BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN UMUM/DEFINISI
Listrik memiliki peran vital dan strategis, ketersediannya harus memnuhi aspek
andal, aman dan akrab lingkungan.
Keandalan sistem tenaga listrik ditentukan oleh sistem dan konstruksi
instalasi listrik yang memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku.
Keamanan sistem tenaga listrik ditentukan oleh sistem pengaman
(protection system) yang baik, benar, andal atau tepat sesuai dengan
kebutuhan sistem yang ada.
Pengertian/ definisi :
Proteksi : perlindungan/ pengaman.
Sistem tenaga listrik : suatu sistem yang terdiri dari dari beberapa sub
sistem, yaitu : pembangkitan (pembangkit tenaga listrik), penyaluran
(transmisi), pendistribusian (distribusi) dan instalasi pemanfaatan.
Proteksi sistem tenaga listrik : perlindungan/ pengaman pembangkitan
(pembangkit tenaga listrik), penyaluran (transmisi), pendistribusian
(distribusi) dan instalasi pemanfaatan.
1
1.1. LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN UMUM/DEFINISI
Dua fungsi utama proteksi, adalah :
Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya pada bagian
sistem yang diamankannya.
Melepaskan bagian sistem yang terganggu, sehingga bagian sistem lainnya
yang tidak mengalami gangguan dapat terus beroperasi.
Contoh komponen (alat) proteksi yang paling sederhana, adalah
Pengaman Lebur (Fuse). Jika dalam memilih Fuse, tepat sesuai kebutuhan,
maka kedua fungsi tersebut di atas dapat dipenuhi.
Untuk pengaman sistem yang lebih kompleks, diperlukan komponen (alat)
pengaman yang lebih lengkap (terdiri dari berbagai jenis alat pengaman),
misalnya :
Relay pengaman, berfungsi sebagai elemen perasa yang mendeteksi adanya
gangguan.
Pemutus Tenaga (PMT), berfungsi untuk pemutus arus dalam rangkaian
listrik, untuk melepas bagian sistem yang terganggu.
Trafo arus dan/ atau trafo tegangan, berfungsi untuk meneruskan arus dan/
atau tegangan pada sirkit tenaga (sirkit primer) ke sirkit rele (sirkit
sekunder).
Battery (Accu), berfungsi sebagai sumber tenaga untuk men-trip PMT atau
catu daya untuk rele (static relay) dan rele bantu.
2
Sistem tenaga listrik terdiri dari seksi-seksi (sub sistem), yang satu dengan
yang lainnya dapat dihubungkan dan diputuskan dengan menggunakan
alat pemutus tenaga (PMT).
Masing-masing seksi (sub sistem) diamankan ole rele pengaman dan
setiap rele mempunyai kasawan pengamanan, yang berupa bagian dari
sistem. Jika terjadi gangguan di dalamnnya, rele akan mendeteksi dan
dengan bantuan PMT melepaskan seksi yang terganggu dari bagian sistem
lainnya.
Gambar kawasan pengamanan (zone of protection) :
3
Lanjutan 1.3.
4
1.4. PENGAMAN UTAMA DAN PENGAMAN CADANGAN
Pada saat sistem tenaga listrik beroperasi dan mengalami gangguan, ada
kemungkinan komponen (alat) proteksi gagal bekerja.
Untuk mengantisipasi timbulnya kemungkinan tersebut, disamping sistem
tenaga listrik harus dipasang pengaman utama, maka juga dilengkapi
pengaman cadangan.
Pengaman cadangan diharapkan akan bekerja, apabila pengaman utama
gagal bekerja. Oleh karenanya pengaman cadangan selalu disertai
dengan waktu tunda (time delay), untuk memberi kesempatan pada
pengaman utama bekerja lebih dahulu.
Jenis pengaman cadangan :
Pengaman cadangan lokal (local back up).
Pengaman cadangan jauh (remote back up).
Letak (penempatan) :
Pengaman cadangan lokal terletak di tempat yang sama dengan
pengaman utamanya.
Pengaman cadangan jauh terletak di seksi sebelah hulunya.
5
1.5. KRITERIA SISTEM PROTEKSI
Kepekaan (sensitivity) :
Peralatan proteksi (rele) harus cukup peka dan mampu mendeteksi
gangguan di kawasan pengamannya.
