bagi Masyarakat

4
PROGRAM INDONESIA SEHAT
RENSTRA 2015-
2019

Pilar 1. Pilar 2. Pilar 3. JKN


Paradigma Sehat Penguatan
Yankes
Program Program
Program • Peningkatan • Benefit
• Pengarusutamaan Akses terutama pd • Sistem
kesehatan dalam FKTP
• Optimalisasi pembiayaan:
pembangunan
Sistem Rujukan asuransi – azas
• Promotif -
•Penerapan
Peningkatan Mutu gotong royong
Preventif sebagai pendekatan
• Kendali Mutu &
pilar utama upaya continuum of care
kesehatan
Kendali Biaya
Intervensi berbasis • Sasaran: PBI &
• Pemberdayaan resiko kesehatan
masyarakat (health risk) Non PBI

KELUARGA
SEHAT
Perkembangan Jumlah Rumah Sakit di Indonesia
2013 - 2017
1156

925 KEMKES

834 PEMDA PROVINSI

724 737740 PEMDA KAB


706 702
611 PEMDA KOTA
599
KEMENTERIAN LAIN
508
455 463 469 480
TNI
POLRI
SWASTA NON PROFIT

127 136 127 SWASTA


96 92 118 98 93 113 98 125 120 97 125
87
67 67 62 64 84
33 41 33 42 33 42 33 42 33 44 BUMN
3 8 8 13 18

2013 2014 2015 2016 2017


TOTAL TOTAL TOTAL TOTAL TOTAL
2.228 2.408 2.490 2.601 2.776

Sumber: RS Online, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Data 2017)


KOMPETENSI FASKES PADA UHC 2019
UHC 2019

PELAYANAN KOMPETENSI AKSES DAN


KESEHATAN FASKES MUTU

Sistem Mutu melalui


Alat Kesehatan Pelayanan dan akreditasi RS
Sarana Prasarana
Farmasi sistem rujukan

Sumber Daya
DISTRIBUSI Kesehatan

KOMPETENSI
PROFESIONAL KOMPETENSI KOMPETENSI
(KLINIS) MANAJERIAL INTERPROFESIONAL

KEPEMIMPINAN KEMAMPUAN
KLINIS TEKNIS MEDIS
Isu Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan
• Berbagai pengukuran mutu telah dilakukan oleh berbagai institusi,
o SPM-RS , Indikator Mutu RS (Kemenkes),
o Indeks Kepuasan Masyarakat di fasyankes (KeMen PAN),
o Indeks Kualitas Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan KBK (BPJS)
o IKI, IKT (Dirjen Yankes pada RS Vertikal)
o Akreditasi RS dengan indikator mutu area klinis, manajemen dan
keselamatan pasien (KARS),
o Indikator keselamatan pasien (KNKP RS), dll

Kurang atau tanpa koordinasi antar satu pengukuran


dengan pengukuran yang lain

DIPERLUKAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI MUTU NASIONAL


KEBIJAKAN DAN STRATEGI MUTU NASIONAL

• prioritas kesehatan nasional,


• definisi mutu pelayanan kesehatan,
• regulasi mutu pelayanan kesehatan,
• tatakelola dan organisasi,
• metode peningkatan dan intervensi,
• pengukuran dan indikator mutu pelayanan kesehatan,
• data dan sistem informasi,
STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
BERDASAR PERMENKES 64 TAHUN 2015

DIREKTORAT JENDERAL
PELAYANAN KESEHATAN

SEKRETARIAT
DIREKTORAT JENDERAL

DIREKTORAT
DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT
MUTU DAN
PELAYANAN PELAYANAN PELAYANAN FASILITAS
AKREDITASI
KESEHATAN KESEHATAN KESEHATAN PELAYANAN
PELAYANAN
PRIMER RUJUKAN TRADISIONAL KESEHATAN
KESEHATAN

RS UPT VERTIKAL BBLK/BBFK/BBKPM/BKMM/


(33 SATKER) UPK (16 SATKER)
3
DEFINISI MUTU  TIDAK SERAGAM

1.Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan pelayanan


kesehatan yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
Rumah Sakit sebagai bagian dari tata kelola klinis yang baik
(Permenkes No. 69 Tahun 2014 tentang Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban
Pasien, pada Bab II Kewajiban Rumah Sakit Pasal 17 ayat 4).

