Pengkajian Postpartum

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 25

PENGKAJIAN

POSTPARTUM

Lailil Fatkuriyah, S.Kep., Ns., MSN


Definisi Post Partum

Post Partum atau masa nifas adalah masa yang dimulai


setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil).

Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Ary


Sulistyawati, 2009)
Klasifikasi Masa Post Partum
Menurut Anggraini (2010), tahap masa nifas di bagi menjadi 3 :
1. Purperium dini, Waktu 0-24 jam post partum. Purperium
dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan. Dianggap telah bersih dan boleh melakukan
hubungan suami istri apabila setelah 40 hari.
2. Purperium intermedial (1-7 hari post partum). Purperium
intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6 minggu
3. Remote purperium (waktu 1-6 minggu post partum).
Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutam bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk pulih sempurna bisa berminggu-
minggu, bulanan bahkan tahunan. (Yetti Anggraini,2010).
Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1. UTERUS
Involusi Tinggi Fundus Berat Uterus

Bayi lahir Sepusat 1000 gr

Plasenta lahir 2 jari di bawah pusat 750 gr

7 hari (1 minggu) Pertengahan pusat-symphisis 500 gr

14 hari (2 minggu) Tak teraba di atas symphisis 350 gr

42 hari (6 minggu) Bertambah kecil 50 gr

56 hari (8 minggu) Normal 30 gr

Proses involusi uterus menurut Bobak (2005)


Proses Involusi Uteri
Lochia (Cairan vagina)

Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochia dibagi


menjadi 4 jenis:
1. Lochia rubra, lochia ini muncul pada hari pertama
sampai hari ketiga masa postpartum, warnanya merah
karena berisi darah segar dari jaringan sisa-sisa
plasenta.
2. Lochia sanguilenta, berwarna merah kecoklatan dan
muncul di hari keempat sampai hari ketujuh.
3. Lochia serosa, lochia ini muncul pada hari ketujuh
sampai hari keempat belas dan berwarna kuning
kecoklatan.
4. Lochia alba, berwarna putih dan berlangsung 2 sampai
6 minggu post partum .
Lochia yang perlu diwaspadai…

• Munculnya kembali perdarahan merah segar setelah lokia


menjadi alba atau serosa  adanya infeksi atau hemoragi
yang lambat.
• Bau lokia sama dengan bau darah menstruasi normal. Lokhia
rubra yang banyak, lama, dan berbau busuk, khususnya jika
disertai demam, menandakan adanya kemungkinan infeksi
atau bagian plasenta yang tertinggal.
• Jika lokia serosa atau alba terus berlanjut melebihi rentang
waktu normal dan disertai dengan rabas kecoklatan dan berbau
busuk, demam, serta nyeri abdomen, wanita tersebut mungkin
menderita endometriosis. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).
2. Vagina
Jaringan suportif pada pelvis berangsur angsur kembali
pada tonus semula
3. Perubahan sistem pencernaan
Biasanya Ibu mengalami obstipasi setelah persalinan.
4. Sistem kardiovaskuler
Segera setelah kelahiran, terjadi peningkatan resistensi
yang nyata pada pembuluh darah perifer akibat
pembuangan sirkulasi uteroplasenta yang bertekanan
rendah.
Kerja jantung dan volume plasma secara berangsur
angsur kembali normal selama 2 minggu masa nifas
5. Sistem Perkemihan
Sebanyak 30–60 % wanita post partum mengalami
inkontinensia urine selama periode post partum. Bisa
trauma akibat kehamilan dan persalinan, efek anestesi
dapat meningkatkan rasa penuh pada kandung kemih, dan
nyeri perineum terasa lebih lama.
Dengan mobilisasi dini bisa mengurangi hal diatas
Perubahan Psikologis Masa Nifas

Reva Rubin (1997) dalam Ari Sulistyawati (2009) membagi periode ini
menjadi 3 bagian, antara lain:

