Nyeri
Kepala pada Cervical Headache
Abstrak
Cervical headache adalah nyeri kepala akibat dari kontraksi atau ketegangan dari otot-
otot kepala, leher dan bahu secara terus menerus karena kesalahan posisi sehingga
menimbulkan spasme, iritasi intervertebral discus dan facet C0-C1,C1-C2,C2- C3,
perlengketan pada trigger point. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
pengaruh intervensi MWD dan TENS dengan MWD, TENS dan Traksi Leher Manual
terhadap pengurangan nyeri kepala pada Cervical Headache. Penelitian dilaksanakan
2004 di RSAL. Dr Mintohardjo Jakarta. Metode penelitian bersifat quasi eksperimental
untuk mengetahui efek suatu perlakuan pada sample penelitian. Disini ada perlakuan
dan ada monitoring dari perubahan yang terjadi akibat perlakuan yang diberikan.
Pengolahan data dan analisa data menggunakan program Statistical Program for Science
(SPSS 12.0) dengan uji wilcoxon untuk mengetahui kemaknaan perlakuan. Sedangkan
untuk mengetahui ada perbedaan kemaknaan antara perlakuan yang diberikan pada
kelompok perlakuan I dengan kelompok perlakuan II digunakan uji mann-withney.
Penelitian menyimpulkan bahwa penggunaan gabungan intervensi MWD, TENS dan
Traksi Leher Manual berpengaruh dalam menurunkan intensitas nyeri kepala pada
cervical headache. Adapun hasil uji analisis nilai Verbal Rating Scale kelompok perlakuan
II adalah nilai P value=0,004 (P< , =0,05), yang berarti Ada pengaruh pengurangan
nyeri kepala pada cervical headache dengan menggunakan gabungan MWD, TENS dan
Traksi Leher Manual Hasil uji analisis nilai Verbal Rating Scale kelompok I adalah nilai P
value=0,004 (P< , =0,05), yang berarti ada pengaruh pengurangan nyeri kepala pada
cervical headache dengan menggunakan intervensi MWD dan TENS saja. Berdasarkan
grafik tampak penurunan nilai VRS kelompok perlakuan II lebih tajam dibandingkan
dengan kelompok I. Dari uji mann-withney didapat nilai P value=0,000 (P< , =0,05),
yang berarti ada perbedaan yang bermakna penurunan nyeri kepala antara kelompok
perlakuan I dan kelompok perlakuan II.
rasa nyeri dipengaruhi oleh kepribadian pen- hankan posisi tertentu pada beberapa macam
derita, ambang rasa nyeri, serta faktor-faktor keadaan atau pekerjaan yang memaksa otot
psikologis. Sebagian penderita yang mengalami kepala, leher dan bahu terusmenerus berkon-
nyeri kepala akibat cervical headache dapat traksi. Keadaan ini banyak disebabkan oleh
ditolong dengan obat-obat golongan analgetika kesalahan posisi dalam waktu yang cukup
meskipun penyebabnya belum jelas diketahui, lama, seperti bekerja dengan posisi duduk
dan sebagian lagi ternyata benar-benar dise- sambil menunduk dalam waktu yang lama
babkan oleh penyebab yang penanganannya khususnya mengemudi dan pekerjaan kanto-
tidak hanya oleh analgetika saja. Pada umum- ran misalnya mengetik dan sebagainya. Gejala
nya analgetika tidak berhasil mengobati nyeri yang timbul pada cervical headache antara lain
kepala, maka pengobatan alternatif, aku- nausea, gangguan visual, muntah- muntah,
punktur, tempat refleksi, dan fisioterapipun dan vertigo. Penanganan nyeri kepala tak
akan dikunjunginya untuk mencari pertolongan. hanya pada obat-obatan dan alternatif saja,
Nyeri yang terjadi dapat disebabkan oleh bebe- namun ada banyak penanganan yang dapat
rapa faktor, seperti kesalahan sikap, spondy- diberikan untuk mengurangi nyeri kepala
losis, penguncian sendi facet, iritasi radiks, whi- diantaranya fisioterapi. Fisioterapi sebagai
plash injury dan lain-lain. Nyeri kepala dapat bagian integral dari profesi kesehatan yang
merupakan bagian dari gejala sisa akibat bidang kajiannya untuk meningkatkan, meme-
peningkatan tekanan intrakranial, cidera ke- lihara dan memulihkan kemampuan gerak dan
pala, tumor otak, ketegangan mata, sinusitis, fungsi pasien sepanjang daur kehidupan seper-
perubahan atmosfir, alergi makanan dan seba- ti yang tercantum dalam definisi WCPT 1999 di
gainya. Cervical Headache dibagi menjadi tiga Yokohama mempunyai tanggung jawab dalam
yaitu: Muscle Tone, Tension Headache, dan menangani kondisi-kondisi yang dapat meng-
Migrain Headache. Namun karena luasnya per- hambat aktifitas gerak dan fungsi sehari-hari.
masalahan yang terjadi pada migrain hea-
dache, peneliti tidak akan membahas mengenai Cervical Headache
migrain headache. Cervical Headache meru- Cervical Headache adalah nyeri kepala
pakan nyeri kepala yang timbul akibat malpo- yang timbul akibat ketegangan otot-otot yakni
sitioning dengan bentuk postur yang buruk otot-otot kepala, leher dan bahu, yang ber-
sebagai hasil dari beban kerja, stress atau langsung terus-menerus karena kesalahan
kelelahan, dimana area cervical yang sering posisi dengan bentuk postur yang buruk. Cer-
terkena adalah C0-C1,C1-C2,C2-C3. Serangan vical Headache merupakan nyeri kepala yang
Cervical Headache nyeri yang dirasakan timbul akibat kontraksi terus menerus otot-otot
terutama daerah depan dan belakang kepala, kepala dan tengkuk karena reaksi terhadap
rasa nyeri tidak berdenyut, kepala seperti di suatu stress atau kelelahan dan beban kerja.
ikat. Cervical Headache terjadi tanpa meman- Peneliti menyimpulkan bahwa pengertian dari
dang usia dan jenis kelamin, meskipun ada Cervical Headache adalah nyeri kepala akibat
kecenderungan lebih banyak terjadi pada wa- dari ketegangan atau kontraksi otot-otot ke-
nita, nyeri timbul kadang-kadang, nyeri bertam- pala, leher, bahu secara terus-menerus karena
bah menjelang siang, sore, dan sebentar kesalahan posisi dengan bentuk postur yang
sebentar. buruk sebagai hasil dari reaksi terhadap suatu
Nyeri kepala akibat Cervical Headache stress atau kelelahan dan beban kerja.
