Anda di halaman 1dari 11

KOMBINASI MASASE LEBIH BAIK DIBANDINGKAN

KONTRAKSI ISOMETRIK PADA INTERVENSI MWD, TENS


DALAM PENURUNAN NYERI PADA KASUS SPONDYLOSIS
CERVICAL
1)
Made Bisma Wibawa, 2) I Made Niko Winaya, 3) I.G.N. Dedi Silakarma

1. Mahasiswa Program Studi Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana


2. Staff Dosen Program Studi Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
3. Staff Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

made.bisma@yahoo.co.id

ABSTRAK

Spondylosis Cervical merupakan penyebab terbanyak disfungsi medulla spinalis pada


pasien yang berusia lebih dari 55 tahun. Pasien yang mengalami Spondylosis Cervical
dapat diberikan terapi nonfarmakologis sebagai upaya untuk mengurangi nyeri. Oleh
karena pada penelitian ini ingin membuktikan kombinasi masase lebih baik daripada
kontraksi isometrik pada intervensi Micro Wave Diathermy, Trancutaneous Electrical
Nerve Stimulation dalam penurunan nyeri pada kasus Spondylosis Cervical. Rancangan
penelitian ini bersifat experimental dengan rancangan randomize pre test and post test
controlled group design, dimana pengambilan sample dari populualsi dilakukan secara
acak atau random. Subjek penelitian adalah penderita keluhan nyeri leher karena
Spondylosis Cervical yang menjalani rawat jalan di poliklinik fisioterapi RSU Prima
Medika Denpasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian intervensi Micro
Wave Diathermy, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation dan Latihan Kontraksi
Isometrik Dapat Menurunkan nyeri pada pasien Spondylosis Cervical dengan nilai
p = 0,00. Pemberian intervensi Micro Wave Diathermy, Transcutaneous Electrical
Nerve Stimulation dan masase dapat Menurunkan nyeri pada pasien Spondylosis
Cervical dengan nilai p = 0,00. Kombinasi masase dengan kontraksi isometrik pada
inervensi Micro Wave Diathermy, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation dengan
nilai prosentase 74,28% sedangkan dengan latihan kontraksi isometrik sebesar 51,38%.
Sehingga kombinasi masase lebih baik daripada latihan kontraksi isometrik dalam
penurunan nyeri pada kasus Spondylosis Cervical.
Kata kunci: kontraksi isometrik, masase, nyeri, Spondylosis Cervical

MASSAGE COMBINATION BETTER THAN ISOMETRIC


CONTRACTION AT INTERVENTION OF MWD, TENS IN
DECREASE OF PAIN AT CASE OF SPONDYLOSIS CERVICAL

ABSTRACT

Spondylosis Cervical is the most of disfunction of medulla spinalis at the patient who
have age more than 55 years old. The patient who experiences Spondylosis Cervical can

1
be applied non pharmacologis therapy as effort to decrease the pain. Therefore this
study want to examine whether massage combination better than isometric contraction
at intervention of micro wave diathermy, trancutaneous electrical nerve stimulation in
decrease of pain at case of Spondylosis Cervical. This study was experimental with
randomize pre test and post test controlled group design, that sample was taken from
population in random. Subjek of study were the sufferer who was sigh of pain at their
neck because Spondylosis Cervical and go through of out-patient at physiotherapy
polyclinic of Prima Medika hospital Denpasar. The result of study shows that by giving
of intervention of Micro Wave Diathermy, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation
and exercise of Isometric contraction can to decrease the pain at the Spondylosis
Cervical patient with p value = 0,00. By giving of intervention of Micro Wave
Diathermy, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation dan massage can decrease
Spondylosis Cervical pain in the patients with p value = 0,00. Massage combination
with isometric contraction in Micro Wave Diathermy intervention, Transcutaneous
Electrical Nerve Stimulation with presentation value 74,28% beside that with isometric
contaction exercise 51,38%. Finally combination massage is better than isometric
contraction exercise to decrease Spondylosis Cervical pain.
Key Word: Isometric contraction, massage, pain, Spondylosis Cervical

