Anda di halaman 1dari 44

ABNORMALITAS

PALPEBRA
DAN BULU MATA
CoAss Ilmu Penyakit Mata
BLEFARITIS
Pendahuluan
• Kelopak atau palpebra berfungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan
sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea.
• Palpebra merupakan alat penutup mata yang berguna untukmelindungi bola
mata terhapat trauma, trauma sinar dan pengeringan mata.
• Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada
kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak bisa bertukak ataupun
tidak dan biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut.
• Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di
dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang
dalam keadaan normal ditemukan di kulit.
• Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan kronis atau
menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia, iritatif,
dan bahan kosmetik.
• Infeksi kelopak dapat disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta,
pneumococcus, dan pseudomonas.
• Di kenal bentuk blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, dan blefaritis
angularis
• Gejala umum pada blefaritis antara lain:
– Kelopak mata hiperemis
– Edema
– Nyeri
– Eksudat lengket
– Epiforia.
• Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis.
• Biasanya blefaritis sebelum diobati dibersihkan dengan garam fisiologik
hangat, dan kemudian diberikan antibiotik yang sesuia.
• Penyulit blefaritis yang dapat timbul adalah konjungtivitis, keratitis,
hordeolum, kalazoin, dan madarosis.
Patofisiologi
dermatitis seboroik
dan kelainan fungsi
kelenjar meibom >>

Kolonisasi bakteri pada mata

Invasi mikrobakteri pada jaringan

Kerusakan sistem imun atau kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin
bakteri , sisa buangan dan enzim.

Inflamasi
Etiologi
• Terdapat 2 jenis blefaritis, yaitu :
– Blefaritis anterior
• Mengenai kelopak mata bagian luar depan (tempat
melekatnya bulu mata).
• Penyebabnya: bakteri stafilokokus dan seborrheik.
• Blefaritis stafilokok dapat disebabkan infeksi dengan
Staphylococcus aureus, yang sering ulseratif, atau
Staphylococcus epidermidis atau stafilokok koagulase-
negatif.
• Blefaritis seboroik(non-ulseratif) umumnya bersamaan
dengan adanya Pityrosporum ovale.
– Blefaritis posterior
• Mengenai kelopak mata bagian dalam (bagian kelopak
mata yang lembab, yang bersentuhan dengan mata).
• Penyebabnya adalah kelainan pada kelenjar minyak.
• Dua penyakit kulit yang bisa menyebabkan blefaritis
posterior adalah rosasea dan ketombe pada kulit kepala
(dermatitis seboreik).
Klasifikasi

1. Blefaritis superfisial
2. Blefaritis Seboroik
3. Blefaritis Skuamosa
4. Blefaritis Ulseratif
5. Blefaritis angularis
6. Meibomianitis
1. Blefaritis superfisial
– Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka
pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti
sulfasetamid dan sulfisolksazol.
– Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah.
– Bila terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual
kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom
(Meibormianitis), yang biasanya menyertai
2. Blefaritis Seboroik
– Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 Tahun)
– Keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan.
– Gejalanya adalah sekret yang keluar dari kelenjar Meiborn, air mata
berbusa pada kantus lateral, hiperemia dan hipertropi papil pada
konjungtiva.
– Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis
dan jaringan keropeng.
– Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar
penanganannya.
– Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan
membersihkan kelopak dari kotoran. Dilakukan pembersihan dengan
kapas lidi hangat. Kompres hangat selama 5-10 menit.
– Penyulit yang dapat timbul berupa flikten, keratitis marginal, tukak
kornea, vaskularisasi, hordeolum dan madarosis.

3. Blefaritis Skuamosa
– Disertai skuama atau krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas
tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit.
– Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kulit di
daerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang yang berambut
minyak.
– Blefaritis ini berjalan bersama dermatitik seboroik.
– Penyebabnya karena kelainan metabolik atau jamur.
– Pasien akan mengeluh rasa panas dan gatal.
– Dapat terlihat sisik berwarna halus-halus dan penebalan margo
palpebra disertai madarosis.
– Pengobatannya dengan membersihkan tepi kelopak dengan shampoo
bayi, salep mata dan steroid setempat disertai dengan memperbaiki
metabolisme pasien.
– Penyulit yang dapat terjadi pada blefaritis skuamosa adalah keratitis,
konjungtivitis.