Meskipun gangguan yang terjadi hanya memberikan rangsangan yang
sangat minim, peralatan pengaman (rele) harus mampu mendeteksi secara
baik.
Keandalan (reliability) :
Dependability :
• Peralatan proteksi (rele) harus memiliki tingkat kepastian bekerja
(dependability) yang tinggi.
• Peralatan proteksi (pengaman) harus memiliki keandalan tinggi (dapat
mendeteksi dan melepaskan bagian yang terganggu), tidak boleh gagal
bekerja.
Security :
• Peralatan proteksi (pengaman) harus memiliki tingkat kepastian untuk
tidak salah kerja atau tingkat security (keamanannya) harus tinggi.
• Yang dimasksud salah kerja adalah kerja yang semestinya tidak kerja,
misal : karena lokasi gangguan di luar kawasan pengamannya atau sama
sekali tidak ada gangguan.
• Salah kerja bisa mengakibatkan terjadinya pemadaman, yang
semestinya tidak perlu terjadi.
6
Lanjutan 1.5.
Selektifitas (selectivity) :
Peralatan proteksi (pengaman) harus cukup selektif dalam mengamankan
sistem.
Dapat memisahkan bagian sistem yang terganggu sekecil mungkin, yaitu
hanya sub sistem yang terganggu saja yang memang menjadi kawasan
pengaman utamanya.
Rele harus mampu membedakan, apakah gangguan terletak di kawasan
pengaman utamanya, dimana rele harus bekerja cepat, atau terletak di sub
sistem berikutnya, dimana rele harus bekerja dengan waktu tunda atau tidak
bekerja sama sekali.
Kecepatan (speed) :
Peralatan proteksi (pengaman) harus mampu memisahkan sub sistem yang
mengalami gangguan secepat mungkin.
Untuk menciptakan selektifitas yang baik, ada kemungkinan suatu
pengaman terpaksa diberi waktu tunda (time delay), tetapi waktu tunda
tersebut harus secepat mungkin.
Dengan tingkat kecepatan yang baik, maka terjadinya kerusakan/ kerugian,
dapat diperkecil.
7
BAB II
PENGAMAN GENERATOR
2.1. SKEMA GENERATOR
9
Lanjutan 2.1.
3 - 51V, backup overcurrent relay,
pengendalian tegangan atau
kontrol tegangan
1 -51G, backup ground time overcurrent
relay
1 - 87, differential relay
1 – 87G, ground differential relay
1 - 32, reserve power relay untuk peng
endalian protection
1 – 40, impedance relay, untuk pengaman
kehilangan medan
1 – 46, Negative phase sequence over
current relay untuk protection
kondisi unbalanced.
1 – 49, temp relay untuk monitor belitan
temp stator
1 – 64F, generator field relay, hanya untuk
mesin yg mempunyai
medan supply slip rings
1 – 60, voltage balance relay
10
2.2. PENGAMAN HUBUNG SINGKAT
BUS GEN.
CB CT
Beban
GEN.
OCR
MCCB
11
2.3. PENGAMAN TEGANGAN KURANG
BUS GEN.
CB
Beban
GEN. PT
UVR
PENYEBAB:
Generator mengalami beban lebih
AVR generator mengalami kerusakan
Gangguan hubung singkat di sistem
12
2.4. PENGAMAN TEGANGAN LEBIH (OVER VOLTAGE)
BUS GEN.
CB
Beban
GEN. PT
OVR
PENYEBAB:
Lepas nya beban (Ppemb > P beban)
AKIBAT:
Generator mengalami kapasitif.
AVR generator mengalami kerusakan bila berlanjut, merusak instalasi
alat bantu di generator bisa rusak.
Frekwensi naik > 50 Hz.
13
2.5. PENGAMAN STATOR KE TANAH
BUS GEN.
TRF CB
Beban
Rn GEN.
CT
OCR 51N
PENYEBAB:
Terjadi kebocoran isolasi di stator, sehingga terjadi gangguan hubung
Singkat fasa ketanah antara stator dan tanah
AKIBAT:
Kerusakan pada belitan stator
14
2.6. PENGAMAN DAYA (BALIK) PENGGERAK MULA
BUS GEN.