PENDAHULUAN sklerotik dan membentuk osteofit


(Angela, 2008).
Gangguan gerak dan fungsi tubuh Nyeri leher atau dikenal juga
bisa disebabkan oleh penyakit, salah sebagai nyeri servikal, nyeri tengkuk
satunya adalah penyakit degeneratif atau cervical syndrome merupakan
yang biasanya terjadi seiring dengan keluhan yang sering dijumpai di praktik
bertambahnya usia yang diakibatkan klinik. Tiap tahun 16,6% populasi
karena terjadinya penurunan fungsi dewasa mengeluh rasa tidak enak di
struktur tubuh dan daya tahan tubuh. leher, bahkan 0,6% berlanjut menjadi
Salah satu penyakit degeneratif yang nyeri leher yang berat. Insiden nyeri
sering terjadi adalah Spondylosis leher meningkat dengan bertambahnya
Cervical. usia. Lebih sering mengenai wanita
Spondylosis adalah perubahan daripada laki-laki dengan perbandingan
degeneratif yang terjadi pada diskus 1,67 : 1 (Hudaya, 2009). Kondisi ini
intervertebra dan badan vertebra. Diskus sering diakibatkan oleh spondylosis
intervertebralis kehilangan hidrasi dan cervicalis atau osteoartritis yang terjadi
elastisitas saat menua, menyebabkan pada vertebrae Cervical. Spondylosis
retak dan fisura. Selanjutnya diskus cervicalis sering didapatkan pada pasien
kolaps karena inkompetensi biomekanik, yang berusia lanjut dan merupakan
menyebabkan annulus menonjol ke luar. penyebab terbanyak disfungsi medula
Ligamen sekitar juga kehilangan sifat spinalis pada pasien yang berusia lebih
elastis dan membentuk spur akibat dari 55 tahun (Robin, 2003).
tarikan. Pembentukan spur Patofisiologi Spondylosis
uncovertebral terjadi akibat proses Cervical adalah suatu kondisi patologi
degeneratif di mana sendi faset persendian akibat degenerasi pada
kehilangan tulang rawan menjadi discus intervertebralis dan jaringan

2
pengikat persendian antara ruas cervical Pertama diberikan intervensi MWD,
vertebra. Dimulai degenerasi ketika TENS dan kontraksi isometrik. Pada
integritas serabut kolagen berkurang Kelompok Kedua diberikan intervensi
kekentalan serta kandungan air atau MWD, TENS dan masase.
matriks yang terdapat didalamnya. MWD merupakan suatu
Keadaan ini menyebabkan diskus pengobatan dengan menggunakan
berkurang kemampuannya sebagai stessor fisis berupa energi
bantalan sendi yang berfungsi menahan elektromagnetik yang dihasilkan oleh
dan menyesuaikan beban. Dengan arus bolak-balik frekuensi 2450 MHz
berkurangnya matriks menyebabkan dengan panjang gelombang 12,25cm
kemampuan diskus menyerap air yang memiliki efek terapeutik
kedalam tulang berkurang, sehingga mengurangi nyeri, normalisasi tonus
nukleus menjadi sedikit kering dan otot melalui efek sedative serta
mengkerut serta terjadi perbaikan metabolisme.
ketidakseimbangan penumpuan beban TENS adalah salah satu
akan menyebabkan sendi facet elektroterapi yang paling sering
bergesekan, apabila terjadi secara terus digunakan sebagai analgesia atau
menerus menyebabkan timbul osteofit penghilang rasa sakit. Metode yang
yang mengakibatkan tertekannya akar dilakukan pada TENS adalah
saraf, spasme otot, dan nyeri pada pemberianarus listrik ke saraf dan
kondisi Spondylosis Cervical. menghasilkan panas untjuk mengurangi
Nyeri pada leher yang kekakuan,meningkatkan mobilitas dan
diakibatkan oleh Spondylosis Cervical menghilangkan nyeri.
dapat terjadi karena adanya proses Terapi latihan merupakan suatu
degenerasi dari diskus dan terjadi teknik atau cara untuk menggerakkan
penekanan pada annulus fibrosus tubuh atau bagian-bagiannya yang
sehingga beban sendi facet meningkat, ditujukan untuk mengurangi gejala dan
terjadi inflamasi intraartikuler akibat memperbaiki fungsi. Neck Cailliet
reaksi dari kapsul ligamentum flavum Exercise adalah suatu bentuk latihan
yang menyebabkan nyeri terutama yang ditujukkan pada daerah disekitar
gerakan fleksi dan ekstensi cervical. leher yang antara lain bertujuan untuk
Pasien yang mengalami cervical koreksi sikap/postur yang baik,
Spondylosis dapat diberikan terapi stabilitas sendi, mobilisasi sendi,
nonfarmakologis sebagai upaya untuk memperkuat otot-otot penyokong leher
mengurangi nyeri yang merupakan serta melenturkan otot-otot leher
salah satu gejala yang mengganggu (Cailliet, 1991).
pasien. Beberapa terapi non Masase adalah suatu teknik
farmakologis yang dapat dilakukan manipulasi pada jaringan lunak tubuh
untuk mengurangi rasa nyeri yaitu yang bertujuan untuk meningkatkan
dengan menggunakan modalitas sirkulasi darah, relaksasi otot,
fisioterapi antara lain Micro wave mengurangi nyeri, meregangkan otot
Diathermy (MWD), Transcutaneous dan meningkatkan oksigen dalam darah.
Elektrical Nerve Stimulation (TENS), Masase akan menimbulkan suatu
latihan kontraksi isometrik dan masase. pengaruh fisiologis dan mekanis yang
Dari uraian di atas, mendatangkan suatu relaksasi atau rasa
melatarbelakangi penulis untuk mencoba sakit yang berkurang akibat adanya
memberikan intervensi pada 2 kelompok pembengkakan (haematome).
dan membandingkannya. Kelompok

