Anda di halaman 1dari 34

ASESMEN

LANJUTAN
TERINTEGRASI
Identitas Anamnesis

◦ Nama : ◦ Keluhan utama :


◦ Tanggal lahir :
◦ Pekerjaan: ◦ Riwayat Penyakit Sekarang :
◦ Alamat :
◦ Status perkawinan : ◦ Riwayat Penyakit Dahulu dan Penyerta
◦ Agama :
◦ Tanggal pemeriksaan : ◦ Riwayat social
Pemeriksaan Fisiatrik
Status Ambulasi : dependet dan independent
Pola Jalan :
◦ Hemiplegik gait : gaya jalan dengan kaki yang lumpuh digerakan secara sirkumduksi
◦ Spastik (scissors gait) : gaya jalan dengan sirkumduksi kedua tungkai, ms spastik paraparese
◦ Steppage gait : gaya jalan seperti ayam jago, pada paraparese flaccid/ paralisis n. peroneus
◦ Tabetic gait : gaya jalan pada pasien tabes dorsalis
◦ Parkinson gait : gaya berjalan dengan sikap tubuh agak membungkuk, kedua tungkai berfleksi sedikit pada
sendi lutut dan panggul. Langkah dilakukan setengah diseret dengan jangkauan yang pendek-pendek
◦ Waddling gait : gaya berjalan dengan pantat dan pinggang bergoyang berlebihan, khas kelemahan otot
tungkai proksimal, ms otot gluteus
Dominasi Tangan : Dextra atau sinistra
Status Neurologis
Refleks Fisiologis = eveluasi fungsi sensori
motor
Refleks Biseps Refleks Triceps Refleks Brachioradialis
Refleks Patella Refleks Achilles
Refleks Patologis
Fungsi Sensoris
Asesmen fungsi sensori adalah pemeriksaan semua modalitas sensorik yaitu rasa raba, rasa posisi, suhu,
tekan, nyeri, diskriminasi dua titik, stereognosis, kinestesia, graphestesia

Jenis Prosedur
Nottingham Sensory Assessment
Two point discrimination test
Monofilament test
Nottingham Sensory Assessment
Pemeriksaan Sensasi Taktil Pemeriksaan sensasi Kinestetik/Proprioseptik

◦ Rasa raba ringan : sentuh kulit pasien dengan ◦ Pemeriksaan semua aspek Gerakan yaitu arah
kapas Gerakan dan posisi sendi.
◦ Tekanan : tekan kulit dengan jari telunuk
sehingga merubah kontur kulit
◦ Nyeri : tusuk kulit dengan neurotip
Pemeriksaan Stereognosis
◦ Temperatur : sentuh kulit dengan tabung yang
berisi air hangat dan dingin
Meletakan suatu obyek di tangan penderita maksimal
30 detik. Penderita diminta mengidentifikasi nama,
bentuk, bahan material benda tersebut
Two- Point Discrimination Test Monofilament Test

◦ Dilakukan pada pasien diabetes melitus serta


pasien yang memiliki gangguan sensorik pada
kaki. Ketidakmampuan mendeteksi
monofilament ini menandakan pasien
kehilangan sensasi proteksi pada kaki
Spastisitas MAS Klonus

◦ Spasme/kejang otot disebabkan oleh Gerakan ◦ Kontraksi otot yang bersifat involunter ritmis
yang tiba-tiba dimana jaringan otot sebelumnya yang diinduksi oleh peregangan otot atau
dalam kondisi yang tegang/kaku. Bergejala tendon pasif yang tiba-tiba.
sebagai timbulnya kontraksi otot disertai nyeri
yang hebat
Status Lokal Regio
Look Feel

Tanda inflamasi, deformitas, udem Warmth, atropi, tenderpoint area

Lain-lain dan Special Test


Status Musculoskeletal
MANUAL MUSCLE TESTING (MMT)