CT
SISTEM
GEN. PT
32
40
PENYEBAB:
PRIME-MOVER DARI SALAH SATU GENERATOR RUSAK ,
MENGAKIBATKAN GENERATOR TIDAK BERPUTAR.
AKIBAT:
ADA PASOKAN LISTRIK DARI GENERATOR LAIN ATAU SISTEM
SEHINGGA GENERATOR MENJADI MOTOR.
15
2.7. PENGAMAN HILANG MEDAN (LOSS OF EXCITATION)
BUS GEN.
CT
SISTEM
GEN. PT
32
40
AKIBAT:
Daya reaktif balik dari sistem masuk ke generator,
atau generator menyerap var sistem
Memanaskan ujung belitan generator
16
2.8. PENGAMAN TEMPERATUR GENERATOR
GEN.
CB
RTD
26
PENYEBAB:
pembebanan melebihi kapasitas generator
kerusakan sistem pendingin
AKIBAT:
belitan generator bisa panas
bisa merusak konduktor stator dan isolasi
antara belitan ke inti
17
2.9. PENGAMAN OVER SPEED
BUS GEN.
MESIN.
CB
GEN.
TRANSDUCER
SPEED SENSOR
PENYEBAB:
gangguan pada sistem sehingga lepas beban
governor tidak mampu kembalikan put. normal
AKIBAT:
over speed
bisa terjadi vibrasi balancing pada put. tertentu
bisa rusakkan bearing dan shaft
frekwensi naik
GEN.
CB
SET
DIFERENSIAL
GENERATOR
PENYEBAB:
GANGGUAN PADA BELITAN GENERATOR
AKIBAT:
KERUSAKAN ISOLASI BELITAN GENERATOR
PENGAMAN: DIFFRENTIAL RELAY (87 G).
19
2.11. PENGAMAN BEBEAN LEBIH (OVER LOAD RELAY)
BUS GEN.
CB CT
BEBAN
GEN.
OLR
PENYEBAB:
Arus beban melebihi nominal dan bertahan lama
AKIBAT:
Memanaskan belitan generator. merusak konduktor dan isolasi belitan
20
2.8. PENGAMAN TEMPERATUR GENERATOR
GEN.
CB
NEG.SEQ
FILTER
OCR
PENYEBAB:
KETIDAK SEIMBANGAN ARUS FASA BEBAN
AKIBAT:
MEMANAS KAN ROTOR GENERATOR BILA BERTAHAN LAMA
21
BAB III
PENGAMAN
TRANSFORMATOR
TENAGA
3.1. JENIS PENGAMAN
22
3.2. RELAY BUCHHOLZ
KE CONSERVATOR KRAN
TRIP
PELAMPUNG
1
TUAS TRIP
ALARM
2 TUAS ALARM
TANGKI TRAFO
Relai buchholz dipasang pada pipa dari maintank ke konservator ataupun dari
OLTC ke konservator tergantung design trafonya apakah di kedua pipa tersebut
dipasang relai bucholz.
Gunanya: untuk mengamankan trafo dari gangguan internal trafo yang menimbulkan
gas dimana gas tersebut timbul akibat adanya hubung singkat di dalam trafo
atau akibat busur di dalam trafo.
Cara kerja: yaitu gas yang timbul di dalam trafo akan mengalir melalui pipa dan
besarnya tekanan gas ini akan mengerjakan relai dalam 2 tahap yaitu:
H2 dan C2H2
menunjukkan adanya busur api pada minyak antara bagian-bagian
konstruksi.
24
3.3. RELAY JANSEN
25
3.4. RELAY SUDDEN PRESSURE
Relai Sudden Pressure. Relai Pressure untuk tangki utama Trafo bekerja
apabila di dalam tangki Trafo terjadi kenaikan tekanan udara akibat
terjadinya gangguan di dalam Trafo.
Tipe Membran
Plat tipis yang didisain sedemikian rupa yang akan pecah bila menerima
tekanan melebihi disainnya. Membran ini hanya sekali pakai sehingga bila
pecah harus diganti baru.