timbul karena kontraksi terusmenerus otot-otot
bahu, leher dan kepala, seperti m. splenius Penyebab
kapitis, m. temporalis, m. sternocleidomastoi- Nyeri kepala merupakan 1001 macam
deus, m. upper trapezius, dan m. Servicalis penyebab yang dapat menyebabkan nyeri
posterior. Otot yang berkontraksi berlebihan kepala, salah satunya nyeri yang timbul akibat
menghasilkan metabolik yang menimbulkan kesalahan posisi dengan bentuk postur yang
rasa nyeri pada kepala, dimana salah satu pe- buruk sebagai hasil dari beban kerja, stress
nyebabnya adalah salah posisi atau memperta- atau kelelahan dengan area yang sering ter-
2 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 1, April 2007
Perbedaan Pengaruh Intervensi MWD dan TENS dengan MWD, TENS dan Traksi Leher Manual Terhadap Pengurangan Nyeri
Kepala pada Cervical Headache
segi tiga pada potongan sagital. Facies articu- satu dengan discus intervertebralis dengan
laris articulasio atlanto axialis mediana ter- permukaan luas, sedangkan ligamentum
masuk facies articualis dens C2 dan fovea longitudinale anterior melekat longgar dengan
dentis pada permukaan arcus anterior atlas. discus intervertebralis. Discus intervertebralis
Selain itu daerah ligamentum transversum dan ligamentum longitudinale merupakan satu
atlantis terbentang di belakang dens, terdapat kesatuan fungsional bersama-sama disebut
juga permukaan sendi lain pada dens. symphisis intervertebralis. Discus interver-
Articulasiones zygapophysiales, disebut tebralis berfungsi sebagai peredam kejut atau
juga facet joint. Sendi ini merupakan sendi- shock absorber. Nucleus pulposus mendistri-
sendi kecil antara processus articularisdimana busikan tekanan. Bila beban menekan nucleus
kapsula articularis menjadi lebih tegang pada pulposus dan kemudian bebannya ditiadakan
arah kraniokaudal. Arah permukaan sendinya bentuknya akan kembali seperti semula dalam
dalam bidang transversal, sehingga gerakan beberapa waktu. Gerakan pada columna verte-
yang dihasilkan sangat luas pada daerah leher bralis discus intervertebralis merupakan unsur
dapat dilakukan gerakan fleksi, ekstensi, elastis bila ditekan atau diredam secara
laterofleksi dan sedikit rotasi. Uncovertebralis unilateral.
joint, sendi-sendi yang ditemui hanya pada
daerah leher. Processus uncinatus mula-mula Ligamen
berbentuk rata, kemudian meninggi pada masa Ligamentum longitudinale anterior di-
kanak-kanak. Pada usia 5-10 tahun timbul alur mulai dari tulang occipital atau tuberculum
pada rawan yang diduga sebagai ciri-ciri sendi, anterius atlas berjalan turun ke bawah anterior
oleh karena itu sendi-sendi “Uncovertebralis” terhadap permukaan corpus vertebra sampai
yang semula tidak ada kemudian timbul secara ke sacrum. Ligamentum tersebut semakin
sekunder. Kira-kira pada usia antara 9 dan 10 melebar ke kaudal dan selalu terikat erat
tahun struktur ini berkembang membentuk dengan corpus vertebralis, tetapi tidak pada
celah ke dalam discus intervertebralis. discus intervertebralis. Ligamentum longitu-
dinale posterior juga berasal dari tulang
Discus intervertebralis occipital dan berjalan ke bawah sepanjang
Tiap discus intervertebralis terdiri dari pemukaan belakang corpus vertebra dan
lapisan luar anulus fibrosus dan inti lunak- licin berakhir di sacrum. Ligamentum ini mempu-
seperti jeli, nucleus pulposus yang berisi sisa nyai dua fungsi yaitu, membatasi gerakan
notokord. Anulus fibrosus mengandung lapisan terutama pada gerak fleksi dan ekstensi serta
serabut kolagen dan fibrokartilago tersusun melindungi discus intervertebralis. Ligamentum
konsentris melingkari nucleus pulposus yang flavum terentang secara segmental antara
berada dalam tegangan. Discus intervertebralis arcus vertebra. Ligamentum flavum membatasi
terletak antara tiap-tiap corpus vertebra. Pada sebelah medial dan sisi dorsal foramina
potongan sagital tampak seperti kerucut. Pada intervertebralis. Ligamentum tersebut berwar-
regio cervicalis dan lumbalis, diskus interver- na kuning disebabkan oleh deretan serabut-
tebralis lebih tinggi di depan dan rendah di serabut elastin yang terputus-putus sehingga
belakang. Sebaliknya pada regio thorakal discus membentuk pita. Walaupun dalam keadaan
intervertebralisnya di depan lebih rendah istirahat, ligamentum ini tetap teregang.
sedangkan di belakang lebih tinggi. Pada Sewaktu fleksi collumna vertebralis, ligamen-
dasarnya, ketebalan discus intervertebralis ber- tum ini menjadi lebih teregang dan membantu
tambah dari kranialis ke kaudalis. Permukaan collumna vertebralis kembali pada sikap tegak.
discus intervertebralis diliputi oleh rawan hialin Ligamentum nuchea terbentang dari crista
atau sisa epifisis corpus vertebralis, dan secara occipitalis externa sampai processus spinosus
sikondrotis bersatu dengan vertebra. Selain itu, vertebra cervical. Pada posisi sagital memung-
discus intervertebralis dipertahankan kedu- kinkan tempat melekat otot-otot dan terus ke
dukannya oleh ligamentum longitudinale pos- bawah leher sebagai ligamentum interspinale
terior. Ligamentum longitudinale posterior ber- dan ligamentum supraspinale. Ligamentum
4 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 1, April 2007
Perbedaan Pengaruh Intervensi MWD dan TENS dengan MWD, TENS dan Traksi Leher Manual Terhadap Pengurangan Nyeri
Kepala pada Cervical Headache
intertransversarium adalah ikat yang pendek menutupi lembaran jaringan fibrous. Setiap
diantara processus transversus. Ligamentum lembaran tersebut yang terdiri dari endo-
interspinale juga merupakan ikat pendek yang myosium, perimyosium dan epimyosium terdiri
membentang antara processus spinosus. Liga- dari jaringan konektif yang berisi selabut
mentum supraspinale mulai dari processus elastis yang sejajar dari ujung ke ujung.
