Anda di halaman 1dari 28

FARMAKOTERAPI

Disusun Oleh :
Titi Hidayati 17010168
Kristian Juny 17010031

Dosen Pengampu : apt. Andi Ahriansyah, M.Farm

Program Studi SI Farmasi


Sekolah Tinggi Teknologi Industri Dan Farmasi
Bogor
DEFINISI PPOK

Penyakit paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan suatu istilah yang digunakan

untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh

peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi

utamanya.
Epidemiologi

EPIDEMIOLOGI Prevalensi global PPOK pada tahun 2015 sekitar 11,7%, meningkat 44,2% dari tahun 1990, dan
menyebabkan kematian pada 3,2 juta orang di 2015, meningkat 11,6% dari tahun 1990. Sedangkan prevalensi PPOK
di Indonesia menurut Riskesdas 2013 adalah 3,7% (pria 4,2%, perempuan 3,3%).4,5 Hasil survei penyakit tidak
menular oleh Ditjen PPM & PL di 5 RS provinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera
Selatan) pada tahun 2004 menunjukkan bahwa PPOK merupakan penyumbang angka kesakitan terbesar (35%),
diikuti oleh asma bronkial (33%), kanker paru (30%), dan lainnya (2%).
Prevalensi PPOK terus meningkat dengan bertambahnya prevalensi perokok dan populasi usia lanjut, serta
peningkatan polusi udara. Sedangkan berdasarkan hasil SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2001,
54,5% penduduk laki-laki dan 1,2% penduduk perempuan adalah perokok, dan sebagian besar anggota rumah tangga
adalah perokok pasif. Sedangkan jumlah perokok yang berisiko PPOK atau kanker paru adalah sebesar 20-25%.
ANATOMI FISIOLOGI PARU-PARU
PENYAKIT PARU YANG TERMASUK PPOK

 BRONKITIS KRONIK

 EMFISEMA PARU

 ASMA
BRONKITIS KRONIK

Keadaan pengeluaran mukus


secara berlebihan ke batang
bronkial secara kronik atau be
rulang dengan disertai batuk
yang terjadi hampir setiap har
i selama sekurangnya tiga bul
an dalam 1 tahun selama 2 ta
hun berturut-turut.
Etiologi Bronkitis
 Faktor Lingkungan
Merokok
Pekerjaan
Polusi
Infeksi

 Faktor Host
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Penyakit paru yang sudah ada
EMPHYSEMA

Kelainan paru-paru yang dit


andai dengan pembesaran j
alan nafas yang sifatnya per
manen mulai dari terminal
bronkial sampai bagian dist
asl (alveoli : saluran kanton
g udara dan dinding alveoli)
Etiologi Emphysema

 Merokok

 Polusi udara

 Defisiensi α 1-

antitripsin (faktor

genetik)
ASMA

Kelainan paru-paru yang dit


andai dengan pembesaran j
alan nafas yang sifatnya per
manen mulai dari terminal
bronkial sampai bagian dist
asl (alveoli : saluran kanton
g udara dan dinding alveoli)
GEJALA DAN TANDA

Gejala : pasien biasanya merasakan dyspnea, sesak napas, batuk-batuk (biasanya


ASMA terjadi pada malam hari), napas yang berbunyi mengi atau “bengek”. Terjadi karena

KRONIK terpapar alergen.


Tanda-tanda : saat ekspiratori napas berbunyi mengi, batuk kering

Gejala : dyspnea, napas pendek, sesak napas, nyeri pada dada dan dada
terasa terbakar. Sukar berbicara dan kalimat terputus-putus.
ASMA
Tanda-tanda : saat ekspirator dan inspirator berbunyi mengi, batuk
AKUT kering, tachypnea, takikardia, kulit pucat
Penggolongan Obat Asma

Bronkodilator
1. Simpatomimetika: salbutamol, salmeterol, epinefrin
•Short-Acting β2-Agonists (SABA) albuterol
•Long-Acting β2-Agonists (LABA) salmeterol

2. Metilsantin: aminofilindanteofilin
3. antikolinergik.:ipratropium bromide dan tiotropiumbromide
Terapi Non Farmakologi
 Terapi non farmakologi adalah bentuk pengobatan dengan cara pendekatan, edukasi dan
pemahaman tentang penyakit asma. Edukasi kepada pasien/keluarga

 Memberikan edukasi atau penjelasan kepada penderita atau yang merawat penderita
mengenai berbagai hal tentang asma, misalnya tentang terjadinya asma, bagaimana
mengenal pemicu asmanya dan mengenal tanda-tanda awal keparahan

 Mengenali danmengontrol faktor-faktor pemicu serangan asma

 Mengatur kegiatan aktivitas fisik. Melakukan olahraga secara teratur, misalnya senam
asma untuk latihan pernafasan
Patofisiologi PPOK
Gambaran Klinik Serangan Akut PPOK
Gejala

1. Peningkatan volume sputum


2. Sesak nafas yg progresif
3. Dada terasa sesak (chest tightness)
4. Sputum yg purulen
5. Meningkatnya kebutuhan bronkodilator
6. Lemah, lesu
7. Mudah lelah
Klasifikasi PPOK berdasarkan gejala dan FEV1
klasifikasi Gejala Spirometri