26
3.5. RELAY HV/ LV WINDING TEMPERATURE
Relai HV/LV Oil Temperature bekerja apabila suhu minyak Trafo melebihi seting
dari pada relai HV/LV oil. Besarnya kenaikan suhu adalah sebanding dengan faktor
pembebanan dan suhu udara luar Trafo.
27
3.6. PENGAMAN PANJAT TRAFO
28
3.7. RELAY ARUS LEBIH (OVER CURRENT RELAY)
indikator
F51G
Relai gangguan tanah terbatas atau Restricted Earth Fault (REF) untuk
mengamankan transformator bila ada gangguan satu satu fasa ke tanah
di dekat titik netral transformator yang tidak dirasakan oleh rele
differensial.
87N 87N
31
3.10. PENGAMAN DIFFERENSIAL
PRINSIPNYA :
membandingkan arus yang masuk
ke peralatan dengan arus yang
keluar dari peralatan tersebut
Fungsi:
untuk mengamankan transformator terhadap gangguan hubung singkat yang
terjadi didalam daerah pengaman transformator.
PERALATAN
IIN IOUT
Cara Kerja:
Membandingkan antara arus yang masuk dengan arus yang keluar
32
Lanjutan 3.10.
TRAFO TENAGA
IP CTP IS CTS
BEBAN
iS
DIFF. RY
DOT POLARITY iP
TRAFO TENAGA
IP CTP CTS
BEBAN
DIFF. RY
DOT POLARITY
iP
BUS 2 150 kV
Trip
PMT 150kV
Meter
CT
200/5-5-5A OCR & EF
TRAFO DIFFRENSIAL
20 MVA NGR 40 ohm CT
CT 300A/12 kV
150 / 20 kV 10 Sec 1000/5
300/5A
Z = 12,4 5 REF
EF
CT OCR & EF
1000/5-5-5A
Meter
Trip
PMT 20kV
PT
BUS 20 kV
Trip 20kV/110V KETERANGAN :
PMT 20kV
V3 V3 OCR & EF : Over Current Relay & Earth Fault
OCR & EF
CT DIFF : Diffrencial Relay
Meter REF : Restricted Earth Fault
Meter : Alat Ukur Amper, kWh, kVarh, MW, MVar dll.
PENYULANG 20 kV
35
BAB IV
CURRENT
TRANSFORMER &
POTENTIAL
TRANSFORMER
4.1. TRAFO INSTRUMEN (INTRUMENT TRANSFORMER)
Adalah trafo yang mana dipergunakan bersama dengan peralatan
lain seperti: relai proteksi, alat ukur atau rangkaian kontrol, yang
dihubungkan ke arus bolak balik
Trafo instrumen: current transformers dan voltage transformers.
PERALATAN PROTEKSI
Over Current Relay
Ground Fault Relay
Differential Relay
Distance Relay
36
4.2. TRAFO ARUS
PROTEKSI
• HARUS PUNYA KETELITIAN / ERROR KECIL PADA
DAERAH ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT BESAR
• TIDAK JENUH PADA ARUS GANGGUAN YANG BESAR,
UNTUK KEANDALAN ALAT PROTEKSI
37
Lanjutan 4.2.
RANGKAIAN EKIVALEN CT
IP
P1/K P2/L
S1/k S2/l
IS
A
38
4.3. KESALAHAN CURRENT TRANSFORMER
Kesalahan arus
Perbedaan arus yang masuk disisi primer dengan arus disisi
sekunder
Kesalahan fasa
Akibat pergeseran fasa antara arus sisi primer dengan arus
sisi sekunder
Composite Error
is dan ip merupakan nilai arus sesaat sisi sekunder dan sisi primer.
39
4.4. SPESIFIKASI CLASS CT
Sesuai IEC 60044-1 spesifikasi class untuk CT:
Kelas +/- % kesalahan ratio arus +/- % pergeseran fase pada % dari
ketelitian pada % dari arus pengenal arus pengenal , menit (centiradians)
Kelas +/- % kesalahan ratio arus +/- % pergeseran fase pada % dari
ketelitian pada % dari arus pengenal arus pengenal , menit (centiradians)
1 5 20 100 120 1 5 20 100 120
40
4.5. CLASS TRAFO UNTUK PENGUKURAN
TRAFO ARUS
MASING –MASING CLASS TRAFO ARUS
UNTUK PENGUKURAN
41
4.6. KURVA MAGNETISASI
Kurva maknetisasi CT
CT Metering ES
Knee point
CT Proteksi
IeXct
42
4.7. BEBERAPA KONSTRUKSI CT
43
Lanjutan 4.7.