spinosus vertebra cervicalis ketujuh dan terben- Kontraksi otot terjadi karena interaksi
tang sampai sejauh sacrum dan menghubung- antara actin dan myosin, dimana proses yang
kan vertebra dan sacrum. mendasari pemendekan elemen kontraktil
dalam otot adalah pergeseran filamen tipis
Histologi otot pada filamen tebal. Pada saat otot memendek,
Otot rangka merupakan otot lurik yang filamen tipis dari kedua ujung sarcommer yang
melekat pada tulang atau facia melalui tendon. berhadapan akan saling mendekat. Pada pe-
Dimana sebuah otot terdiri atas serabutserabut mendekan otot yang kuat, filamen-filamen
otot yang tebalnya 60 dan panjangnya ber- tersebut saling tumpang tindih. Pada keba-
kisar antara beberapa mm sampai beberapa nyakan otot skeletal terdapat serabut otot
puluh cm. Bentuknya silindris dan kedua yang terbungkus dalam suatu kapsul yang
ujungnya terikat pada tendon atau facia. Setiap dikenal sebagai serabut otot intrafusal. Serabut
serabut otot diselubungi oleh membran cell otot intrafusal berikut intinya yang terdapat
yang disebut sarcolemma. Dibawah sarcolem- dalam kapsul itu dikenal sebagai kerucut otot
ma terdapat membran plasma yang berfungsi atau muscle spindle. Pada satu ujung kerucut
untuk mengirim impuls saraf melalui serabut otot terikat pada otot ekstrafusal dan ujung
otot. T tubulus merupakan perluasan dari lainnya melekat pada aponeurosis. Dengan
sarcolemma ke dalam interior serabut-serabut demikian kerucut otot terletak sejajar dengan
otot. Fungsi tubulus T adalah memperluas ge- serabut-serabut ekstrafusal. Perangsangan ter-
lombang Depolarisasi dari kontraksi otot mela- hadap inti tersebut dilakukan oleh tarikan
lui seluruh myofibril otot. Pada suatu tempat intrafusal pada kedua sisinya. Tarikan itu ter-
sarcolemmanya longgar dan banyak mengan- jadi kalau serabut otot intrafusal berkontraksi
dung sarcoplasma yang dikenal sebagai motor karena inti di pusatnya tidak kontraktil,
end plate yaitu tempat suatu akson moto- Kontraksi otot intrafusal timbul karena impuls
neuron bersinaps dengan serabut otot. Di motorik yang dicetuskan oleh motoneuron
dalam sarcoplasma tertanam secara membujur jenis gama yang dikenal sebagai motoneuron.
60 sampai 1000 serabut-serabut halus yang Pemanjangan otot ekstrafusal ikut meregang-
disebut myofibril. Tiap myofibril disusun oleh kan otot intrafusal. Karena tarikan itu maka
sejumlah filamen-filamen berupa benang-be- muscle spindle digiatkan, Hasilnya ialah bang-
nang yang terdiri dari struktur molekul-molekul kitnya impuls di inti tersebut yang disalurkan
protein otot. Suatu myofibril kecil, di bentuk melalui serabut ganglion spinal ke a
oleh dua penyilangan yang digambarkan motoneuron di kornu anterior medulla spinalis,
menyerupai ikatan yang berwarna terang dan Karena impuls muscle spindle itu a moto-
gelap yang dibentuk oleh adanya myosin dan neuron terstimulasi dan menimbulkan kontrak-
actin. Suatu penyilangan tunggal menunjukkan si otot ekstrafusal, Secara fisiologi fungsi
bagian-bagian yang berbeda, yaitu garis Z, muscle spindle adalah memelihara panjang
band I, band A, dan area H. Yang perlu otot ekstrafusal dalam batas-batas normal.
diketahui adalah bahwa band A yang gelap Sebagian besar otot-otot cervical memiliki
pada penyilangan disebabkan oleh overlapping serabut yang lebih dominan kearah tipe I atau
myosin dan actin (kedua filamen). Area H yang tonik, memiliki ciri merah, anaerobik, kontraksi
berwarna medium berisi hanya filamen tebal landai, endurance. Sering dijumpai patologi
(myosin), dan area Z yang berwarna terang tightness, tendomyosis dan kontraktur. Fungsi
berisi filamen tipis actin. Serabut-serabut otot utama otot-otot cervical adalah untuk
berada dalam suatu bundel. Setiap bundel pada stabilisasi dan menahan kepala.
serabut otot yang disebut fasicullus yang
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 1, April 2007 5
Perbedaan Pengaruh Intervensi MWD dan TENS dengan MWD, TENS dan Traksi Leher Manual Terhadap Pengurangan Nyeri
Kepala pada Cervical Headache
nyeri pada daerah trigger. Adanya spasme Nyeri sentral (central pain)
menimbulkan immobilisasi pada suatu segmen Nyeri sentral adalah nyeri yang dira-
cervical sehingga apabila melakukan aktivitas sakan akibat adanya rangsangan dari sistem-
atau gerakan cervical menimbulkan iritasi pada sistem saraf pusat.
segmen yang lain. Spasme atau ketegangan
akan mengganggu sirkulasi darah yang melalui Nyeri psikologik (psycologic pain)
arteri vertebro basiler ke kepala sehingga Penyebab nyeri tidak dapat dikete-
terjadi hypoksia dan menimbulkan nyeri kepala. mukan, atau tidak diketemukan kelainan orga-
nik tapi sipenderita mengeluh nyeri hebat,
Nyeri umumnya keluhan berupa sakit kepala, sakit
Pengertian dari nyeri adalah sebagai perut dan lain-lain.
rasa yang tidak menyenangkan dan merupakan
pengalaman emosional yang berhubungan de- Modulasi Nyeri
ngan kerusakan jaringan aktual maupun Level sensoris
potensial atau sering didiskripsikan sebagai Terjadi proses tranduksi, dimana rang-
istilah adanya kerusakan jaringan. Nyeri juga sang nyeri yang diterima diubah menjadi
merupakan suatu refleks untuk menghindari aktivitas listrik yang akan diterima ujung-ujung
rangsangan dari luar badan, atau melindungi saraf bebas. Rasa nyeri diterima oleh reseptor
dari semacam bahaya, tetapi perasaan nyeri itu nyeri pada kulit yaitu nociceptor yang meres-
terlalu keras atau berlangsung terlalu lama pon stimulus mekanik, kimia, dan suhu. Yang
akan berakibat tidak baik bagi badan. diterima oleh dua tipe saraf afferent perifer,
Pengertian dari nyeri menurut IASP (Inter- yaitu saraf bermyelin tipe A-delta dan saraf
national Association of the Study of Pain) tipe C yang tidak bermyelin.
adalah sebagai pengalaman emosional dan
sensorik yang tidak menyenangkan dan Level Spinal
berhubungan dengan kerusakan jaringan baik Menurut Melzak dan Wall, yang
aktual maupun potensial, atau di gambarkan mengemukakan Gate Control Theory bahwa
dalam kerusakan tersebut (Fordyce, 1995). impuls afferent dari perifer disalurkan melalui 2
Menurut Merskey, 1986. Nyeri adalah perasaan lintasan utama yang terdiri dari serabut tebal
dan pengalaman emosi yang berhubungan (A-delta) dan serabut halus (C), yang
secara nyata atau potensial dengan kerusakan mempengaruhi keseimbangan aktivitas sel-sel
jaringan atau digambarkan sebagai sesuatu “Gate Control” di substansia gelatinosa (SG).