2.Upaya kesehatan bermutu merupakan upaya yang memberikan


rasa puas sebagai pernyataan subjektif pelanggan, dan
menghasilkan outcome sebagai bukti objektif dari mutu layanan
yang diterima pelanggan (Permenkes No. 44 Tahun 2016 tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas, pada Lampiran Bab I Pendahuluan, poin B Konsep
Manajemen)
WHO 2017
DIMENSI MUTU PELAYANAN KESEHATAN

Effectiveness

Effectiveness
Safety

INTEGRATED
Efficiency Safety
Patient
Centeredness
DIMENSI
MUTU
Timely
Patient
Equity
Centeredness

Equity
Timely
Sumber: Handbook For National Quality
Policy and Strategy; WHO 2017
Efficiency
REGULASI

PERMENKES Nomor 75 Tahun 2014


Tentang Puskesmas
STANDAR PELAYANAN
PERMENKES Nomor 56 Tahun 2014
Tentang Klasifikasi dan Perizinan
Rumah Sakit

PERMENKES Nomor 46 Tahun 2015


Tentang Akreditasi Puskesmas,
Klinik Pratama, Tempat Praktik
Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik
Mandiri Dokter Gigi KUALITAS
PELAYANAN
PERMENKES Nomor 34 Tahun 2017
Tentang Akreditasi Rumah Sakit
AKREDITASI RUMAH SAKIT
PENDAHULUAN
UU No. 44/2009 : Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan RS wajib
terakreditasi secara berkala 3 tahun sekali

Permenkes 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi RS


Pasal 4
(1) Akreditasi dilaksanakan oleh lembaga
Pasal 3
independen penyelenggara Akreditasi
(1) Setiap Rumah Sakit wajib
yang berasal dari dalam atau luar
terakreditasi.
negeri.
(2) Akreditasi sebagaimana dimaksud
(2) Lembaga independen penyelenggara
pada ayat (1) diselenggarakan secara
Akreditasi sebagaimana dimaksud
berkala paling sedikit setiap 3 (tiga)
pada ayat (1) ditetapkan oleh
tahun.
Menteri.
(3) Akreditasi sebagaimana dimaksud
(3) Lembaga independen penyelenggara
pada ayat (1) dilakukan oleh Rumah
Akreditasi sebagaimana dimaksud
Sakit paling lama setelah beroperasi
pada ayat (1) harus telah
2 (dua) tahun sejak memperoleh izin
terakreditasi oleh lembaga
operasional untuk pertama kali.
International Society for Quality in
Health Care (ISQua).
REGULASI AKREDITASI RUMAH SAKIT

Permenkes No. 99/2015:Revisi Permenkes 71/2013


Pelayanan Kesehatan Pada JKN,
masa transisi persyaratan Akreditasi: 5 Tahun

28 November 2013

28 November 2018

Faskes yang bekerja sama


dengan BPJS Kesehatan
Harus Terakreditasi
TATA KELOLA RUMAH SAKIT MENURUT
UNDANG-UNDANG RS

PENERAPAN
GOOD FUNGSI-FUNGSI
PASAL 36 CORPORATE MANAJEMEN
“SETIAP RUMAH SAKIT GOVERNANCE RUMAH SAKIT
HARUS
MENYELENGGARAKAN
TATA KELOLA
RUMAH SAKIT DAN
TATA KELOLA KLINIS
YANG BAIK”

GOOD
CLINICAL PENERAPAN
GOVERNANCE FUNGSI-FUNGSI
MANAJEMEN
KLINIS
JENIS RUMAH SAKIT DAN STATUS AKREDITASI
JUMLAH RUMAH SAKIT DI INDONESIA PROSENTASE STATUS AKREDITASI
RUMAH SAKIT DI INDONESIA
Swasta/Lainnya 1221
BUMN 57
Organisasi Non Profit 611
Polri 45 perdana paripurna

1.6 1613
42% 43%
TNI 125
Kementerian Lain 19 10
Pemkot 89
dasar
madya utama
Pemkab 512 2%
5% 8%

Pemprop 139
Kemkes 33

57 % RUMAH SAKIT
TOTAL : 2.851 RUMAH SAKIT
TERAKREDITASI

Sumber: RS Online 9 Juli 2018 Sumber: Website KARS 9 Juli 2018


STATUS AKREDITASI RUMAH SAKIT BERDASARKAN KELAS
Rumah Sakit kelas A Rumah Sakit kelas B
Paripurna Utama Madya Dasar Perdana
Paripurna Tidak Paripurna

4%3%
7% 6%

87%
93%

Rumah Sakit kelas C Rumah Sakit kelas D


Paripurna Utama Madya Dasar Perdana Paripurna Utama Madya Dasar Perdana

10%
5%
37% 7%
45%
2%

10% 76%
3% 5%
PENCAPAIAN AKREDITASI RS RUJUKAN NASIONAL, PROVINSI DAN REGIONAL

RS RUJUKAN NASIONAL RS RUJUKAN PROVINSI RS RUJUKAN REGIONAL

20

HARUS
• Akreditasi Nasional MINIMAL HARUS MINIMAL HARUS
Paripurna (13 dari 14 RS) PARIPURNA UTAMA
• Akreditasi Internasional (13 dari 20 RS) (62 dari 110 RS)
(7 dari 14 RS)