3
METODE PENELITIAN Instrumen Penelitian
VAS (Visual Analogue Scale)
Rancangan Penelitian adalah alat ukur yang digunakan untuk
Rancangan penelitian ini adalah
pengukuran intensitas dan tipe nyeri
eksperimental penelitian dengan
dengan menggunakan garis lurus yang
rancangan randomized pre and post test
diberi ukuran 10 cm yang
group design yang bertujuan untuk
menggambarkan intensitas nyeri yang
membandingkan antara intervensi
berbeda dengan ujung kiri diberi tanda
MWD, TENS dan Kontraksi Isometrik
yang berarti “tidak nyeri” sedangkan
dengan MWD, TENS dan Masase.
ujung kanan diberi tanda yang berarti
Tujuan penelitian ini adalah untuk
“nyeri berat”
mengetahui perbedaan kombinasi
masase dengan kontraksi isometrik pada Peneliti menggunakan beberapa uji
intervensi MWD, TENS dalam statistik dalam menganalisis data,yaitu:
penurunan nyeri pada kasus Spondylosis 1. Deskriptif data
Cervical. a. Untuk menganalisis umur, tinggi
Pengurangan nyeri diukur dengan badan, berat badan dari tiap
menggunakan metode Visual Analogue sampel.
Scale (VAS). Hasil pengukuran b. Menganalisis intensitas nyeri
pengurangan nyeri akan dianalisis dan sebelum dan sesudah perlakuan
dibandingkan antara Kelompok pada kedua kelompok.
Perlakuan I dan Kelompok Perlakuan II. 2. Uji normalitas data dengan Saphiro
Wilk Test, untuk mengetahui
Populasi dan Sampel sebaran data terdistribusi normal
Populasi target penelitian ini atau tidak. Nilai signifikansi lebih
adalah semua pasien dengan keluhan besar dari 0,05 (p > 0,05), maka data
nyeri pada leher karena Spondylosis terdistribusi normal. Dengan
Cervical yang menjalani rawat jalan di demikian dapat menggunakan
poliklinik Fisioterapi RSU Prima pengujian hipotesis dengan
Medika Denpasar yang memenuhi parametric statistic.
kriteria inklusi, kriteria eksklusi dan 3. Uji homogenitas data dengan Leven's
kriteria pengguguran. Penelitian test, umtuk mengetahui sebaran data
dilakukan dalam kurun waktu 6 bulan. bersifat homogen atau tidak.
Perbedaan hasil penghitungan Apabila nilai signifikansi lebih besar
maka sampel ditetapkan berjumlah 20 dari 0,05 (p > 0,05), maka data
orang setelah masing-masing kelompok bersifat homogen.
ditambah 20%. Sampel akan dibagi 4. Analisis komparasi:
menjadi dua kelompok perlakuan Untuk data sampel berdistribusi
dengan masing-masing kelompok normal digunakan uji :
berjumlah 10 orang dengan perlakuan : a. Paired sample t-test
1. Kelompok Perlakuan I akan Untuk uji data dua sampel
diberikan intervensi MWD, TENS berpasangan yang berdistribusi
dan Kontraksi Isometrik. normal. Jika probabilitas (p) >
2. Kelompok Perlakuan II akan 0,05 maka Ho diterima. Jika
diberikan intervensi MWD, TENS probabilitas (p) < 0,05 maka
dan Masase. Ho ditolak.
b. Independent sample t-test.