yang berkenaan dengan kerusakan. Persepsi dari nyeri dan respon motoriknya
terjadi di otak. Kedua kejadian itu disebut
Klasifikasi Nyeri action system, yang berada di kornu dorsalis
Nyeri perifer (peripheal pain) medulla spinalis dan bertindak sebagai
Superfisial merupakan rangsangan inisiator. Sedang sel-sel khusus yang berada di
secara kimiawi, fisik, mekanik, pada kulit, kornu dorsalis disebut target area. Aktivitas
mukosa, biasanya terasa nyeri tajam-tajam di yang disalurkan melalui serabut tebal ber-
daerah rangsangan. Dalam (Deep), bila di tindak sebagai penghambat aktivitas yang di
daerah viseral, sendi, pleura, peritoneum te- keluarkan oleh target area, sehingga pintu
rangsang akan timbul rasa nyeri dalam. Umum- gerbang untuk masuk ke action system tertu-
nya nyeri dalam banyak berhubungan dengan tup. Impuls yang dihantarkan oleh serabut
refered pain, keringat, kejang otot di daerah tebal bertindak sebagai letupan-letupan yang
yang berjauhan dari asal nyerinya. Reered pain, bergelombang.
rasa nyeri di daerah jauh dari tempat yang Sebaliknya, impuls yang disalurkan me-
terangsang, biasanya terlihat pada nyeri dalam, lalui serabut berukuran halus berjalan lebih
yang dirasakan atau menyebarkan nyeri ke mantap dan sinambung. Impuls-impuls ini
arah superficial. bertindak sebagai pelancar aktivitas yang di
keluarkan oleh target area untuk di sampaikan
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 1, April 2007 7
Perbedaan Pengaruh Intervensi MWD dan TENS dengan MWD, TENS dan Traksi Leher Manual Terhadap Pengurangan Nyeri
Kepala pada Cervical Headache
berikutnya. Arus dari mesin mengalir ke elek- penerapan Micro Wave Diathermy, penetrasi
troda melalui co-axial cable, yaitu suatu kabel dan perubahan temperatur lebih terkonsentrasi
yang terdiri dari serangkaian kawat di tengah pada jaringan otot, sebab jaringan otot lebih
yang diselubungi oleh selubung logam yang banyak mengandung cairan dan darah.
dikelilingi suatu benda isolator. Kawat dan Pada jaringan ikat dapat meningkatkan
selubung logam tadi berjalan sejajar dan elastisitas jaringan ikat lebih baik seperti
membentuk sebagai kabel output dan kabel jaringan collagen kulit, otot, tendon, ligamen
bolak-balik dari mesin. Konstruksi kabel sema- dan kapsul sendi akibat menurunnya viskositas
cam ini diperlukan untuk arus frekuensi yang matriks jaringan tanpa menambah panjang
sangat tinggi dan panjangnya tertentu untuk matriks, tetapi terbatas pada jaringan ikat
suatu frekuensi tertentu pula. Co-axial cable ini yang letak kedalamannya ± 3 cm.
menghantarkan arus listrik ke sebuah area Pada jaringan otot dapat meningkatkan
dimana gelombang mikro dipancarkan. Area ini elastisitas jaringan otot dan menurunkan tonus
dipasang suatu reflektor yang dibungkus melalui normalisasi nocicencorik. Sedangkan
dengan bahan yang dapat meneruskan gelom- pada jaringan saraf dapat meningkatkan
bang elektromagnetik. Konstruksi ini dimaksud- elastisitas pembungkus jaringan saraf, mening-
kan untuk mengarahkan gelombang ke jaringan katkan konduktivitas serta ambang rangsang
tubuh yang disebut emitter, director atau apli- saraf.
cator atau sebagai elektrode.
Efek Terapeutik
Penerapan pada Jaringan Meningkatkan proses perbaikan atau
Emitter yang sering juga disebut elek- reparasi jaringan secara fisiologis. Menurunkan
trode atau magnetode terdiri dari serial, nyeri, normalisasi tonus otot melalui efek
reflektor, dan pembungkus. Emitter ini ber- sedatif, serta perbaikan metabolisme. Dengan
macam-macam bentuk dan ukurannya serta peningkatan elastisitas jaringan lemak, maka
sifat energi elektromagnetik yang dipancarkan. dapat mengurangi proses kontraktur jaringan.
Antara emitter dan kulit di dalam teknik aplikasi Ini dimaksudkan sebagai persiapan sebelum
terdapat jarak berupa udara. Pada emitter yang pemberian latihan. Apabila elastisitas dan
berbentuk bulat sedang maka edan elektro- treshold jaringan saraf semakin membaik,
magnetik yang dipancarkan berbentuk sirkuler maka conduktivitas jaringan saraf akan mem-
dan paling padat di daerah tepi. Pada bentuk baik pula. Proses ini melalui efek fisiologis.
segiempat medan elektromagnetik yang dipan-
carkan berbentuk oval dan paling padat di Indikasi
daerah tengah. Pada pasien dengan cervical Kondisi inflamasi subakut dan kronik.
headache, menggunakan emitter yang berben- Spasme otot, jaringan colagen. Kelainan tu-
tuk bulat sedang. lang, sendi, otot. Kelainan saraf perifer (neu-
ritis)
Efek Fisiologis
Perubahan temperatur menyebabkan Kontra Indikasi
reaksi lokal jaringan yang dapat meningkatkan Pemakaian Implant pacemaker. Metal
metabolisme sel-sel lokal ± 13 % tiap kenaikan di dalam jaringan dan permukaan jaringan.
temperatur 1° C, juga dapat meningkatkan Gangguan sensasi panas. Perdarahan. Malig-
vasomotion sphincter sehingga timbul. Ho- nant tumor. Trombosis vena. Pasien dengan
meostatik lokal dan akhirnya terjadi vasodilatasi gangguan kontrol gerakan atau tidak bisa
lokal. Reaksi general, mungkin dapat terjadi bekerja sama.
kenaikan temperatur, tetapi perlu dipertim-
bangkan karena penetrasinya dangkal ± 3 cm Mekanisme pengurangan nyeri cervi-
dan aplikasinya lokal. Consensual efek menye- cal headache dengan MWD
babkan timbulnya respon panas pada sisi Seperti yang telah disebutkan sebe-
kontralateral dari segmen yang sama. Dengan lumnya bahwa salah satu Efek terapeutik yang
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 1, April 2007 9
Perbedaan Pengaruh Intervensi MWD dan TENS dengan MWD, TENS dan Traksi Leher Manual Terhadap Pengurangan Nyeri
Kepala pada Cervical Headache
dihasilkan dari MWD dapat diterapkan pada energi listrik ke dalam suatu jaringan pada
cervical headache, karena efek sedatifnya tiap-tiap fase dari pulsa disebut muatan pulsa.
dapat mengurangi nyeri melalui stimulasi Dengan kata lain muatan pulsa ditentukan oleh
sekunder pada saraf afferent. Namun selain itu intensitas arus dan durasi pulsa. Muatan pulsa
efek sekunder dari serabut saraf afferent dapat akan menimbulkan reaksi elektrokimia pada
mempengaruhi ujung serabut saraf pada jaringan di bawah elektroda. Durasi arusnya
spindle otot dan tendon golgi, yang akan sekitar 10 sampai 400 . Sedangkan frekuen-
mempengaruhi inhibisi terhadap motor neuron sinya berkisar antara 2 sampai 200 Hz.