(Data 25 Juni2018)
1. Kepatuhan Identifikasi Pasien*

2. Emergency Respon Time < 5 menit

3. Waktu Tunggu Rawat Jalan*

4. Penundaan Operasi Elektif

5. Ketepatan Jam Visite Dokter Spesialis*

6. Waktu Lapor Hasil Tes Kritis Laboratorium*

7. Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional (FORNAS)*

8. Kepatuhan Cuci Tangan*

9. Kepatuhan Upaya Pencegahan Resiko Cedera Akibat


Pasien Jatuh

10.Kepatuhan Terhadap Clinical Pathway*


* Indikator Kinerja Individu
11.Kepuasan Pasien dan Keluarga Direktur Utama RS UPT Vertikal
dan Kepala Balai
* Indikator Kinerja Terpilih
12.Kecepatan Respon Terhadap Komplain*
Quality improvement  Continuous improvement  Transformasi budaya
Process Output
Input
(Concurrent control) (Backward control)
(Forward control)
TARGET INDIKATOR MUTU
SDM
Brain ware
PERBEDAAN/CELAH
Residen
Tenaga Medis Di bawah target
Tenaga Non Medis
Management

Software Kebijakan
Panduan
Prosedur

A P
Hardware
Meeting
Infoware Sistem pelaporan S D Mencari akar masalah
SIMRS

Healthware Motivasi
Improvement Feedback
Plan 22
Menjaga mutu
Target 2

mutu
International/national
standard
A P
S D
Perbaikan mutu
Target 1

A P
baseline
S D

waktu
P; plan, D; do, S: study, A; action

SKEMA UPAYA PENINGKATAN MUTU RUMAH SAKIT


23
Pemantauan Mutu
12.00%
Penundaan Operasi Elektif
Definisi Operasi elektif adalah waktu yang
9.00% operasional diperlukan pasien sejak
dijadwalkan operasi sampai
6.00%
dengan dilakukannya operasi
3.00% elektif.
Jika tidak dilakukan sesuai jadwal
0.00% maka disebut terjadi penundaan.
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGT
SEP
OKT
NOP
DES
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGT
SEP
OKT
NOP
DES
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 Numerator Jumlah pasien yang mengalami
Capaian Target penundaan operasi elektif.

Denominat Jumlah tindakan operasi elektif.


or
Ketepatan Jam Visite dokter Spesialis
120.00%

Definisi Visite dokter spesialis adalah


100.00%
operasional kunjungan dokter spesialis setiap
80.00% hari kerja sesuai dengan ketentuan
waktu kepada setiap pasien yang
60.00% menjadi tanggung jawabnya, yang
40.00%
dilakukan antara jam 08.00 sampai
dengan 14.00.
20.00%

0.00%
Numerator Jumlah visite dokter spesialis
MAR
APR

MAR
APR

MAR
APR
JAN

JUN

JUN
JUL

OKT

JAN

JUN
JUL

OKT

JAN

JUL
MEI

DES

MEI

DES

MEI
NOP

NOP
FEB

SEP

SEP
AGT

FEB

AGT

FEB

antara jam 08.00 sampai dengan


TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015
14.00 yang disurvei.
Realisasi Target Denominat Jumlah pelaksanaan visite dokter
or spesialis yang disurvei. 24
MEMBANGUN STANDAR PELAYANAN
MEMBANGUN STANDAR PELAYANAN PADA TIAP LEVEL FASKES
 PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER

Input Proses Output

• Angka pasien jatuh


• Standar fasilitas medik
• PNPK • Kepatuhan Clinical
• Standar fas non medik
• Standar SDM


PPK
CP
HTA •
Pathway
Kecepatan
• HTA
mengatasi komplain,
• Tarif
dll
• MUTU (Akreditasi)

EFISIENSI COST INDIKATOR MUTU


EFFECTIVENESS PELAYANAN
UU RS No. 44 tahun 2009 Pasal 54

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN RS


(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Rumah Sakit
dengan melibatkan organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan, dan organisasi kemasyaratan lainnya
sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk:
a. pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat;
b. peningkatan mutu pelayanan kesehatan;
c. keselamatan pasien;
d. pengembangan jangkauan pelayanan; dan
e. epeningkatan kemampuan kemandirian Rumah Sakit.
(5) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat mengambil tindakan administratif berupa:
a. teguran;
b. teguran tertulis; dan/atau
c. denda dan pencabutan izin.
PENDAHULUAN

PENUTUP
1. Membangun budaya mutu dan keselamatan pasien adalah
kebutuhan RS
2. Akreditasi RS merupakan salah satu cara membangun budaya
mutu dan keselamatan pasien.
3. Perlu pemenuhan sarana, prasarana, alkes, farmasi, SDM,
regulasi, penggunaan IT dan tata kelola yang baik agar
didapatkan produk rumah sakit yang bermutu.
4. Perbaikan akses pelayanan kesehatan khususnya RS harus
diikuti dengan peningkatan mutu dan keselamatan pasien
5. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mempunyai peran
penting dalam akreditasi RS.

Anda mungkin juga menyukai