1. Taking In (Istirahat/penghargaan)
Selama waktu ini, ibu yang baru melahirkan memerlukan
perlindungan dan perawatan, fokus perhatian ibu terutama pada
dirinya sendiri.
Ibu membutuhkan tidur yang cukup, nafsu makan meningkat,
menceritakan pengalaman partusnya berulang-ulang dan bersikap
sebagai penerima, menunggu apa yang disarankan dan apa yang
diberikan
2. Fase Taking On/Taking Hold (dibantu tetapi dilatih), terjadi hari ke
3-10 post partum
Ibu mulai terbuka untuk menerima pendidikan kesehatan bagi dirinya
dan juga bagi bayinya.

Pada fase ini ibu berespon dengan penuh semangat untuk


memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tentang cara perawatan
bayi dan ibu memi-liki keinginan untuk merawat bayinya secara
langsung.
3. Fase Letting Go (berjalan sendiri di lingkungannya),
Merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung setelah 10 hari postpartum.

Pada saat ini ibu mengambil tugas dan tanggung jawab


terhadap per-awatan bayi sehingga ia harus beradaptasi
terhadap kebutuhan bayi yang menyebabkan
berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial.
Pengkajian Fisik Ibu Postpartum

1. Tanda-tanda Vital;
Periksa tanda-tanda vital tersebut setiap 15 menit selama satu jam pertama
setelah melahirkan atau sampai stabil, kemudian periksa setiap 30 menit
untuk jam-jam berikutnya.
a. Tekanan darah
Tekanan darah lebih rendah dari biasanya pada ibu postpartum perlu
dicurigai adanya perdarahan postpartum. Tekanan darah tinggi pada ibu
postpartum menunjukkan kemungkinan adanya preeklamsi.
b. Suhu
Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu Ibu bisa naik sedikit kemungkinan
disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38
C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya
infeksi atau sepsis nifas
c. Nadi
Nadi normal pada Ibu nifas adalah 60-100. Denyut Nadi Ibu akan
melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis
persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh.
d. Pernapasan
RR normal yaitu 20-30 x/menit.
Pada umumnya respirasi pada ibu psotpartum lambat atau normal.
Hal ini disebabkan karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam
kondisi istirahat. Bila ada respirasi cepat post partum (> 30 x/mnt)
perlu dicurigai tanda-tanda syok.
2. Kepala dan wajah
a. Rambut (kaji kebersihan rambut)
b. Wajah (adanya edema pada wajah atau tidak)
c. Mata (konjungtiva yang anemis menunjukan adanya anemia kerena
perdarahan saat persalinan)
d. Hidung (Infeksi saluran pernapasan pada ibu postpartum dapat
meningkatkan kebutuhan energi
e. Mulut dan gigi (kaji apakah ibu mengalami stomatitis, atau gigi
yang berlubang dapat menjadi pintu masuknya mikroorganisme)
f. Leher (kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran
kelenjar tiroid. Kelenjar limfe yang membesar dapat menunjukan
adanya infeksi
g. Telinga (kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan
pada telinga)
3. Pemeriksaan thorax
a. Inspeksi payudara
Kaji ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi asi,
perlu diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran masif,
gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi kontur atau
permukaan.

b. Palpasi payudara
Pengkajian payudara selama masa post partum meliputi inspeksi
ukuran, bentuk, warna dan kesimetrisan serta palpasi apakah ada
nyeri tekan guna menentukan status laktasi.
Payudara yang penuh dan bengkak akan menjadi lembut dan lebih
nyaman setelah menyusui.
4. Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi abdomen
 Kaji adakah striae dan linea alba.
 Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau keras.
Abdomen yang keras menunjukan kontraksi uterus bagus sehingga
perdarahan dapat diminimalkan. Abdomen yang lembek menunjukan
sebaliknya dan dapat dimasase untuk merangsang kontraksi.
b. Palpasi abdomen
 Tinggi fundus uteri
 Kontraksi uterus
Kontraksi lemah atau perut teraba lunak menunjukan konteraksi uterus
kurang maksimal sehingga memungkinkan terjadinya perdarahan
 Posisi uterus
Posisi fundus apakah sentral atau lateral. Posisi lateral biasanya
terdorong oleh bladder yang penuh.
 Diastasis rektus abdominis
Regangan pada otot rektus abdominis akibat pembesaran uterus jika
dipalpasi "regangan ini menyerupai belah memanjang dari prosessus
xiphoideus ke umbilikus sehingga dapat diukur panjang dan lebarnya.