4
Untuk uji data dua sampel Tabel 2 Hasil Uji Normalitas dan
tidak berpasangan yang Homogenitas Data Rerata Keluhan
berdistribusi normal. Jika Nyeri pada Kasus Spondylosis Cervical
probabilitas (p) > 0,05 maka
Ho diterima. Jika probabilitas Rerata
p. Uji Normalitas
(p) < 0,05 maka Ho ditolak. (Saphiro Wilk Test) p
Keluhan
Kelompok Kelompok Homogenitas
Nyeri
I II
Sebelum
0,668 0,074 0,174
HASIL PENELITIAN perlakuan
Sesudah
0,238 0,055 0,155
Perlakuan
Karakteristik sampel dari hasil
pengumpulan data diolah dengan Berdasarkan hasil uji normalitas
menggunakan instrumen penelitian (Shapiro Wilk-Test) dan uji
yang diterapkan dalam penelitian ini, homogenitas (Levene Test) data rerata
maka didapatkan nilai sebagai berikut: keluhan nyeri pada kasus Spondylosis
Cervical sebelum perlakuan
Tabel 1 Karakteristik Subjek menunjukkan bahwa dari dua uji
tersebut pada kedua kelompok
Rata-rataSD
Karakteristik Kelompok F perlakuan memiliki nilai p lebih besar
Kelompok p
Subjek
I (n=10)
II hitung dari 0,05 (p>005), yang berarti data
(n=10)
Umur 48,57,21 49,36,36 0,187 0,671 rerata keluhan nyeri pada kasus
Jenis Spondylosis Cervical sebelum
Kelamin
Laki-laki 5 (50%) 4(40%)
perlakuan berdistribusi normal dan
Perempuan 5(50%) 6(60%) homogen. Sedangkan data rerata
keluhan nyeri pada kasus Spondylosis
Dilihat dari segi umur pada kedua Cervical sesudah perlakuan
kelompok adalah tidak berbeda secara menunjukkan bahwa dari uji normalitas
signifikan ditunjukkan dengan nilai memiliki nilai p lebih besar dari 0,05
p =0,671. Hal ini berarti tidak ada (p> 0,05) dan dari uji homogenitas
perbedaan umur responden pada diperoleh nilai p lebih besar dari 0,05
penelitian ini atau bersifat homogen. (p> 0,05), yang berarti data rerata
Begitu pula dilihat dari jenis kelamin keluhan nyeri pada kasus Spondylosis
tidaklah berbeda. Cervical berdistribusi normal dan
Untuk menentukan uji statistik homogen, sehingga hasil analisis pada
yang akan digunakan maka terlebih tabel equal assumed.
dahulu dilakukan uji normalitas dan Untuk mengetahui perbandingan
homogenitas data rerata keluhan nyeri rerata keluhan nyeri atau intensitas
pada kasus Spondylosis Cervical nyeri pada penderita kasus Spondylosis
sebelum dan sesudah perlakuan. Uji Cervical subyek penelitian yang
normalitas dengan menggunakan uji menggunakan VAS (Visual Analogue
Saphiro Wilk Test, sedangkan uji Scale) pada kedua kelompok sebelum
homogenitas menggunakan Levene’s perlakuan. Hasil analisis kemaknaan
Test untuk semua variabel bebas dan dengan uji t-independent.
tergantung.

5
Tabel 3 Rerata Keluhan Nyeri pada penurunan keluhan nyeri kasus
Penderita kasus Spondylosis cervical Spondylosis Cervical sebelum dan
Sebelum Perlakuan pada Kedua sesudah perlakuan dimana berbeda
Kelompok secara bermakna (p<0,05).
Uji beda terapi pada kedua
Kelompok
RerataSD kelompok sesudah perlakuan dilakukan
N Keluhan t p
Subjek
Nyeri Awal
dengan tujuan untuk membandingkan
Kelompok 1 10 7,21,54 -3,38 0,740 rerata keluhan nyeri pada kasus
Kelompok 2 10 7,01,05 Spondylosis Cervical pada kedua
kelompok sesudah perlakuan berupa
Didapatkan hasil rerata keluhan terapi dengan kombinasi masase dan
nyeri penderita kasus Spondylosis intervensi MWD, TENS. Hasil analisis
Cervical awal kelompok satu adalah kemaknaan dengan ujii t-independent
7,21,54 dan kelompok dua adalah
7,01,05. Analisis kemaknaan dengan Tabel 5 Beda Rerata Keluhan Nyeri
uji t-independen menunjukkan bahwa pada Penderita Kasus Spondylosis
nilai t = -3,38 dan nilai p = 0,740. Hal Cervical pada Kedua Kelompok
ini berarti rerata keluhan nyeri pada
kasus Spondylosis Cervical sebelum Rerata
Keluhan
perlakuan pada kedua kelompok tidak Kelompok
n Nyeri SD t p
berbeda secara bermakna (p>0,05). Subyek
Sesudah
Untuk mengetahui rerata Perlakuan
penurunan nyeri pada kasus Spondylosis Kelompok 1 10 3,51,26
-3,157 0,005
Cervical sesudah diberikan perlakuan Kelompok 2 10 1,81,13
berupa kombinasi massase dan
intervensi MWD, TENS dilakukan Uji Didapatkan hasil rerata keluhan
efek perlakuan. Hasil analisis nyeri kasus Spondylosis Cervical pada
kemaknaan dengan uji t-paired kelompok 1 sesudah perlakuan adalah
1,81,13, sedangkan pada kelompok 2
Tabel 4 Rerata Keluhan Nyeri pada adalah 1,81,13, analisis kemaknaan
Penderita Kasus Spondylosis Cervical dengan uji t-independent menunjukkan
Sebelum Dan Sesudah Perlakuan pada bahwa t=-3,157 dengan nilai p = 0,005.
Kedua Kelompok Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
menghasilkan rerata keluhan nyeri
Subjek RerataSD
Penelitian Pre Post
Selisih t p kasus Spondylosis Cervical sesudah
Kelompok 1 7,21, 3,51,2 3,7 7,89 0,00 perlakuan berbeda secara bermakna
54 6
Kelompok 2 7,01, 1,81,1 5,2 39 0,00 (p<0,05).
05 3 Penelitian melakukan
penghitungan persentase penurunan
Didapatkan hasil rerata keluhan keluhan nyeri pada penderita kasus
nyeri pada penderita Spondylosis Spondylosis Cervical pada kedua
Cervical pada kedua kelompok kelompok perlakuan
mengalami penurunan dari rerata
keluhan nyeri perderita Spondylosis
Cervical sebelum mendapat perlakuan.
Analisis kemaknaan dengan uji t-paired
menunjukkan bahwa pada masing-
masing kelompok menghasilkan