Inti besi
Trafo arus dengan inti besi
Rogowski coil
44
Lanjutan 4.7.
Conventional
Dead Tank CT
45
Lanjutan 4.7.
Inverted CT
46
Lanjutan 4.7.
Teriminal primer
1 belitan
Pola (mould) Pola (mould)
Resin Resin
Belitan Belitan
sekunder sekunder
Belitan sekunder Belitan sekunder
Untuk Untuk
Untuk Proteksi Untuk Proteksi
pengukuran pengukuran
4 Teriminal sekunder
Trafo tegangan:
Instrumen trafo yang dipergunakan untuk memperkecil tegangan tinggi
ke tegangan rendah , dipergunakan untuk pengukuran atau proteksi
48
Lanjutan 4.8.
Rangkaian ekivalen
R
S
T
Primer
20.000/3
Sekunder
100/3
r s t
49
4.9. KLASIFIKASI TRAFO TEGANGAN
50
4.10. JENIS INDUKTIF TRAFO TEGANGAN
Keterangan gambar:
6
2. Belitan Primer: vernis ganda-isolasi kawat
tembaga, tahan pada suhu tinggi.
5
3. Inti: bukan orientasi listrik baja memperkecil
1 resiko resonansi besi
4. Belitan Sekunder
4 2
5. Isolator Keramik
3
8 6. Dehydrating Breather
7. Terminal Primer
8. Terminal Sekunder
51
4.11. JENIS KAPASITIF TRAFO TEGANGAN
4) Belitan primer
5) Isolator keramik
4
7) Terminal sekunder
52
4.12. KESALAHAN TRAFO TEGANGAN
Composite Error
vs dan vp merupakan nilai tegangan sesaat sisi sekunder dan sisi primer.
53
BAB V
SISTEM PEMBUMIAN
PERALATAN & SISTEM
5.1. PENGERTIAN UMUM
54
5.2. MACAM / JENIS PEMBUMIAN SISTEM
55
5.3. PEMBUMIAN NETRAL LANGSUNG (SOLID GROUNDED)
Transformator tenaga
Netral ditanahkan
langsung
56
Lanjutan 5.3.
Pemasangannya:
Pada transformator tenaga yang dipasok dari sistem tegangan
menengah (GI) atau PLTD kecil.
Keuntungan :
Tegangan lebih pada phasa-phasa yang tidak terganggu
relatif kecil.
Kerja pemutus daya untuk melokalisir lokasi gangguan dapat
dipermudah, sehingga letak gangguan cepat diketahui.
Sederhana dan murah dari segi pemasangan
Kerugian :
Setiap gangguan phasa ke tanah selalu mengakibatkan
terputusnya daya.
Arus gangguan ke tanah besar, sehingga akan dapat
menimbulkan kerusakan pada peralatan listrik yang
dilaluinya.
57
Lanjutan 5.3.
ZL
XT
IGF
58
Lanjutan 5.3.
59
5.4. PEMBUMIAN NETRAL MELALUI TAHANAN
Transformator tenaga
Netral ditanahkan
Melalui Tahanan
Tahanan
60
Lanjutan 5.4.
Pemasangannya :
Pada transformator tenaga yang dipasok pada
sistem tegangan 70 atau 150 kV (GI) atau pada
sistem PLTD kecil
61
Lanjutan 5.4.
40 ohm
ZL
XT
Rn IGF
63
Lanjutan 5.4.
Keuntungan :
Besar arus gangguan tanah dapat diperkecil
Bahaya gradient voltage lebih kecil karena arus
gangguan tanah kecil.
Mengurangi kerusakan peralatan listrik akibat arus
gangguan yang melaluinya.
Kerugian :
Timbulnya rugi-rugi daya pada tahanan pentanahan
selama terjadinya gangguan fasa ke tanah.
Karena arus gangguan ke tanah relatif kecil, kepekaan
relai pengaman menjadi berkurang.
64
5.5. PEMBUMIAN NETRAL MENGAMBANG (FLOATING)
Transformator tenaga
Netral tidak
ditanahkan
65
Lanjutan 5.5.
ZL
XT
ICe
IGF
67
Lanjutan 5.5.
68
Lanjutan 5.5.
Pembebanan :
Tidak bisa single phase
Harus three phase (Trafo 3 fasa)
Beban tidak seimbang di TR di TM dialiri
arus urutan negatif.
Pengukuran Beban bisa gunakan meter
3 fasa 3 kawat.
69
5.6. PEMBUMIAN NETRAL MELALUI PETERSON COIL
70
Lanjutan 5.6.
Transformator tenaga
Netral ditanahkan
Melalui Reaktor
ICe
ZL
XT
IL
ICe IL
Keuntungan :
Arus gangguan dapat dibuat kecil sehingga tidak berbahaya bagi
mahluk hidup.
Kerusakan peralatan sistem dimana arus gangguan mengalir dapat
dihindari.
Sistem dapat terus beroperasi meskipun terjadi gangguan fasa ke
tanah.
Gejala busur api dapat dihilangkan.
Kerugian :
Rele gangguan tanah (ground fault relay) sukar dilaksanakan karena
arus gangguan tanah relatif kecil.
Tidak dapat menghilangkan gangguan fasa ke tanah yang menetap
(permanen) pada sistem.
Operasi kumparan Petersen harus selalu diawasi karena bila ada
perubahan pada sistem, kumparan Petersen harus disetel ( tuning)
kembali.
73
5.7. GROUNDING EQUIPMENT (PEMBUMIAN PERALATAN)
74
5.8. PEMBUMIAN PERALATAN
75
Lanjutan 5.8.
TANAH RAWA 30
Netral
Re1 Re2
Peralatan Listrik
77
Lanjutan 5.8.
Titik terjadi gangguan
phasa - tanah
Tegangan sentuh
Tegangan langkah
Bumi
20 m 20 m
78
Lanjutan 5.8.
79
BAB VI
PENGAMAN TRANSMISI
6.1. DISTANCE RELAY
80
6.2. SETTING DISTANCE RELAY
81
6.3. SETTING RELAY JARAK
Zone 1
Karena adanya kesalahan pengukuran jarak akibat
kesalahan CT, PT dan relainya sendiri, tidak mungkin
menset relai sampai ujung saluran yang diamankan, yang
lazim disebut Zone 1.
F F
21 21
Zone - 1 = 80% x ZAB
82
Lanjutan 6.3.
Zone 2
Untuk mengamankan sisa yang tidak diamankan Zone 1,
diaman- kan oleh Zone 2 dengan perlambatan waktu.
A B C
Zone 1= 80% ZAB
F F
21 21
83
Lanjutan 6.3.
Zone 3
A B C D
Zone 1= 80% ZAB
F F
21 21
84
6.4. KARAKTERISTIK DISTANCE RELAY
X
ZL
Karakteristik mho
Z1 Z2 Z3
X ZL
Z3
Karakteristik Quadrilateral
Z2
R
Z1
85
6.5. RELAY DIFFERENTIAL SEBAGAI PENGAMAN SALURAN
DISTRIBUSI ATAU TRANSMISI (KAWT PILOT)
Daerah pengamanan
I1 I2
Saluran distribusi/transmisi
CT1 CT2
86
Lanjutan 6.5.
I1 I2
I1 = I 2
Daerah pengamanan
I1 I2
CT1 CT2
87
6.6. RELAI DIFFERENTIAL ARUS
88
Lanjutan 6.6.
I1 I2
PMT Saluran yg diproteksi PMT
A B
CT1 CT2
F 87 F 87
89
Lanjutan 6.6.
91
Lanjutan 6.6.
Circulating current
Opose Voltage
92
Lanjutan 6.6.
I1 I2
PMT Saluran yg diproteksi PMT
A B
CT1 CT2
s2 p2 p2 s2
Trafo Trafo
penjumlah id id penjumlah
s1 p1 p 1 s1
F 87 F 87
5 kV untuk JTM
Trafo isolasi
15 kV untuk JTT
93
6.7. CIRCULATING CURRENT
CIRCULATING CURRENT.