PPOK ringan (GOLD 1) Dengan atau tanpa batuk kronik dan sputum produktif FEV1 yang diprediksi ≥80%

PPOK ringan (GOLD 2) Dengan keluhan napas pendek, terutama saat latihan fisik,
FEV1 yang diprediksi 50-<80%
kadangkadang disertai batuk dan sputum produktif

Keluhan napas pendek bertambah, kemampuan latihan berkurang,


PPOK ringan (GOLD 3)
lelah, eksaserbasi berulang, hingga mempengaruhi kualitas hidup FEV1 yang diprediksi 30-<50%

pasien

PPOK ringan (GOLD 4) Gagal jantung kanan/kor pulmonal, kualitas hidup sangat terganggu,
FEV1 yang diprediksi <30%
eksaserbasi yang bisa menyebabkan kematian
Formulir kuesioner Modified British Medical Research Council (mMRC)

Centang kotak yang sesuai dengan kondisi pasien (hanya 1 kotak saja)

mMRC Grade 0 Saya hanya susah bernapas jika aktivitas berat

mMRC Grade 1
Napas saya menjadi pendek jika naik tangga dengan bergegas atau berjalan ke tanjakan

mMRC Grade 2 Saya berjalan lebih lambat dibandingkan teman sebaya karena susah bernapas, atau saya harus
berhenti untuk mengambil napas ketika berjalan di tangga

mMRC Grade 3 Setelah berjalan 100 meter atau beberapa menit di tangga, saya harus berhenti untuk mengambil
napas
mMRC Grade 4 Saya tidak bisa keluar rumah karena susah bernapas atau tidak bisa mengganti baju karena susah
bernapas
Diagnosis
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala,gejala ringan ,hingga berat. Pada
pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan jelas dan tanda inflasi paru. Diagnosis PPOK di tegakkan
berdasarkan :
1. Gambaran klinis
 Anamnesis
 Keluhan, Riwayat penyakit, Faktor predisposisi
 Pemeriksaan fisis
2. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan rutin
 Pemeriksaan khusus
1 Riwayat merokok atau bekas perokok deng
an atau tanpa gejala pernapasan
2 Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna
di tempat kerja
3
1. Gambaran Klinis Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/a
4 nak, mis berat badan lahir rendah (BBLR), infek
a. Anamnesis sisaluran napas berulang, lingkungan asap rok
ok dan polusi udara
5 Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
Sesak dengan atau tanpa bunyi men
6 gi
B. Pemeriksaan Asis
 Inspeksi
- Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
- Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
- Penggunaan otot bantu napas
- Hipertropi otot bantu napas
- Pelebaran sela iga
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai
- Penampilan pink puffer atau blue bloater
B. Pemeriksaan Penunjang PPOK

 Spirometri, merupakan pemeriksaan definitif untuk diagnosis PPOK, yaitu


dengan mengetahui nilai FEV1 (forced expiration volume in 1 second) dan
FVC (forced vital capacity). Pada PPOK, FEV1/ FVC < 0,7. „
 Analisis gas darah, dapat mengukur pH darah, kadar O2 , dan CO2 darah. „
 Radiografi „
 CT scan untuk melihat emfisema alveoli „
 Kadar α-1 antitripsin
Tatalaksana Terapi

Tujuan Penatalaksanaan :
Menghilangkan gejala
Meningkatkan toleransi latihan Mengurangi gejala

Meningkatkan status kesehatan

Mencegah perkembangan penyakit


Mencegah dan mengobati eksaserbasi Menurunkan resiko

menurunkan angka kematian


1
Bronkodilator

2
Antiinflamasi

3 Antibiotik
Terapi Farmakologi
a. Terapi menggunakan obat-
4 Antioksidan
obatan)

5 Mukolitik

6 Antitusif
Bronkodilator
Bronkodilator yang digunakan pada PPOK adalah agonis β2 dan antikolinergik (antagonis muskarinik)
1. Agonis β2
 SABA 4-6 jam salbutamol, fenoterol
 LABA 12 jam lebih formoterol, salmeterol, indacaterol, aladaterol, vilanterol
2. Antikolinergik/Antagonis Muskarinik
 SAMA  Ipatropium, axitropium
 LAMA  Tiotropium
3. Derivat Xanthin  Theophylline
Antiinflamasi
1. Corticosteroid inhalasi (ICS)
Contoh : Fluticasone, budesonide
2. Glucocorticoid Oral
3. Phosphodiesterase-4 inhibitor
Contoh : Roflumilast
Antibiotik
Azithromycin, Erythromycin
Mukolitik
N-Acetylcystein
 Pemberian oksigen jangka panjang
 Pemberian oksigen pada waktu aktifit
as

b. Terapi Oksigen  Pemberian oksigen pada waktu timbu


l sesak mendadak
 Pemberian oksigen secara intensif pa
da waktu gagal napas
 Bulektomi

 Bedah reduksi volume paru (BRV


c. Terapi Pembedahan P) / lung volume reduction surge
y (LVRS)

 Transplantasi paru
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai