LANJUTAN
TERINTEGRASI
Identitas Anamnesis
Jenis Prosedur
Nottingham Sensory Assessment
Two point discrimination test
Monofilament test
Nottingham Sensory Assessment
Pemeriksaan Sensasi Taktil Pemeriksaan sensasi Kinestetik/Proprioseptik
◦ Rasa raba ringan : sentuh kulit pasien dengan ◦ Pemeriksaan semua aspek Gerakan yaitu arah
kapas Gerakan dan posisi sendi.
◦ Tekanan : tekan kulit dengan jari telunuk
sehingga merubah kontur kulit
◦ Nyeri : tusuk kulit dengan neurotip
Pemeriksaan Stereognosis
◦ Temperatur : sentuh kulit dengan tabung yang
berisi air hangat dan dingin
Meletakan suatu obyek di tangan penderita maksimal
30 detik. Penderita diminta mengidentifikasi nama,
bentuk, bahan material benda tersebut
Two- Point Discrimination Test Monofilament Test
◦ Spasme/kejang otot disebabkan oleh Gerakan ◦ Kontraksi otot yang bersifat involunter ritmis
yang tiba-tiba dimana jaringan otot sebelumnya yang diinduksi oleh peregangan otot atau
dalam kondisi yang tegang/kaku. Bergejala tendon pasif yang tiba-tiba.
sebagai timbulnya kontraksi otot disertai nyeri
yang hebat
Status Lokal Regio
Look Feel
Pemeriksaan berbagai komponen fungsi luhur, ◦ Penilaian fungsi menelan fase orofaring yang
seperti tingkat kesadaran, atensi, orientasi, dapat dilakukan secara klinis atau dengan alat
berbahasa, memori, pengetahuan umum, (misalnya : Flexible Endoscopy Evaluation of
berhitung, abstraksi, praksis dan respon Awallowing/ alat video fluoroscopy)
emosional yang diperlukan seseorang untuk
dapat melakukan aktivitas sesuai dengan usia,
intelektual dan pekerjaanya. ◦ Indikasi : gangguan neurologis, cedera saraf
cranial, Riwayat keganasan nasofaring, gaster
dan esofagus. Riwayat penggunaan
Jenis prosedur : NGT/gastronomi, gangguan bicara (pelo, suara
Minimental- state examination serak, suara sengau)
Tes Romberg
Fungsi Koordinasi
◦ Kemampuan mensinergiskan secara normal
faktor motorik, sensorik dalam melakukan
gerakan normal.
◦ Gangguan koordinasi dapat disebabkan oleh
disfungsi serebelum, sistem motorik, sistem
ekstrapiramidal, gangguan psikomotor,
gangguan tonus, gangguan sensorik (fungsi
proprioseptik), sistem vestibular, dll
Tes Tandem Walking Finger to Nose test dan Dysdiadochokinesia
◦ Fungsi bladder (lower urinary tract atau LUT) adalah ◦ Algorithm asesmen fungsi bladder
kemampuan kandung kemih dan urethra untuk menampung urin
dengan mempertahankan kontinens serta kemampuan ◦ Pemeriksaan otot dasar panggul dengan EMG-
mengeluarkan urin melalui miksi yang dikehendaki secara
terkontrol
biofeedback
◦ Pengukuran volume bladder
Indikasi : ◦ Voiding diary
◦ Pasien dengan keluha inkontinesia urin
◦ Pasien dengan keluhan retensio urine
◦ Ice water test
◦ Pasien dengan keluhan polyuria, urge atau stress incontinence ◦ Urodinamic study
◦ Pasien dengan keluhan miksi tidak tuntas
◦ Pasien cedera medulla spinalis, stroke, gangguan SSP
Asesmen neurogenic Bowel
◦ Asesmen neurogenic Bowel adalah penilaian Indikasi
terhadap gangguan control volunteer buang air ◦ Lesi nervus perifer, neuropathy
besar, karena adanya kerusakan pada control ◦ Lesi konus/kauda
saraf autonomic dan somatic, sehingga
◦ Lesi medulla spinalis suprasacral infrapontin
menimbulkan masalah fecal incontinence (FI)
atau kesulitan untuk mengeluarkan tinja (DWE ◦ Lesi serebral suprapontin
= Difficulty with evacuation) ◦ Cedera pada saat melahirkan
◦ Anorectal trauma/pasca bedah
Jenis prosedur :
Asesmen tanpa alat (pemeriksaan fisik, bowel diary)
Asesmen dengan alat (anorectal manometry)
Diagnosis