sehingga akan mengurangi spasme (ketega- Voltasinya juga beragam, hanya saja dibatasi
ngan) pada otot. Dengan berkurangnya spasme pada amplitudo yang rendah, dengan nilai
otot tersebut diharapkan otot dapat berfungsi maksimum 50 dan 100 mA. TENS dapat
kembali. Efek lain adalah meningkatkan meta- merangsang pelepasan endorphine–dependent
bolisme sehingga dapat menurunkan nyeri sistem dan serotonin–dependent sistem oleh
akibat iskemia jaringan. tubuh. Pelepasan endorphine dependent sis-
tem dirangsang oleh TENS frekuensi rendah
Transcutaneus Electrical Nerve Stimu- dengan merangsang reseptor sensorik. Impuls
lation rangsang selanjutnya melakukan:
TENS merupakan suatu cara penggu-
naan energi listrik guna merangsang sistem Level Spinal
saraf melalui permukaan kulit dan terbukti Perangsangan substansia grisea perial-
efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri. kuaduktus menghasilkan enkefalin yang selan-
TENS mampu mengaktivasi baik saraf berdia- jutnya akan mengaktifkan nucleus raphe dan
meter besar maupun kecil yang akan me- nucleus retikular magnoseluler. Dari kedua
nyampaikan berbagai informasi sensoris ke nucleus itu dikirimkan impuls penghambat
saraf pusat. Efektifitas TENS dapat diterangkan nyeri ke medulla spinalis melalui jaras kaudal–
lewat teori gerbang kontrol. Pada TENS retikuler. Jaras kaudal–retikuler yang berasal
mempunyai bentuk pulsa monophasic, biphasic dari nucleus raphe adalah serabut sirotinergik,
dan polyphasic. Monophasic mempunyai bentuk sedang yang berasal dari nucleus retikuler
gelombang retranguler, trianguler dan gelom- magnoseluler adalah serabut norepinefnergik.
bang separuh sinus searah. Pada biphasic Di medula spinalis kedua jenis serabut saraf
bentuk pulsa rectanguler biphasic simetris dan tersebut bersinaps dengan serabut enkefali-
sinusoidal biphasic. Sedangkan pada pola nergik yang juga melakukan penghambatan
polyphasic ada rangkaian gelombang sinus dan presinaptik melalui penghambatan pelepasan
bentuk interferensi atau campuran. Pulsa substansi “P” oleh serabut saraf halus tak
monophasic selalu mengakibatkan pengum- bermyelin. Jalur pertama ini disebut juga TENS
pulan muatan listrik pulsa dalam jaringan efferent pathway.
sehingga akan terjadi reaksi elektrokimia dalam
jaringan yang ditandai dangan rasa panas dan Level Supraspinal
nyeri apabila penggunaan intensitas dan durasi Perangsangan hipothalamus menghasil-
terlalu tinggi. kan endorphine yang berkaitan dengan
reseptor opiat di substansia grisea perialkua-
Modifikasi Intensitas duktus, nucleus accumbens, amiglada, hube-
Intensitas sangat berpengaruh di dalam nula, termasuk nucleus arcuatus hipothalami
menentukan besarnya muatan arus listrik da- yang dikenal sebagai meso–zombic loop of
lam pulsa dan puncak arus listrik yang akan analgesic sehingga terjadi central pain relief.
berhubungan langsung dengan penetrasi dalam Perangsangan hipothalamus juga menghasil-
jaringan, semakin tinggi puncak arus listrik kan releasing factor yang akan merangsang
akan semakin dalam penetrasinya selama daya pelepasan endorphine dari hipofisis dan ACTH.
hantar listrik pada jaringan. Intensitas pulsa Endorphine dan hipofisis ini dilepaskan oleh
yang memadai durasi pulsa akan memberikan sirkulasi sistemik dan kembali ke otak serta
10 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 1, April 2007
Perbedaan Pengaruh Intervensi MWD dan TENS dengan MWD, TENS dan Traksi Leher Manual Terhadap Pengurangan Nyeri
Kepala pada Cervical Headache
medula spinalis setelah menembus blood–brain Pada kondisi kehamilan dan saat akan mela-
barrier untuk selanjutnya berikatan dengan hirkan.
reseptor opiat disusunan saraf pusat ACTH
akan merangsang pelepasan kortisol untuk me- Traksi Leher Manual
nekan reaksi inflamasi. Jalur kedua ini disebut Traksi leher manual adalah suatu meto-
juga TENS afferent pathway. Efek lain TENS de pengobatan yang dilakukan dengan mem-
adalah meningkatkan aliran darah kutaneus. berikan suatu force secara manual dengan
Terjadinya vasodilatasi kutaneus pada area tarikan tegak lurus dari mangkok sendi yang
aplikasi dengan intensitas yang kuat. Hal ini dikombinasikan dengan gerakan fungsional,
akan menstimulasi saraf sensoris yang menye- seperti fleksi, lateral fleksi dan rotasi.
babkan aktivasi vasodilatasi arteriole dan kemu-
dian terjadi pelepasan histamin. Efek traksi spinal
Elongation mekanis pada struktur
Penempatan Elektroda spine. Stretching otot-otot spinal. Meningkat-
Penempatan elektroda tidak terbatas kan tonus ligamen dan capsul facets joint.
pada daerah sekitar nyeri saja. Untuk menen- Melebarkan foramen intervertebralis. Menguat-
tukan letak dan metode penempatan elektroda kan kurva spinalis. Menggeser facet joint.
TENS harus memahami anatomi, prinsip Mengembalikan nucleus discus pada bentuk
fisiologi dan kondisi yang bersangkutan. Pe- awal. Mobilisasi facet joint. Mobilisasi akan
ngertian dasar tentang pola nyeri, sindroma berpengaruh tergantung dari posisi dan jenis
dan berbagai jaringan yang bisa sebagai sum- force yang diberikan, yaitu sliding atau trans-
ber nyeri merupakan suatu hal yang sangat lasi permukaan facet joint, distraksi atau
penting untuk dipahami dalam kaitannya de- melonggarkan permukaan facet. Kompressi
ngan penempatan elektroda. Metode penem- atau aproksimasi permukaan facet. Relaksasi
patan elektroda sebagai berikut, di sekitar otot, efek yang dapat terjadi akibat rileksasi
lokasi nyeri. Cara ini paling mudah dan paling adalah berkurangnya nyeri akibat spasme otot,
sering digunakan, sebab metode ini dapat peningkatan jarak vertebra yang cukup besar,
langsung diterapkan pada daerah nyeri tanpa
memperhatikan karakter dan letak yang paling Mekanisme penurunan nyeri oleh
optimal dalam hubungannya dengan jaringan traksi leher manual
penyebab nyeri. Penempatan elektroda pada Mekanis
leher setinggi C2-C3 sisi kanan dan kiri dan Movement pada area yang dilakukan
pada bahu sisi kanan dan kiri. Dermatom, dasar traksi akan meningkatkan sirkulasi dan dapat
pemikiran dari metode ini ialah daerah kulit membantu mengurangi stenosis dari sirkulasi,
tertutup akan mempunyai persyaratan yang sehingga akan mengurangi tekanan pada dura,
sama dengan struktur/jaringan yang tepat pembuluh darah, akar saraf pada foramen
dibawahnya. Paracervical, dengan menggu- intervertebralis. Perbaikan sirkulasi juga dapat
nakan 4 pad yang diletakkan pada leher sisi mengurangi iritasi kimia dan nyeri kepala.
kanan dan kiri dan pada upper trapezius kanan Penambahan jarak vertebra akan me-
dan kiri. ningkatkan ukuran foramen intervertebralis
yang akan mengurangi tekanan intradiskal
Indikasi TENS pada akar saraf diskus dan facet.
Kondisi nyeri baik yang besifat akut atau Tension pada capsul facet atau
kronik. distraksi pada permukaan facet dapat mele-
paskan meniscoid dari entrapment atau ex-
Kontraindikasi TENS trapment sehingga iritasi pada facet berkurang
Penderita penyakit jantung dengan ter- atau hilang.
pasang pacemakers. Pemakaian pada daerah Stretching mekanis pada jaringan yang
karotis sinus, otot laring atau pharing, area mengalami spasme dan memendek dapat
sensitif pada mata, dan membran mukosa. meningkatkan mobilitas segment, sehingga
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 1, April 2007 11
Perbedaan Pengaruh Intervensi MWD dan TENS dengan MWD, TENS dan Traksi Leher Manual Terhadap Pengurangan Nyeri
Kepala pada Cervical Headache
mengurangi tout band dan nyeri pada daerah Setelah dilakukan pengelompokan sam-
trigger yang berasal dari jaringan ikat yang pel, selanjutnya dilakukan hal-hal sebagai
mengalami spasme dan memendek, dan berku- berikut :
rang mobilitasnya. a. Kelompok Perlakuan I
Pada kelompok perlakuan I pasien dengan
Neurofisiologis cervical headache, sebelum diberi perla-
Stimulasi mekanoreceptor dapat mem- kuan, dilakukan pengukuran nyeri dengan
bloking transmisi stimulus nociceptor pada spi- menggunakan VRS. Kemudian diberikan
nal cord atau batang otak. Inhibisi refleks otot intervensi MWD dan TENS selama 6 kali
yang meningkat akan mengurangi rasa tidak dengan frekuensi 1 kali sehari. Selanjutnya
nyaman akibat otot yang contractur. dilakukan evaluasi kembali dengan melihat
hasil pengukuran nyeri dengan menggu-
Jenis aplikasi nakan VRS. Pengukuran ini dilakukan dan
Melalui pengaturan posisi dan pegangan dicatat hasilnya pada setiap perlakuan
tangan, terapis dapat memberikan force pada yang diberikan.
tiap segment yang diinginkan. Melalui penga- b. Kelompok Perlakuan II
turan posisi dapat dilakukan pada posisi duduk Pada kelompok perlakukan II dengan
atau tidur terlentang, force dapat diberikan sampel pasien cervical headache sebelum
pada segmen yang diinginkan. Namun pada diberi perlakuan, dilakukan pengukuran
pasien cervical headache traksi leer manual nyeri dengan MWD dan TENS Pasien
dilakukan pada posisi tidur terlentang. dengan nyeri kepala Pengurangan Nyeri
menggunakan VRS. Kemudian diberi
Metode Penelitian intervensi MWD, TENS dan Traksi Leher
Dalam melakukan penelitian ini bersifat Manual selama 6 kali dengan frekuensi 1
Quasi eksperimental untuk mempelajari per- kali sehari. Selanjutnya dilakukan evaluasi
bedaan pengaruh intervensi MWD dan TENS kembali dengan melihat hasil pengukuran
dengan MWD, TENS dan Traksi Leher Manual nyeri dengan menggunakan VRS. Penguku-
dalam mengurangi intensitas nyeri kepala aki- ran ini dilakukan dan dicatat hasilnya pada
bat cervical headache. Penelitian ini dibagi setiap perlakuan yang diberikan.
menjadi dua kelompok yaitu kelompok perla-
kuan satu diberi intervensi MWD dan TENS dan Hasil
kelompok perlakuan dua diberi intervensi MWD, Dalam melakukan penelitian, sampel
TENS dan Traksi Leher Manual. Penelitian yang digunakan adalah pasien Cervical
dilakukan dengan melihat perbedaan pengaruh Headache yang berkunjung ke Instalasi
pengurangan intensitas nyeri kepala karena Fisioterapi di RSAL. Dr. Mintohardjo, Jakarta.
cervical headache. Nilai intensitas nyeri diukur Sampel diperoleh melalui Asuhan Fisioterapi
dan dievaluasi menggunakan Verbal Rating pada pasien yang positif mengalami nyeri
Scale (VRS). Hasil dari nilai pengukuran inten- kepala karena ketegangan dari otot-otot
sitas nyeri akan dianalisa antara kelompok kepala dan leher yang telah dikelompokkan
perlakuan I dan kelompok perlakuan II. menjadi dua yaitu kelompok perlakuan I diberi
Dari hasil pemeriksaan pada pasien intervensi MWD dan TENS dan kelompok
yang positif mengalami nyeri kepala dan perlakuan II diberi intervensi MWD, TENS dan
diminta persetujuan untuk menjadi sampel Traksi Leher Manual dilakukan identifikasi data
dalam penelitian ini. Jumlah sampel secara menurut jenis kelamin dan usia.