6
Tabel 5.6 pasien diantara kedua kelompok
Persentase Penurunan Keluhan Nyeri perlakuan adalah homogen (p>0,05).
pada Penderita Kasus Spondylosis Hal ini menunjukkan bahwa subyek
Cervical Setelah Perlakuan penelitian ini memiliki karakteristik
umur yang tidak berbeda.
Hasil Analisis .
Keluhan Keluhan Beda Persentase
Kelompok Efek MWD, TENS, Kontraksi
Nyeri Nyeri Keluhan Keluhan
Awal Akhir Nyeri Nyeri (%) Isometrik
Kelompok 7,2 3,5 3,7 51,38
1 Berdasarkan hasil penelitian
Kelompok 7,0 1,8 5,2 74,28 diperoleh rerata keluhan nyeri penderita
2
kasus Spondylosis Cervical awal
kelompok satu sebelum perlakuan
Berdasarkan persentase rerata
adalah 7,2 dan setelah perlakuan sebesar
penurunan keluhan nyeri kasus
3,5. Ditinjau dari nilai rerata diperoleh
Spondylosis Cervical menunjukkan
penurunan skor. Hal ini berarti adanya
bahwa persentase rerata penurunan
penurunan nyeri yang di rasakan oleh
keluhan nyeri kasus Spondylosis
penderita. Hasil rerata dipertegas oleh
Cervical pada kelompok dua lebih besar
analisis kemaknaan dengan uji t-paired
daripada kelompok satu. Dengan
menunjukkan bahwa pada kelompok
demikian dapat dikatan bahwa
MWD, TENS dan latihan kontraksi
perlakuan kelompok dua yaitu MWD,
isometrik menghasilkan penurunan
TENS, masase lebih baik dibandingkan
keluhan nyeri kasus Spondylosis
dengan perlakuan kelompok satu yakni
Cervical sebelum dan sesudah
dengan intervensi MWD, TENS,
perlakuan berbeda secara bermakna
kontraksi isometrik.
(p<0,05).
Efek yang ditimbulkan oleh
pemberian intervensi Micro Wave
PEMBAHASAN
Diathermy, Transculateneous Electrical
Nerve Stimulation dan latihan isometrik
Karakteristik Sampel
dapat menurunkan nyeri pada pasien
Penelitian ini bersifat
Spondylosis Cervical. Dengan
eksperimental dengan rancangan
pemberian MWD panas yang ringan
randomized pre test dan post test group
(mild heating), diathermi dapat
design untuk membandingkan
kombinasi pemberian terapi MWD, menstimulasi saraf bermyelin tebal A
TENS, kontraksi isometrik, dan MWD, dan C melalui system sinaps, sehingga
TENS, masase. Populasi penelitian ini sensasi nyeri akan terblok dan nyeri
adalah pasien yang datang ke klinik menjadi berkurang. Jika intensitas
fisioterapi RSU Prima Medika Denpasar tinggi maka terjadi stimulasi nocinoxius
yang didiagnosis keluhan Spondylosis ringan yang dibawa ke thalamus melalui
Cervical pada bulan Juli – Agustus traktus spinotalamikus, sehingga terjadi
2013. Hasil penelitian didapatkan 20 pelepasan endorphin yang
responden yang memenuhi syarat sesuai menyebabkan nyeri hilang dan reaksi
kriteria inklusi dan eksklusi. mengantuk sehingga otot menjadi
Rerata pasien yang menjadi rileks. Pemberian MWD yang dapat
responden dalam penelitian ini adalah meningkatkan sirkulasi, mengurangi
48,5 pada kelompok 1 dan 49,3 tahun spasme otot, efek sedatif, serta
pada kelompok 2. Dari hasil uji meningkatkan kelenturan kapsulo
homogenitas, ditemukan bahwa umur ligamen dan penyerapan sisa

