Anda di halaman 1dari 40

F A R M A K O L O G I

OBAT OTONOM
Oleh:

M.Doewes
Sistem saraf otonom membawa
impuls saraf dari “SSP” ke
“Organ Efektor”
melalui dua jenis
“Serat Saraf Eferen”, yaitu:
“Saraf Pre-ganglion” &
“Saraf Post-ganglion”
 Saraf Pre-ganglion,
baik Simpatis maupun Parasimpatis
dan Saraf Postganglion Parasimpatis 
bersifat “Kolinergik”
Artinya  saraf-saraf tsb pada ujungnya
melepaskan ASETILKOLIN
sebagai “Neurotransmiter”
 Saraf Post-ganglion Simpatis 
bersifat “Adrenergik”
Artinya  ujung sarafnya melepaskan
NOR EPINEFRIN
sebagai ”Neurotransmiter”
PARA SIMPATIS SIMPATIS

Ach
NE
Ach

Ach

Ach Ach NE

Ach
UMUMNYA
Sistem Simpatis & Parasimpatis
memperlihatkan fungsi yang
ANTAGONISTIK
Bila yang satu menghambat
suatu fungsi organ,
maka yg lain memacu fungsi organ.
Midriasis terjadi di bawah pengaruh
Saraf Simpatis
dan Miosis di bawah pengaruh
Parasimpatis
ORGAN TUBUH UMUMNYA
dipersarafi oleh SYARAF:
“Parasimpatis” dan “Simpatis”
 dan TONUS YG TERLIHAT
merupakan
Hasil Perimbangan
kedua system.
Tidak pada semua organ
terjadi Antagonisme,
kadang-kadang efeknya sama.
Sekresi liur dirangsang oleh :
saraf Simpatis maupun Parasimpatis, tetapi
sekret yang dihasilkan
berbeda kualitasnya;
pada perangsangan Simpatis 
Liur Kental,
sedangkan pada perangsangan
Parasimpatis  Liur lebih Encer
Fungsi dua sistem tsb
dapat juga saling melengkapi,
misalnya :
pada Fungsi Seksual
Ereksi merupakan 
Fungsi Parasimpatis
sedangkan Ejakulasi 
fungsi Simpatis
Dalam keadaan sebenarnya
persarafan tidak demikian sederhana.
Di berbagai organ terlibat ”zat-zat Endogen”
yang dapat memodulasi
efek saraf Kolinergik & Adrenergik.
Salah satunya Sistem Saraf Enteral (SSE) 
Anyaman saraf yang mengintegrasi
”Impuls Aferen dari Mukosa”
dengan ”Ganglion Parasimpatis”
yang terdapat diantara otot –otot :
Longitudinal & Sirkular, maupun
Pleksus Submukosa
yang berbatasan dengan otot sirkular.
Sistem Saraf Enteral (SSE)
melibatkan Neuron Serotonergik,
dan Neuron-2 lain yang melepas:
Nitric Oksid, Neuropeptida & Substansi P.

SSE ini mengatur fungsi Saluran Cerna


lepas dari Sistem Saraf Otonom
sehingga Aktivitas Saluran Cerna
masih berjalan walau Saraf Otonom terputus
Gambar Sistem saraf enteral (SSE)
Impuls saraf dari SSP hanya dapat diteruskan
Ke: Ganglion & sel Efektor
melalui penglepasan zat kimia
yg disebut ”Transmiter Neurohumoral”
atau disingkat ”TRANSMITTER”.

Tidak banyak obat yg pada dosis terapi


dapat mempengaruhi konduksi akson,
tetapi banyak sekali zat yang dapat
”Mengubah Transmisi Neurohumoral”
Konduksi saraf hanya dapat
dipengaruhi oleh ”Anestetik lokal”
dosis terapi yang diinfiltrasikan
disekitar batang saraf,

dan oleh bbrp Zat lain misalnya :


Tetrodotoksin, racun sejenis ikan,
Saksitoksin, racun sejenis kerang,
 yg memblok Kanal Natrium
Pada Akson,
potensial membran istirahat ialah -70 mV
Potensial negative ini disebabkan oleh kadar K+ di
dalam sel saraf 40 kali lebih besar daripada
kadarnya di luar sel
Dalam keadaan potensial istirahat ini,
Na+ masuk ke dlm Aksoplasma & menyebabkan
potensial istirahat yg negative tadi menuju netral,
bahkan menjadi positif (Depolarisasi).
Ini diikuti dengan repolarisasi 
kembalinya potensial istirahat dengan
terhentinya pemasukan Na+ dan keluarnya K+.
Perubahan potensial tsb di namakan :
Nerve Action Potential (NAP) 
NAP akan berjalan sepanjang akson
sampai di ujung saraf,
Disini NAP memicu ‘’penglepasan transmiter’’

Gambar : Perubahan potensial pada neuron


ANIMASI

AXON MEMBRANE POTENTIAL


BILA IMPULS SERAF (NAP) SAMPAI
KEUJUNG TERMINAL NEURIT

BEBERAPA VESIKEL KONTAK DENGAN


MEMBRAN PRA-SINAP 

Menembus membran 

Memancarkan isinya (Neurotransmitters)


Activating Agents (=AGONIST)

RESEPTOR

Blocking Agents (=ANTAGONIST)


@ Penggabungan transmiter dng reseptor

Ach berdifusi sepanjang celah sinaps


(selebar 100-500 A) dan bergabung
dengan reseptornya dengan akibat terjadinya
”depolarisasi membrane saraf pascaganglion”
yang disebut sebagai :
“Excitatory PostSynaptic Potential – EPSP”
(potensial perangsang pasca sinaps)
Depolarisasi terjadi terutama akibat
peningkatan permeabilitas Na+ 
EPSP akan merangsang terjadinya
PAS (Potensial Aksi Saraf)
disaraf Postganglion, yang sesampainya
disinaps Saraf-Efektor
akan menyebabkan
penglepasan transmiter lagi
untuk meneruskan sinyal ke sel Efektor.
Pada sinaps Saraf-Efektor
ini dilepaskan transmiter
Ach (asetilkolin) pada saraf
Pascaganglion Parasimpatis,
dan Norepinefrin (NE)  pada
saraf Pascaganglion Simpatis
Suatu transmisi Neurohumoral
tidak selalu menyebabkan depolarisasi tetapi juga
dapat menyebabkan Hiperpolarisasi.
Hiperpolarisasi pada
membrane saraf Pasca ganglion disebut :
“Inhibitory PostSynaptic Potential – IPSP”
 menyebabkan hambatan organ pascasinaps
Hiperpolarisasi terjadi akibat :
peningkatan permeabilitas K+ dan Cl
Gambar Perubahan potensial pada neuron
ANIMASI

SYNAPSE STRUCTURE
and FUNCTION
@ Terminasi transmisi
Neurohumoral
Bila transmiter tidak diinaktifkan 
transmisi sinaptik terus berlangsung
pada membrane Pasca sinaps
dengan akibat :
terjadinya perangsangan yang berlebihan
bahkan blockade
Karena itu harus ada mekanisme
untuk menghentikannya
Pada sinaps kolinergik terdapat :
Asetilkolinesterase,
enzim penghidrolisis Ach kerja cepat.
Pada Sinaps Adrenergik,
NE diambil kembali
oleh ujung saraf Adrenergik 
untuk menghentikan transmisi sinaps
juga berfungsi untuk menghemat NE
Saraf yg mensintesis & melepaskan Ach
disebut ”Saraf Kolinergik” 
yakni : saraf
Preganglion Simpatis & Parasimpatis,
saraf Postganglion Parasimpatis dan saraf
Somatik yg mempersarafi otot .

Saraf yang mensintesis dan melepaskan NE


disebut :
”Saraf Adrenergik”
Tahap transmisi Nerohumoral
(yaitu : sintesis, penyimpanan, penglepasan,
ikatan transmiter dengan reseptor,
dan eliminasi transmiter)
merupakan dasar untuk
mengetahui Kerja Obat Otonom.
Obat yang bekerja pada saraf otonom
mempengaruhi salah satu tahap
transmisi Neurohumoral tsb, yaitu :
Pada transmisi Adrenergik atau transmisi
Kolinergik
tanpa membedakan
apakah saraf tsb termasuk
sistem ”Simpatis”,
”Parasimpatis”
atau ”Somatik”
Hal tersebut menjelaskan mengapa
pembicaraan obat yg bekerja pada saraf otonom
bertolak dari ”transmisi Kolinergik”, dan
”transmisi Adrenergik”
dan bukan di sistem Simpatis-Para simpatis.

Demikian juga dari segi farmakologi


tidak perlu ada pembicaraan mengenai
obat yang bekerja pada
”saraf Somatik” secara terpisah
ok saraf Somatik adalah Kolinergik
Istilah ”Simpatis” & ”Para simpatis”
adalah istilah anatomi,
terlepas dari
jenis neurotransmiter
yang dilepaskan
maupun efek Inhibisi/Eksitasi
pada organ yang dihasilkan
MACAM-MACAM NEUROTRANSMITTER
1. Asetil kolin
2. Katekolamin (Dopamin, Epinefrin, Nor-epinefrin)
3. Asam amino : Gaba, Glisin, Glutamat, Aspartat
4. Serotonin (5-HT atau Hidroksi triptamin)
5. Enkefalin
6. Endorfin
7. Histamin
8. Somatostatin
9. Substansi-P
CLASSIFICATION of NEUROTRANSMITTERS

·  SMALL-MOLECULE, RAPID-ACTING TRANSMITTERS


Ø Class I : Acethylcholine
Ø  Class II : Amines : Norepinephrine, epinephrine, dopamin,
serotonin, and histamine
Ø  Class III : Amino acids : GABA, glycine, glutamate, and aspartate
Ø  Class IV : Nitric oxide

· NEUROPEPTIDE, SLOW-ACTING TRANSMITTERS


Ø  Hypothalamic-releasing hormones
Ø Thyrotropin-releasing hormone and somatostatin
Ø Pituitary peptides
Ø -endorphines, thyrotropin, and vasopressin
Ø Peptides that act on the gut and brain
Ø Cholecystokinin, neurotensin, and leucine enkephalin
Ø  Peptides from other tissue
Ø Angiotensin II, bradykinin, and calcitonin
ANIMASI

NEUROTRANSMITTERS
ACETHYL CHOLIN
REAKSI OBAT
TERHADAP PUPIL
PILOCARPIN  Cholinergic Agent
ATROPIN  Cholinergic Blocking Agent
COCAIN  Local Anaesthesi
NOR EPINEFRIN

VMA

MAO
COMT
15 %

5%

?
10 – 20 %

MAO

FENIL ALANIN TIROSIN DOPA DOPAMIN 60 – 70 %


NOR EPINEFRIN

FENIL ALANIN TIROSIN DOPA DOPAMIN

DI BLOCK :
“KOKAIN”
IMIPRAMIN
OUABAIN

Anda mungkin juga menyukai