4. Blefaritis Ulseratif
– Merupakan blefaritis dengan tukak akibat infeksi staphylococcus.
– Terdapat keropeng berwarna kekunung-kuningan yang bila diangkat
akan terlihat ulkus yang yang kecil dan mengeluarkan darah di sekitar
bulu mata.
– Skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat
akan luka dengan disertai perdarahan.
– Penyakit bersifat sangat infeksius.
– Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel
rambut sehingga mengakibatkan rontok (madarosis).
– Pengobatan dengan higiene yang baik dan dapat disertai dengan
antibiotik seperti golongan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin.
– Apabila ulseratif luas pengobatan harus ditambah antibiotik sistemik
dan diberi roboransia.
– Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak
folikel rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata,
hordeolum dan kalazion.
– Bila ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan parut
yang juga dapat berakibat trikiasis.
5. Blefaritis angularis
– Blefaritis angularis merupakan infeksi staphylococcus pada tepi kelopak
di sudut kelopak atau kantus.
– Dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi puntum lakrimal.
– Disebabkan Staphylococcus aureus.
– Biasanya kelainan ini bersifat rekuren.
– Blefaritis angularis diobati dengan sulfa, tetrasiklin dan Sengsulfat.
– Penyulit pada pungtum lakrimal bagian medial sudut mata yang akan
menyumbat duktus lakrimal.

6. Meibomianitis
– Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan
tanda peradangan lokal pada kelenjar tersebut.
– Meibomianitis menahun perlu pengobatan kompres hangat, penekanan
dan pengeluaran nanah dari dalam berulang kali disertai antibiotik lokal.
Gambaran Klinik
• Gejala :
– Kemerahan dan penebalan, bisa juga terbentuk sisik dan keropeng
atau luka terbuka yang dangkal pada kelopak mata.
– Perasaan mengganjal pada mata
– Mata dan kelopak mata terasa gatal, panas dan menjadi merah.
– Bisa terjadi pembengkakan kelopak mata dan beberapa helai bulu
mata rontok.
– Mata menjadi merah, berair dan peka terhadap cahaya terang.
– Bisa terbentuk keropeng yang melekat erat pada tepi kelopak mata;
jika keropeng dilepaskan, bisa terjadi perdarahan.
– Selama tidur, sekresi mata mengering sehingga ketika bangun kelopak
mata sukar dibuka.
• Tanda :
– Skuama pada tepi kelopak
– Jumlah bulu mata berkurang
– Obstruksi dan sumbatan duktus meibom
– Sekresi Meibom keruh
– Injeksi pada tepi kelopak
– Abnormalitas film air mata
Penatalaksanaan
• Pengobatan utama adalah membersihkan pinggiran kelopak
mata untuk mengangkat minyak yang merupakan makanan
bagi bakteri.
• Untuk membantu membunuh bakteri dapat diberikan salep
antibiotik (misalnya erythromycin atau sulfacetamide) atau
antibiotik per-oral (misalnya tetracycline).
• Terapi jika terdapat dermatitis seboroik
Prognosis

Pada blefaritis prognosis sangat baik dan dapat hilang dengan


terapi.
 
TRIKIASIS
Pendahuluan
• Salah satu fungsi bulu mata yang ada di sepanjang tepi kelopak mata
adalah untuk membersihkan partikel-partikel dari depan mata. Dan saat
mengedip, pergerakan konstan serta reflex kelopak mata mencegah
kornea dari trauma ataupun cahaya yang menyilaukan.
• Trikiasis merupakan kondisi dimana silia bulu mata melengkung ke arah
bola mata.
• Trikiasis biasanya akibat inflamasi atau parut pada palpebra setelah
operasi palpebra, trauma, kalasion, atau blefaris berat.
• Sering dikaitkan dengan penyakit sikatriks kronik seperti pemphigoid
ocular, trakoma, dan sindrom Steven Johnson.
• Trikiasis dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering ditemukan
pada orang dewasa. Belum ditemukan bukti adanya predileksi pada ras-
ras tertentu ataupun jenis kelamin
Etiologi
• Idiopatik
• Blefaritis kronik
 Margo palpebra meradang, menebal, berkrusta, erythem dengan
secret ringan dan telangiektasis pembuluh darah
• Sikatriks
 Dapat diakibatkan oleh luka palpebra karena trauma, pembedahan,
penyakit ocular cicatricial pemphigoid , trakoma dan lainnya.
Gambaran Klinik
• Posisi tepi palpebra dapat normal, atau jika tidak dapat dihubungkan
dengan entropion.
• Bulu mata yang melengkung ke dalam.
• Pasien mengeluhkan sensasi benda asing dan iritasi permukaan bola mata
kronik.
• Abrasi kornea, injeksi konjungtiva, keluarnya cairan mucus, dan reflex
epifora merupakan gambaran yang sering ditemukan.
Trikiasis pada silia superior Trikiasis pada silia inferior
Penatalaksanaan
• Jika hanya sedikit bulu mata yang terlibat, epilasi mekanik dapat
menangani sementara.
• Pertumbuhan baru biasanya dalam 3-4 minggu.
• Penanganan permanen merusak folikel bulu mata yang terlibat. Hal ini
dilakukan dengan eksisi langsung, elektrolisis, atau radiosurgery.
• Jika melibatkan area tepi palpebra yang lebih luas, cryosurgery lebih
efektif dan kurang merusak palpebra.
• Ablasi laser dari folikel bulu mata juga dilaporkan bermanfaat.
• Pada kebanyakan kasus, penatalaksanan ulang penting selama beberapa
sesi untuk mengeliminasi seluruh bulu mata yang terlibat.
• Jika entropion ditemukan, tepi palpebra sebaiknya dikoreksi sebagai
tambahan untuk menghilangkan bulu mata yang terlibat.
ENTROPION
Pendahuluan
• Entropion adalah pelipatan kelopak mata ke arah dalam yang dapat
disebabkan oleh involusi (spastic, ketuaan), sikatrik atau congenital.
• Gangguan ini hampir selalu mengenai kelopak mata bawah dan
merupakan akibat gabungan kelumpuhan otot-otot retractor kelopak
mata, mikrasi ke atas muskulus orbikularis preseptal, dan melipatnya
tarsus ke atas.
Klasifikasi