7
metabolisme atau iritan yang atau keluhan subyektif yaitu nyeri dan
menyebabkan nyeri menjadi berkurang spasme. Manfaatnya memperbaiki
Begitu pula Transcutaneous mobilitas dan stabilitas struktur sendi
Electrical Nerve Stimulation (TENS) vertebra. Sifat latihan dimulai dari
merupakan suatu cara penggunaan kontraksi statik secara general dengan
energi listrik guna merangsang sistem posisi yang telah terkoreksi, sehingga
saraf melalui permukaan kulit dan memungkinkan semua otot berkontraksi
terbukti efektif untuk merangsang secara general. Kemudian pada saat
berbagai tipe nyeri. TENS mampu bersamaan otot yang lemah diberikan
mengaktivasi baik saraf berdiameter manual muscular stimulation untuk
besar maupun kecil yang akan mendapatkan luapan impuls dari otot
menyampaikan berbagai informasi yang kuat yang telah berkontraksi
sensoris ke saraf pusat. Efektifitas secara general. Dari stimulasi tadi akan
TENS dapat diterangkan lewat teori didapatkan reaksi spontan berupa
control gerbang. TENS kontraksi (penguatan) dan gerakan
(Transcutaneous Electrical Nerve (penguluran) pada struktur lokal atau
Stimulation) adalah terapi modalitas otot-otot postural yang dirangsang.
yang tidak invasif dan tidak adiktif. Sebagai hasil kontraksi dipertahankan
TENS adalah salah satu elektroterapi 6-8 detik kemudian rileks, gerakan ini
yang paling sering digunakan sebagai akan diikuti interval relaksasi secara
analgesia. Pada TENS ini juga spontan, sehingga nyeri akan berkurang
menggunakan burst sehingga akan dan mobilitas lebih memungkinkan
menimbulkan kontraksi otot sangat jelas terjadi. Durasi kontraksi setelah 8 detik
pada saat terapi dilakukan.Dari juga dapat memberikan relaksasi otot.
kontraksi ini akan dihasilkan efek Penelitian yang dilakukan Nia
pumping reaction pada otot sehingga 2006 di Universitas Esa Unggul Jakarta
akan memacu proses sirkulasi jaringan mengenai penggunaan MWD, TENS
yang menyebabkan otot menjadi lemas yang bertujuan untuk mengurangi nyeri
atau tidak tegang. Dengan perlakuan dan meningkatkan elastisitas pada
MWD, TENS dipadukan dengan latihan frozen shoulder, sebelum dilakukan
isometrik kontraksi tentu saja manipulasi sangat efektif sehingga
memberikan efek pengurangan rasa pasien saat dilakukan manipulasi terjadi
nyeri dan dapat menstabilkan sendi dan penurunan nyeri dan peningkatan
memperkuat otot-otot penyokong leher. lingkup gerak sendi dari manipulasi
Hasil penelitian ini sejalan yang diberikan.
denggan teori yang diungkapkan dalam Penelitian lain dilakukan oleh
Cailliet (1991) yang menyebutkan Wahyu Agung, 2010 di RS Dr.
bahwa dengan latihan kontraksi Moewardi mengenai pemberian terapi
isometrik dapat mengurangi keluhan modalitas (heating),TENS dan terapi
dan memperbaiki fungsi pada leher. latihan pada pasien Cervical Roots
Konsep kontraksi merupakan bentuk Syndrome dengan kelompok control
latihan yang memandang bahwa otot- obat placebo. Hasil penelitian yang
otot yang lemah dipandang sebagai satu diperoleh cukup bermakna dimana
kesatuan neuromuscular secara totalitas. pemberian terapi modalitas (heating),
Disamping itu, bahwa yang dilatih yang TENS, terapi latihan menurunkan nyeri
mengalami spasme dan nyeri serta secara signifikan pada kasus Cervical
gangguan mobilitas. Tujuan latihan ini Roots Syndrome.
dikaitkan dengan pengurangan gejala