keseluruhan 20 orang, yang kemudian dibagi Berdasarkan tabel 1 pada kelompok
dalam 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan I perlakuan I sampel laki- laki 3 orang (15%)
dan kelompok perlakuan II yang masing- dan sampel perempuan berjumlah 7 orang
masing berjumlah 10 orang. (35%) dengan jumlah seluruhnya 10 orang
(50%). Pada kelompok perlakuan II sampel
laki-laki 4 orang (20%) dan sampel perempuan
12 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 1, April 2007
Perbedaan Pengaruh Intervensi MWD dan TENS dengan MWD, TENS dan Traksi Leher Manual Terhadap Pengurangan Nyeri
Kepala pada Cervical Headache
Tabel 1
Distribusi sampel menurut jenis kelamin
Kelompok perlakuan I Kelompok perlakuan II Total
Jenis kelamin n % n % n %
Laki- laki 3 15% 4 20% 7 35%
Perempuan 7 35% 6 30% 13 65%
Jumlah 10 50% 10 50% 20 100%
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 2
Distribusi sampel menurut usia
Kelompok perlakuan I Kelompok perlakuan II Total
Usia (th) n % n % n %
20 – 22 4 20% 4 20% 8 40%
23 – 25 2 10% 1 5% 3 15%
26 – 28 1 5% 2 10% 3 15%
29 – 31 1 5% 1 5% 2 10%
32 – 34 1 5% 1 5% 2 10%
35 – 37 1 5% 1 5% 2 10%
Jumlah 10 50% 10 50% 20 100%
Sumber : Hasil Pengolahan Data
b. Uji signifikasi hipotesis dua sampel yang Berdasarkan tabel 8 dengan menggu-
saling berhubungan pada kelompok perla- nakan uji Mann-Whitney didapat deskriptif
kuan II dengan uji Wilcoxon. statistik dengan nilai mean untuk nilai selisih
c. Uji beda dua kelompok yang tidak berhu- kedua kelompok perlakuan I dengan nilai
bungan antara kelompok perlakuan I mean sebesar 1,30 dan nilai SD sebesar 0,48
dengan kelompok perlakuan II dengan uji dan kelompok perlakuan II dengan nilai mean
Mann-Whitney. sebesar 3,20 dan nilai SD sebesar 0,63 didapat
nilai Asym sig (2-tailed) 0,000 (P<nilai 0,05)
Berdasarkan tabel 6 maka didapatkan ini berarti sangat signifikan. Hal ini berarti Ho
uji Wilcoxon dengan nilai Asym sig (2-tailed) ditolak atau Ha diterima. Berdasarkan hal
0,004 (P< nilai 0,05) berarti signifikan, hal ini tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat
menunjukkan kelompok perlakuan I sesudah perbedaan nilai penurunan nyeri kepala pada
intervensi mengalami perubahan yang berma- kelompok perlakuan I yang diberi intervensi
kna dibandingkan kelompok perlakuan I sebe- MWD dan TENS dengan kelompok perlakuan II
lum intervensi. Berarti Ho ditolak atau Ha yang diberi intervensi MWD, TENS dan Traksi
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Leher Manual. Berdasarkan hasil uji statistik
terdapat perbedaan yang bermakna antara diatas, maka pada akhir penelitian dapat
sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok disimpulkan:
perlakuan tersebut. a. Penurunan nyeri kepala dengan intervensi
Berdasarkan tabel 7 maka didapatkan MWD dan TENS. Nilai Wilcoxon = Asym sig
uji Wilcoxon dengan nilai Asym sig (2-tailed) (2-tailed) 0,004, yang berarti signifikan.
0,004 (P< nilai 0,05) berarti signifikan, hal ini b. Penurunan nyeri kepala dengan intervensi
menunjukkan kelompok perlakuan II sesudah MWD, TENS, dan Traksi Leher Manual.
intervensi mengalami perubahan yang ber- Nilai Wilcoxon = Asym sig (2-tailed) 0,004,
makna dibandingkan kelompok perlakuan II yang berarti signifikan.
sebelum intervensi. Berarti Ho ditolak atau Ha c. Penurunan nyeri kepala dengan intervensi
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa MWD dan TENS dengan intervesi MWD,
terdapat perbedaan yang bermakna antara TENS, dan Traksi Leher Manual. Nilai
sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok Mann-Whitney = Asym sig (2-tailed) 0,000,
perlakuan tersebut. yang berarti sangat signifikan.
Tabel 6
Nilai pengukuran VRS sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan I
Kelompok perlakuan I
Sampel Sebelum intervensi Sesudah intervensi Penurunan
1 3 2 1
2 4 2 2
3 4 3 1
4 4 3 1
5 4 2 2
6 4 3 1
7 3 2 1
8 4 2 2
9 4 3 1
10 4 3 1
Mean 3,80 2,50 1,30
SD 0,42 0,52 0,48
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Tabel 7
Nilai pengukuran VRS sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok
perlakuan II
Kelompok perlakuan II
Sampel Sebelum intervensi Sesudah intervensi Penurunan
1 4 1 3
2 4 1 3
3 4 0 4
4 4 1 3
5 3 1 2
6 3 0 3
7 4 0 4
8 4 0 4
9 4 1 3
10 4 1 3
Tabel 8
Nilai selisih penurunan nyeri kepala antara kelompok perlakuan I dan kelompok
perlakuan II
Nilai selisih penurunan Nilai selisih penurunan
nyeri kepala kelompok nyeri kepala kelompok
perlakuan I perlakuan II
1 3
2 3
1 4
1 3
2 2
1 3
1 4
2 4
1 3
1 3
1,30 3,20
0,48 0,63
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Headache terjadi tanpa memandang usia dan penurunan nyeri kepala dengan nilai mean
jenis kelamin, meskipun ada kecenderungan 2,50 (SD=0,52) dengan nilai Asymp sig (2
lebih banyak terjadi pada wanita. Karena tailed) 0,004 yang berarti terjadi perubahan
adanya ketegangan/spasme otot-otot paracer- yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh adanya
vical akan mendekatkan ruang discus interver- efek teraupetik dari MWD yaitu vasodilatasi
tebralis sehinga menimbulkan iritasi discus dan pembuluh darah, perbaikan sirkulasi, metabo-
facet pada sendi headache C0-C1,C1-C2,C2-C3 lisme dan efek dari TENS yang dapat merang-
dan terjadi iritasi saraf yang akan menimbulkan sang pelepasan endorphine-dependent sistem
nyeri, spasme, tigh kontraktur, iskemik pada dan serotonin-dependent sistem oleh tubuh
trigger point dan spasme atau ketegangan yang dilanjutkan dengan penghambatan pele-
mengganggu sirkulasi darah yang melalui arteri pasan substansi “P” sehingga keluhan nyeri
vertebro basiler ke kepala sehingga terjadi dan spasme otot berkurang. Sedangkan hasil
hypoksia dan menimbulkan nyeri kepala. uji wilcoxon pada kelompok perlakuan II
Dimana saraf yang keluar menuju ke otot-otot dengan intervensi MWD, TENS dan Traksi
paracervical menjadi terhambat, sehingga Leher Manual juga terjadi penurunan nyeri
menimbulkan nyeri kepala. Nyeri yang timbul kepala pada akhir intervensi. Pada saat awal
akibat dari cervical headache menyebabkan intervensi nilai VRS pada kelompok perlakuan
aktivasi serabut saraf sensoris tipe A-delta dan II dengan mean 3,80 (SD=0,42) pada akhir
tipe C yang ada disekitar ligamentum longi- penelitian terjadi penurunan nyeri kepala
tudinal posterior, kemudian impuls nyeri dengan nilai mean 0,60 (SD=0,52) dengan
berjalan keatas melalui traktus spinothalamikus nilai Asymp sig (2 tailed) 0,004 yang berarti
lateral ke nukleus posteromedial ventral dan terjadi perubahan yang signifikan. Hal ini
posterolateral dari thalamus. Dari sini impuls disebabkan adanya tarikan tegak lurus dari
diteruskan ke girus postsentral dari korteks mangkok sendi yang dikombinasikan dengan
serebri dan terjadi pelepasan zat “P” yang gerakan fungsional, fleksi, lateral fleksi dan
menyebabkan timbulnya nyeri. rotasi dengan salah satu efek yang dihasilkan
Pada penelitian ini peneliti membedakan yaitu stretching terhadap otot-otot paracer-
beda pengaruh intervensi Micro Wave Diatermi vical, melebarkan foramen intervertebral
(MWD), dan Transcutaneus Electrical Nerve sehingga iritasi C0-C1,C1-C2,C2 -C3 dapat
Stimulasi (TENS) dengan Micro Wave Diatermi berkurang, terjadi pelepasan perlekatan pada
(MWD), Transcutaneus Electrical Nerve trigger point dan terjadi pula relaksasi otot-
Stimulasi (TENS) dan Traksi Leher Manual otot sehingga spasme dan nyeri kepala
terhadap penurunan nyeri kepala pada Cervical berkurang.
Headache. Dalam penelitian ini sampel dibagi Berdasarkan hal itu dapat ditarik
menjadi dua kelompok yaitu kelompok kesimpulan bahwa akan terjadi perbedaan nilai
perlakuan I di beri intervensi MWD dan TENS, pengurangan nyeri kepala antara kelompok
dengan kelompok perlakuan II diberi intervensi perlakuan I yang diberi intervensi MWD dan
MWD, TENS dan Traksi Leher Manual. Hasil TENS dengan kelompok II yang diberi inter-
yang didapat dari penelitian ini adalah terdapat vensi MWD, TENS dan Traksi Leher Manual.
perbedaan penurunan nyeri kepala antara Perbedaan tersebut terletak pada mekanisme
kelompok perlakuan I jumlah sampel 10 orang penghilangan atau pengurangan nyeri kepala,
yang diberi intervensi MWD dan TENS dengan dimana pada kelompok perlakuan I proses
kelompok perlakuan II jumlah sampel 10 orang pengurangan nyeri didapat dari proses
yang diberi intervensi MWD, TENS dan Traksi pengurangan gejala atau kondisi yang timbul
Leher Manual. Hasil uji wilcoxon pada kelompok akibat adanya cervical headache. Sedangkan
perlakuan I dengan pemberian intervensi MWD pada kelompok perlakuan II proses pengu-
dan TENS terjadi penurunan nyeri kepala pada rangan nyeri kepala didapatkan dari hilang
akhir intervensi. Pada saat awal intervensi nilai atau menurunnya tingkat keparahan penyebab
VRS pada kelompok perlakuan I dengan mean cervical headache, yaitu adanya efek
3,80 (SD=0,42) pada akhir penelitian terjadi stretching pada otot-otot paracervical yang
mengalami spasme atau memendek sehingga pada kelompok perlakuan I yang mengalami
mengurangi nyeri yang berasal dari jaringan penurunan nyeri dengan nilai VRS hanya 1, hal
yang memendek atau spame, melebarkan ini disebabkan karena pasien tidak murni
foramen intervertebralis sehingga akan menderita penyakit cervical headache dan
mengurangi tekanan pada akar saraf, dan kondisi nyeri yang dialami pasien tersebut
terjadi relaksasi otot dengan berkurangnya sudah kronis.
nyeri kepala akibat spasme otot. Sehingga pada
akhir penelitian dapat dilihat kemaknaan dari Kesimpulan
perbedaan pengaruh perlakuan I dan perlakuan 1. Intervensi MWD dan TENS memberi
II dibuktikan dengan melihat uji statistik Mann- pengaruh yang bermakna terhadap penu-
Whitney dari selisih pengurangan nilai Visual runan nyeri kepala.
Rating Scale (VRS) kelompok perlakuan I dan II 2. Intervensi MWD, TENS dan Traksi Leher
dengan nilai Asymp sig (2 tailed) 0,000 dimana Manual memberi pengaruh yang lebih ber-
nilai P < (0,000<0,05). Ini berarti secara makna terhadap penurunan nyeri kepala.
statistik bahwa ada perbedaan yang bermakna 3. Terdapat perbedaan pengaruh penurunan
terhadap pengurangan nyeri kepala antara nyeri kepala antara kelompok perlakuan
kelompok perlakuan I diberi MWD dan TENS yang diberi intervensi MWD dan TENS
dengan kelompok perlakuan II yang diberi dengan kelompok perlakuan yang diberi
MWD, TENS dan Traksi Leher Manual. intervensi MWD, TENS dan Traksi Leher
Adanya penurunan nyeri kepala setelah Manual.
terapi pada kelompok perlakuan II menunjukan
bahwa traksi leher manual merupakan Implikasi
modalitas yang baik dalam menurunkan nyeri Dengan penerapan pemberian MWD,
kepala akibat cervical headache. Pada kelom- TENS dan Traksi leher manual secara tepat
pok perlakuan I yang terdiri dari 10 orang yang dapat menurunkan intensitas nyeri kepala dan
diberi intervensi MWD dan TENS didapatkan menyembuhkan nyeri kepala akibat cervical
hasil yang bermakna juga, namun kedua headache.
intervensi tersebut belum efektif jika diban-
dingkan dengan traksi leher manual. Selama Daftar Pustaka
penelitian yang dilakukan pada pasien cervical Chanmugam & Wadsworth, “Electrophysical
headache pada kelompok perlakuan II ada 3 Agents in physiotherapy”, second edition,
pasien yang digugurkan karena pasien tersebut McGraw Hill, Singapore 1988.
sembuh setelah 1 x terapi, 3 x terapi dan 4 x
terapi sedangkan penelitian belum selesai. Hasil Clayne R. Jensen, Gordon W. Schultz, “Aplied
penilaian visual Rating Scale sesudah terapi Kinesiology The Scientific Study of
pada kelompok perlakuan II yang mengalami Evjenth Hamberg, Muscle Stretching in
penurunan sampai nilai VRS 0 sebanyak 4 Manual Therapy”, second edition, Alfa
orang yaitu sampel ke 3, 6, 7, dan 8 menun- Rehab Forlag, Italy, 1988.
jukkan bahwa penggunaan traksi leher manual
sangat berpengaruh pada penurunan nyeri Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,
kepala, hal ini dapat terjadi karena usia sampel “Bagian Ilmu Penyakit Saraf”, Ujung
pasien cervical headache 20 tahun sampai 35 Pandang, 1995.
tahun, pada usia tersebut tubuh belum
mengalami penurunan fungsi secara keselu- Gersh Roth Meryl, “Electrotherapy in
ruhan baik dari fungsi otot, tulang, peredaraan Rehabilitation”, Philadelphia 1992.
darah, pernafasan dan sistem-sistem lainnya
yang terkait dalam tubuh dan pasien datang ke Harsono, “Kapita Selekta Neurologi”, second
fisioterapi dalam kondisi nyeri yang akut, pa- edition, FK UGM, Yogyakarta, 1996.
sien tersebut murni menderita penyakit cervical
headache. Sedangkan ada beberapa pasien
18 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 1, April 2007
Perbedaan Pengaruh Intervensi MWD dan TENS dengan MWD, TENS dan Traksi Leher Manual Terhadap Pengurangan Nyeri
Kepala pada Cervical Headache