Entropion berdasakan penyebab dibagi menjadi 3:


1. Involusi
2. Sikatrik
3. Kongenital
1. Involusi
• Paling sering terjadi sebagai akibat dari proses penuaan.
• Seiring dengan meningkatnya usia maka terjadi degenerasi progresif
jaringan fibrous dan elastik kelopak mata bawah.
• Merupakan akibat gabungan kelumpuhan otot-otot retraktor kelopak
bawah, migrasi ke atas muskulus orbikularis preseptal dan melipatnya
tepi tarsus atas.
• Entropion involusi pada kelopak mata atas juga dapat terjadi.
• Penelitian Jorge GC et al disimpulkan bahwa karakteristik anatomi
yang khas kelopak mata atas pada populasi Asia merupakan
predisposisi entropion involusi kelopak mata atas.
Entropion involusi kelopak mata atas
2. Sikatrik
• Dapat mengenai kelopak mata atas atau bawah dan disebabkan oleh
jaringan parut di konjungtiva atau tarsus.
• Patologi dasarnya yaitu memendeknya lamella posterior akibat
berbagai sebab.
• Gangguan ini paling sering ditemukan pada penyakit-penyakit radang
kronik seperti trakoma.

3. Kongenital
• Entropion kongenital merupakan anomali yang jarang ditemukan.
• Dapat menyebabkan erosi kornea kronik dan blefarospasm.
• Dapat terjadi trauma pada kornea yang menyebabkan
terbentuknya ulkus pada bayi.
• Pada entropion kongenital, tepi kelopak mata memutar
kearah kornea, sementara pada epiblefaron kulit dan otot
pratarsalnya menyebabkan bulu mata memutari tepi
tarsus.
• Kadang juga terdapat kelainan pada sistem kardiovaskular,
muskuloskeletal, dan sistem saraf pusat.
• Entropion kongenital berbeda dengan entropion didapat.
Entropion didapat terjadi pada usia remaja dan diturunkan
secara autosomal dominan
Gejala Klinis
• Rasa tidak nyaman
• Mata berair
• Mata merah
• Iritasi mata
• Gatal dan
• Fotofobia
• Entropion kronis dapat menyebabkan:
– Sensitifitas terhadap cahaya dan angin
– Dapat menyebabkan infeksi mata
– Abrasi kornea
– Ulkus kornea
Penatalaksanaan
• Pengobatan entropion adalah operasi plastik atau suatu tindakan
tarsotomi pada entropion akibat trakoma.
• Pembedahan untuk memutar keluar kelopak mata efektif pada semua
jenis entropion.
• Sebuah tindakan sementara yang bermanfaat pada entropion evolusional
adalah dengan menarik kelopak mata bawah dan menempelkannya
dengan ‘tape’ ke pipi; tegangannya mengarah ke temporal dan inferior.
• Operasi entropion transkonjungtiva merupakan prosedur yang aman dan
lebih efisien pada entropion involusi.
• Pada entropion sikatrik dapat dilakukan tarsotomi dari Wheeler dengan
modifikasi dari DR. Sie Boen Lian.
EKTROPION
Pendahuluan
• Pengertian dari penyakit ini adalah kelainan posisi kelopak mata di mana
tepi kelopak mata mengarah ke luar sehingga bagian dalam kelopak
(konjungtiva tarsal) berhubungan langsung dengan dunia luar.
• Penyebabnya bisa berupa kelainan bawaan (konginetal), paralisis nervus
fasialis (suatu kelumpuhan nervus fasialis yang dapat disebabkan oleh
adanya kerusakan pada akson, sel-sel schwan dan selubung mielin yang
dapat mengakibatkan kerusakan saraf otak), senil (katarak yang berkaitan
dengan usia), spastik (kekejangan otot).
Etiologi
• Kebanyakan kasus ektropion terjadi akibat pengenduran jaringan kelopak
mata akibat penuaan.
• Beberapa kasus terjadi karena adanya jaringan parut pada kelopak mata
akibat luka bakar kimia maupun panas, truma, kanker kulit atau
pembedahan kelopak mata.
• Kadang ektropion merupakan bawaan lahir akibat pembentukan kelopak
mata yang tidak sempurna.
Gejala