8
Efek MWD, TENS, Kombinasi perbedaan pengaruh pemberian masase
Masase terhadap penurunan nyeri sangatlah
Berdasarkan hasil penelitian baik. Pada kelompok perlakuan, efek
diperoleh rerata keluhan nyeri penderita dari terapi masase yang diharapkan
kasus Spondylosis Cervical awal adalah menstimulasi sirkulasi darah,
kelompok dua sebelum perlakuan memperbaiki O2, mempercepat proses
adalah 7,0, setelah perlakuan menjadi pembuangan sisa metabolisme, menjaga
1,8. Hal ini berarti adanya penurunan fleksibilitas jaringan serta memfasilitasi
nyeri yang di rasakan oleh penderita. relaksasi umum, mengurangi
Hasil rerata dipertegas oleh analisis ketegangan otot sehingga nyeri
kemaknaan dengan uji t-paired. Pada berkurang. Pemikiran terhadap tekanan
kelompok MWD, TENS dan kombinasi rupanya merupakan hal yang penting
masasae dihasilkan penurunan keluhan dari permulaan uraian masase, sehingga
nyeri kasus Spondylosis Cervical diharapkan untuk selalu memperhatikan
sebelum dan sesudah perlakuan berbeda indikasi dan kontra indikasi masase.
secara bermakna (p<0,05). Walaupun ada variasi yang besar dari
Menurut Johnson yang dikutip pengalaman dalam teknik masase.
oleh Parjoto (2006) disebutkan bahwa Penelitian juga dilakukan oleh
Transcutaneous Electrical Nerve Cucu Handayani 2006 dari Universitas
Stimulation (TENS) merupakan suatu Esa Unggul jakarta yang meneliti
cara penggunaan energi listrik guna pengaruh pemberian masase dan latihan
merangsang sistem saraf melalui Mc kenzie terhadap penurunan nyeri
permukaan kulit dan terbukti efektif pada kasus mechanikal back pain
untuk merangsang berbagai tipe nyeri. terhadap 30 orang sample. Pemberian
Pemberian MWD dapat meningkatkan masase dan latihan Mc kenzie
sirkulasi, mengurangi spasme otot, efek memberikan hasil yang signifikan
sedatif, serta peningkatan kelenturan dalam penurunan nyeri yang diukur
kapsulo ligamen dan penyerapan sisa dengan skala VAS sebelum dan sesudah
metabolisme atau iritan yang terapi dengan hasil p=0,000. Ini
menyebabkan nyeri menjadi berkurang. membuktikan bahwa masase
Kedua metode tersebut memberikan memberikan efek relaksasi untuk
efek pengurangan nyeri, bila mengurangi spasme otot. Demikian pula
dikombinasikan dengan masase dapat dengan latihan Mc kenzie yang
memberikan penekanan secara langsung prinsipnya sama dengan latihan
pada daerah yang mengalami gangguan kontraksi isometrik yang menimbulkan
serta memberikan manipulasi pada otot. efek relaksasi dan meningkatkan
Manipulasi jaringan otot berupa stabilitas dan kekuatan otot.
penekanan pada daerah yang mengalami
gangguan akan mengirimkan pesan Kombinasi Masase Lebih Baik
kepada sistem saraf pusat dan dengan Daripada Kontraksi Isometrik pada
segera akan terjadi peningkatan Intervensi MWD dan TENS
sirkulasi ke daerah yang mengalami Masase merupakan teknik
gangguan atau spasme. Peningkatan manipulasi pada jaringan lunak tubah
sirkulasi ini akan membuat jaringan otot yang bertujuan untuk meningkatkan
lebih fleksibel dan elastik. sirkulasi darah, relaksasi otot,
Penelitian lain yang dilakukan mengurangi nyeri, meregangkan otot dan
oleh Agustiningsih 2006 yang dikutip meningkatkan oksigen dalam darah.
dari Theresia Rica 2012 tentang Dengan manipulasi jaringan otot berupa

9
penekanan pada daerah yang mengalami mengurangi ketegangan otot,
gangguan akan mengirimkan pesan yang mengurangi nyeri, dapat memfasilitasi
panjang kepada system saraf pusat dan general rileksasipada tubuh serta
akan terjadi peningkatan sirkulasi darah menjaga fleksibilitas jaringan sekitar.
ke daerah yang mengalami gangguan Dengan adanya peningkatan pada
serta dapat memperbaiki jumlah oksigen sirkulasi darah diharapkan akan
dan nutrisi ke dalam jaringan otot mempercepat proses pembuangan sisa
disamping mempercepat pembuangan metabolism yang akan mempercepat
sisa-sisa metabolisme. Dengan demikian proses pembuangan sisa metabolisme
akan terjadi pengurangan kelelahan otot yang akan mengurangi spasme otot serta
dan rasa sakit. Pemanfaatan energi listrik rileksasi umum pada tubuh sehingga
dalam bentuk MWD maupun TENS akan menghilangkan rasa nyeri yang
dengan kelebihannya seperti dirasakan (Agustiningsih, 2006).
memberikan efek panas, sedatif dan
mengaktivasi saraf berdiameter besar
serta kekurangnya pada mekanisme
analgetik di tingkat segmental, bila SIMPULAN DAN SARAN
dikombinasikan dengan metode masase
maka kekurangan yang dimiliki pada Simpulan
metode MWD dan TENS akan dapat di Berdasarkan hasil penelitian dan
kurangi. Kombinasi dengan masase lebih analisis data maka dapat ditarik
baik daripada dengan kontraksi isometrik simpulan penelitian ini sebagai berikut:
dikarenakan pada masase pasien merasa 1. Pemberian intervensi Micro Wave
diberikan rasa nyaman karena adanya Diathermy, Transcutaneous
kontak langsung terapis kepada pasien Electrical Nerve Stimulation dan
yang memberikan efek psikologis serta Latihan Kontraksi Isometrik dapat
rasa percaya diri (self confidence) kepada menurunkan nyeri pada pasien
penderita. Pada kombinasi kontraksi Spondylosis Cervical.
isometrik perlu kerjasama yang baik 2. Pemberian intervensi Micro Wave
antara penderita dan fisioterapis dalam Diathermy, Transcutaneous
melakukan latihan. Karena bersifat Electrical Nerve Stimulation dan
latihan maka harus dilakukan berulang- masase dapat menurunkan nyeri
ulang dan butuh waktu lama, serta pada pasien Spondylosis Cervical.
pengawasan oleh fisioterapis untuk 3. Pemberian intervensi Micro Wave
memperoleh hasil yang maksimal Diathermy, Transcutaneous
(http://ra-dewisekarmelati.blogspot.com/ Electrical Nerve Stimulation dan
p/masase.html). masase lebih baik daripada
Efek fisiologis masase dalam pemberian intervensi Micro Wave
penurunan nyeri adalah dapat Diathermy, Transcutaneous
melepaskan ketegangan dan produk- Electrical Nerve Stimulation dan
produk sisa metabolismepada otot yang kontraksi isometrik dalam
menimbulkan rasa nyeri. Masase penurunan nyeri pada kasus
membantu nyeri dalam banyak cara, Spondylosis Cervical.
salah satunya karena masase mempunyai
efek sedative termasuk tubuh Saran
melepaskan endorphin. Dengan Berdasarkan simpulan penelitian,
pemberian masase dapat memberikan disarankan beberapa hal yang berkaitan
efek stimulasi pada sirkulasi darah,