Keadaan normal
I1 I2 B
A PMT Saluran yg diproteksi PMT
Kumparan penahan F 87
F 87
A B
1 DIR DIR 1
T T
& R R &
Signalling
channel
Directional comparison relay
95
6.9. PENGAMAN CADANGAN TRANSMISI DENGAN RELAI ARUS LEBIH
A B C
F 51 F 51
A B C
96
BAB VII
PENGAMAN DISTRIBUSI
20 KV
7.1. PENYEBAB GANGGUAN HUBUNG SINGKAT
Pada SUTM
AWAN AWAN
RANTING
PETIR POHON
I (DARI SUMBER)
97
7.2. PENGARUH ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT
TERHADAP SISTEM TENAGA LISTRIK
TRAFO DAYA
51 51
3 FASA
51G 51G 1 FASA-TANAH
51N
98
7.3. HUBUNGAN PARALEL ANTAR PUSAT LISTRIK
V < 20 kV
V<20 kV
2 4
PLTD A PLTD B
1 6
3 5
99
7.4. GANGGUAN HUBUNG SINGKAT
PLTD A IF
IF>> FCO
Gangguan HS
20 kV
101
7.5. SISTEM PENGAMAN PADA SISTEM DISTRIBUSI
A B C D
1 2
1 2 3 4 5 6
TRAFO
6,3/20 KV PMT CT
Jaringan distribusi
NGR OCR/GFR
ON
NGR OCR OCR OCR
RELAY
GFR
103
7.7. CARA KERJA OCR
PMT HUBUNG
TRAFO 6,3/20 KV CT SINGKAT
3 FASA
ON
OFF
NGR OCR OCR OCR
GFR
104
Lanjutan 7.7.
PMT
TRAFO 6,3/20 KV CT
R
HUBUNG
SINGKAT S
3Io 1 FASA
T
ON
OFF
NGR OCR OCR OCR
GFR
Gangguan HS terjadi pada fasa T, arus mengalir masuk ke GFR - PMT trip
105
7.8. PERALATAN PENGAMAN PADA JARINGAN 20 kV
Cara kerja:
CT
Penyulang
Gangguan
CT mentransfer besaran primer
ke besaran sekunder
Elektromekanis
Sederhana Definite, (instant)
• Rele definite hanya menyetel waktu
• Saat terjadi gangguan hubung singkat arus
dari CT masuk ke kumparan Rele.
Setelan • Selenoid yang dililit kumparan akan menjadi
waktu
magnit dan kontak akan ditarik kebawah.
• lamanya kontak menyentuh switch tergantung
setting waktunya
107
Lanjutan7.9.
Karakteristik Inverse
• Rele inverse menyetel waktu & arus
• Saat terjadi gangguan hubung singkat arus
108
Lanjutan7.9.
Elektrostatik
CT
Rect Kontak
I Set timer Output
Comp
Set I (arus)
109
7.10. KARAKTERISTIK RELAY
t (detik)
KARAKTERISTIK TUNDA WAKTU
TERTENTU ( DEFINITE TIME )
t SET
I SET I (ampere)
Karakteristik definite time: bisa di setting arus besar setting waktu kecil
110
7.11. KARAKTERISTIK KOMBINASI INSTANT DENGAN
TUNDA WAKTU INVERSE
t (detik)
T (detik)
t SET
I (ampere)
I SET MOMENT
51 51 51 51
51N
114
Lanjutan7.13.
DARI KETIGA JENIS GANGGUAN, PERBEDAANNYA ADA PADA
Z2 + Z0
115
Lanjutan7.13.
Z = IMPEDANSI Z1 ekivalen
V
GANGGUAN DUA FASA : RUMUSNYA : I =
Z
Z = IMPEDANSI ( Z1 + Z2 ) ekivalen
116
2.8. PENGAMAN TEMPERATUR GENERATOR
V V = 3 x TEGANGAN FASA
RUMUSNYA : I =
Z Z = IMPEDANSI ( Z1 + Z2 + Z0 ) eki
117
7.14. SETELAN Tms DAN WAKTU PADA RELAY INVERS