Cara memeriksa diastasis rektus abdominis adalah dengan meminta ibu


untuk tidur terlentang tanpa bantal dan mengangkat kepala, tidak diganjal
kemudian palpasi abdomen dari bawah prosessus xipoideus ke umbilikus
kemudian ukur panjang dan lebar diastasis
Diastasis Rektus Abdominis
 Keadaan kandung kemih

Kandung kemih yang bulat dan keras menunjukan jumlah


urine yang tertapung banyak dan hal ini dapat mengganggu
involusi uteri, sehingga harus dikeluarkan
5. Ekstremitas atas dan bawah
1. Varises
Pemeriksaan varises sangat penting karena ibu setelah
melahirkan mempunyai kecenderungan untuk mengalami
varises pada beberapa pembuluh darahnya. Hal ini disebabkan
oleh perubahan hormonal.
2. Edema
Tanda homan positif menunjukan adanya tromboflebitis
sehingga dapat menghambat sirkulasi ke organ distal.
Cara memeriksa tanda homan adalah memposisikan ibu
terlentang dengan tungkai ekstensi, kemudian
didorsofleksikan dan tanyakan apakah ibu mengalami nyeri
pada betis, jika nyeri maka tanda homan positif dan ibu harus
dimotivasi untuk mobilisasi dini agar sirkulasi lancar
6. Perineum
REEDA adalah singkatan yang sering digunakan untuk
menilai kondisi episiotomi atau laserasi perinium. REEDA
singkatan (Redness / kemerahan, Edema,
Ecchymosisekimosis, Discharge/keluaran, dan
Approximate/ perlekatan) pada luka episiotomy. Penilaian
REEDA dilakukan pada 24 jam pertama postpartum.
• Penilaian sistem REEDA meliputi:
1. REDNESS
tampak kemerahan pada daerah penjahitan,
2. EDEMA
Di sekitar perineum yang disebabkan oleh obstruksi vena
atau saluran limfatik akibat peningkatan permeabilitas
vaskular
3. Ecchymosis
Bercak perdarahan yang kecil, lebih lebar dari petekie
(bintik merah keunguan kecil dan bulat sempurna tidak
menonjol), pada kulit perineum membentuk bercak biru
atau ungu yang rata, bulat atau tidak beraturan.
4. Discharge
adanya ereksi atau pengeluaran dari daerah yang luka
perineum.

5. Approximation
kedekatan jaringan yang dijahit (Bick, 2010).
Penilaian Penyembuhan Luka
Nilai Redness Edema Echymosis Discharge Approximat
e
0 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tertutup

1 Kurang dari Pada perineum, Kurang dari Serum Jarak kulit


0,25 cm pada <1 cm dari 0,25cm pada 3mm atay
kedua sisi laserasi kedua sisi kurang
laserasi atau 0,5cm
pada satu sisi
2 Kurang dari Pada perineum 0,25-1 cm Serosanguin Terdapat
0,5cm pada dan atau vulva, pada kedua us jarak antara
kedua sisi antara 1-2cm dari sisi atau 0,5- kulit dan
laserasi laserasi 2cm pada lemak
satu sisi subkutan
3 Lebih dari Pada perineum >1cm pada Berdarah, Terdapat
0,5cm pada dan atau vulva, kedua sisi purullent jarak antara
kedua sisi >2cm dari atau 2cm kulit, lemak
laserasi laserasi pada satu sisi subkutan dan
fasia

Anda mungkin juga menyukai