• Kelopak dan bulu mata bagian bawah membalik ke dalam ke arah bola
mata, dimana kelopak dan bulu mata bagian bawah membalik ke arah
luar.
Penatalaksanaan
• Entropion dan ektropion harus diperbaiki melalui pembedahan sebelum
gesekan kelopak dan bulu mata menyebabkan kerusakan kornea.
• Pembedahan biasanya dilakukan dengan bius lokal dan penderita tidak
perlu dirawat.
• Dilakukan pengencangan kelopak mata.
• Setelah pembedahan, mata ditutup selama 24 jam dan diberi salep
antibiotik selama sekitar 1 minggu.
LITHIASIS
Pendahuluan
• Lithiasis terdiri atas nodul-nodul kecil berwarna kekuningan yang
tertanam didalam palpebra konjungtiva.
• Dapat terjadi baik pada palpebra bagian atas maupun bawah. Jika
terdapat di bawah, kadang terlihat seperti perlekatan kista yang
berisi cairan pada konjungtiva.
• Lithiasis ini terbentuk sebagai akibat dari proses degeneratif
palpebra atau sebagai sekuel konjungtivitis kronik yang rekuren.
• Terkadang juga dihubungkan dengan keratokonjungtivitis atopik
kronik dan penyakit Herbert's pits sebagai sekuel dari degenerasi
post-trachomatous . Namun, frekuensinya masih belum jelas
Gejala Klinis
• Pasien dengan lithiasis mungkin mengeluhkan adanya sensasi benda asing
yang terutama terasa saat berkedip ( karena gesekan dengan kornea )
• Namun kebanyakan asimptomatis.
• Lithiasis sering tetap tidak memberikan gejala hingga mencapai ukuran
yang agak besar dan menonjol keluar palpebra sehingga dapat dirasakan
oleh pasien.
• Dapat terjadi kerusakan epitel kornea dan berpotensi menyebabkan
gangguan visus.
Patofisiologi
• Lithiasis digambarkan sebagai pembentukan kantong kista yang berisi
keratin ( salah satu protein pada lapisan epidermis dan rambut ) dan
debris epitel yang mengumpul pada palpebra konjingtiva superior dan
inferior.
• Ada penelitian yang menyatakan bahwa massa granular yang
bermembran tersebut sebagian besar berisi sekresi musin akibat
perubahan kelenjar konjungtival dan degenerasi sel epitel.
• Secara histokimiawi, lithiasis terdiri atas untaian rantai yang kuat antara
fosfolipid dan elastin; ikatan lemah antara polisakarida dan tidak
mengandung amiloid, besi dan glikogen.
Penatalaksanaan
• Lithiasis tidak memerlukan intervensi selama tidak memberikan gejala
(asimptomatik dan tidak berpengaruh pada kornea.
• Pasien harus diberi edukasi tentang penyebab dan prognosis penyakit ini.
• Bagi pasien yang memberikan gejala ringan-sedang dapat diberikan terapi
paliatif dengan menggunakan “artificial tears” atau salep mata.
• Pada beberapa kasus, dimana jaringan palpebra beresiko rusak, terjadi
erosi kornea dan atau sudah memberikan gejala yang berat dan menetap,
dapat dilakukan terapi eksisi.

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat DVT
    Referat DVT
    Dokumen11 halaman
    Referat DVT
    Galih Sahid Wisaksono
    Belum ada peringkat
  • Bab3 Tulangdanotot
    Bab3 Tulangdanotot
    Dokumen21 halaman
    Bab3 Tulangdanotot
    Galih Sahid Wisaksono
    Belum ada peringkat
  • ANEMIA
    ANEMIA
    Dokumen33 halaman
    ANEMIA
    Chaira Lemonade
    Belum ada peringkat
  • MANAJEMEN DEMAM
    MANAJEMEN DEMAM
    Dokumen10 halaman
    MANAJEMEN DEMAM
    Galih Sahid Wisaksono
    Belum ada peringkat
  • Uveitis Posterior
    Uveitis Posterior
    Dokumen20 halaman
    Uveitis Posterior
    Galih Sahid Wisaksono
    Belum ada peringkat
  • Gonore
    Gonore
    Dokumen6 halaman
    Gonore
    Galih Sahid Wisaksono
    Belum ada peringkat