◦ Grade 0 : tidak ada kontraksi sama sekali


◦ Grade 1 : terlihat gerak otot minimal/kontraksi,
tetapi tidak mampu bergerak melalui lingkup
gerak sendi
◦ Grade 2 : kemampuan otot untuk dapat bergerak
melalui lingkup sendi tetapi tidak mampu
melawan gravitasi
◦ Grade 3 : mampu melawan gravitasi, tidak dapat
melawan tahanan ringan
◦ Grade 4 : mampu melawan gravitasi, dapat
melawan tahanan ringan-sedang
◦ Grade 5 : mampu melawan gravitasi dan
melawan tahanan maksimal
Range Of Movement
ROM adalah besarnya suatu gerakan yang terjadi pada suatu sendi. Posisi awal untukmengukur semua ROM
kecuali rotasi adalah posisi anatomis.
◦ sistem 0 – 180 derajat
◦ sistem 180 - 0 derajat
◦ sistem 360 derajat
Fungsi kognisi :
Fungsi Menelan

Pemeriksaan berbagai komponen fungsi luhur, ◦ Penilaian fungsi menelan fase orofaring yang
seperti tingkat kesadaran, atensi, orientasi, dapat dilakukan secara klinis atau dengan alat
berbahasa, memori, pengetahuan umum, (misalnya : Flexible Endoscopy Evaluation of
berhitung, abstraksi, praksis dan respon Awallowing/ alat video fluoroscopy)
emosional yang diperlukan seseorang untuk
dapat melakukan aktivitas sesuai dengan usia,
intelektual dan pekerjaanya. ◦ Indikasi : gangguan neurologis, cedera saraf
cranial, Riwayat keganasan nasofaring, gaster
dan esofagus. Riwayat penggunaan
Jenis prosedur : NGT/gastronomi, gangguan bicara (pelo, suara
Minimental- state examination serak, suara sengau)
Tes Romberg
Fungsi Koordinasi
◦ Kemampuan mensinergiskan secara normal
faktor motorik, sensorik dalam melakukan
gerakan normal.
◦ Gangguan koordinasi dapat disebabkan oleh
disfungsi serebelum, sistem motorik, sistem
ekstrapiramidal, gangguan psikomotor,
gangguan tonus, gangguan sensorik (fungsi
proprioseptik), sistem vestibular, dll
Tes Tandem Walking Finger to Nose test dan Dysdiadochokinesia

◦ Berjalan pada satu garis lurus


Fungsi berkemih dan Defekasi

◦ Fungsi bladder (lower urinary tract atau LUT) adalah ◦ Algorithm asesmen fungsi bladder
kemampuan kandung kemih dan urethra untuk menampung urin
dengan mempertahankan kontinens serta kemampuan ◦ Pemeriksaan otot dasar panggul dengan EMG-
mengeluarkan urin melalui miksi yang dikehendaki secara
terkontrol
biofeedback
◦ Pengukuran volume bladder
Indikasi : ◦ Voiding diary
◦ Pasien dengan keluha inkontinesia urin
◦ Pasien dengan keluhan retensio urine
◦ Ice water test
◦ Pasien dengan keluhan polyuria, urge atau stress incontinence ◦ Urodinamic study
◦ Pasien dengan keluhan miksi tidak tuntas
◦ Pasien cedera medulla spinalis, stroke, gangguan SSP
Asesmen neurogenic Bowel
◦ Asesmen neurogenic Bowel adalah penilaian Indikasi
terhadap gangguan control volunteer buang air ◦ Lesi nervus perifer, neuropathy
besar, karena adanya kerusakan pada control ◦ Lesi konus/kauda
saraf autonomic dan somatic, sehingga
◦ Lesi medulla spinalis suprasacral infrapontin
menimbulkan masalah fecal incontinence (FI)
atau kesulitan untuk mengeluarkan tinja (DWE ◦ Lesi serebral suprapontin
= Difficulty with evacuation) ◦ Cedera pada saat melahirkan
◦ Anorectal trauma/pasca bedah

Jenis prosedur :
Asesmen tanpa alat (pemeriksaan fisik, bowel diary)
Asesmen dengan alat (anorectal manometry)
Diagnosis

Anda mungkin juga menyukai