10
dengan penelitian di masa yang akan 5. Hudaya, Prasetya, 2009,
datang sebagai berikut: Patofisiologi Nyeri Leher, Solo:
1. Diharapkan dalam pelayanan Seminar di Riyadi Palace Hotel.
fisioterapi dapat menerapkan 6. Johnson, Mark I; Jones, Iain.
kombinasi Micro Wave Diathermy, 2009 . Trancutaneous Elektrical
Transcutaneous Electrical Nerve Nerve Stimulation Continuing
Stimulation dan masase untuk Education in Anaesthesia,
mengurangi rasa nyeri pada pasien critical Care & Pain. Volume 9
Spondylosis Cervical. Number 4. Published by Oxpord
2. Menggunakan skala dengan rentang University Press.
yang lebih banyak, misalnya VRS 7. Nia, 2006, Pengaruh
(Verbal Rating Scale) dengan Penambahan Teknik LPAVP
maksud, tingkat nyeri yang Upper Thoracal pada Intervensi
dirasakan lebih akomodatif dan MWD, TENS, Traksi Shoulder
pemakaian jumlah sampel yang dan Hold Relax terhadap
lebih banyak pada penelitian Peningkatan LGS Bahu
berikutnya untuk mendapatkan hasil Penderita Frozen Shoulder,
penelitian yang lebih optimal Jakarta: Universitas Indonusa
sehingga dapat dijadikan masukan Esa Unggul.
yang bermanfaat bagi kemajuan 8. Parjoto, Slamet. 2006. Terapi
ilmu pengetahuan dan teknologi Listrik Untuk Modulasi Nyeri.
fisioterapi. Ikatan Fisioterapi Indonesia
Cabang Semarang.
9. Pocock, 2008, Clinical Trial, A
Practical Approach. New York:
A Willey Medical Publication
DAFTAR PUSTAKA 10. Prentice, 2003, Therapeutic
Modalities, Edisi Kelima, New
1. Agustiningsih, L.S., 2006,
York: Mc. Graw Hill.
Pengaruh Masase dan Terapi
11. Radewi, 2009, Massage,
Latihan, Universitas Indonusa
http://www.Radewisekarmelati.b
Esa Unggul, Jakarta.
logspot.com/p/ masase.html,
2. Angela, 2008, Nyeri Leher dan
(accessed: 11 Januari 2013)
Punggung, Departemen
12. Robin, 2003, TheCervical and
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
Thoracic Spine Mechanical
Universitas Indonesia, Majalah
Diagnosis and Therapy Volume
Kedokteran Indonesia vol: 58 No.
One, Spinal Publications New
5. Jakarta: IDI.
Zealand, Raumati Beach: New
3. Cailliet, R., 1991, Neck and Arm
Zealand
Pain, Philadelphia: F. A. Davis
13. Wahyu A., 2010, Pengaruh
Company
Terapi Modalitas dan Terapi
4. Handayani, Cucu, 2006,
Latihan Terhadap Penurunan
Pengaruh Pemberian Massage
Rasa Nyeri Pada Pasien Cervical
dan Latihan Mc Kenzie terhadap
Root Syndrome. UNS, Surakarta
Penurunan Nyeri pada Kasus
Mechanical Back Pain,
Universitas Indonusa Esa
Unggul, Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai