Anda di halaman 1dari 19

Pengaruh Penambahan Nelson Traction Pada Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Transcutaneus Electrical Nerve

Stimulation (TENS) Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Upperthorakal Akibat Joint Blockade

PENGARUH PENAMBAHAN NELSON TRACTION PADA INTERVENSI


MICRO WAVE DIATHERMY (MWD) DAN TRANSCUTANEUS
ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) TERHADAP
PENGURANGAN NYERI PADA UPPERTHORAKAL AKIBAT JOINT
BLOCKADE

Sugijanto, Susana
Fisioterapi – Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta
Alumni Fisioterapi – Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta
Jl. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk Jakarta 11510
sugijanto@indonusa.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan Nelson Traction yang
dikombinasi dengan pemberian MWD dan TENS terhadap pengurangan nyeri
upperthoracal akibat joint blockade. Sampel penelitian berjumlah 20 orang yang dibagi
dalam dua kelompok perlakuan. Penelitian ini bersifat quasi experimental. Pada kelompok
perlakuan 1 diberikan terapi MWD dan TENS sedangkan kelompok perlakuan 2 diberikan
MWD, TENS, dan Nelson Traction. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat
rasa nyeri adalah dengan menggunakan Visual Analogue Scale (VAS). Kelompok
perlakuan 1efek terapi yang dihasilkan adalah memperbaiki sirkulasi jaringan, relaksasi
otot, meningkatkan metabolisme, pengurangan nyeri di level sensoris, level spinal, dan di
level supraspinal. Kelompok perlakuan 2 selain efek tersebut juga diperoleh efek yang
lain yaitu adanya pembukaan pada sendi yang mengalami penguncian, pengembalian
nucleus ke anterior, penguluran otot dan ligamen, pelebaran foramen intervertebralis,
serta berkurangnya gangguan respirasi terutama pada saat inspirasi. Pengolahan data
dan analisa data menggunakan analisa statistik dengan uji Wilcoxon Match Pairs dan uji
Mann-Whitney. Pada kelompok perlakuan 1 ditemukan perbedaan penurunan tingkat
rasa nyeri yang signifikan antara sebelum dengan sesudah intervensi dengan hasil 27.50
unit VAS dan P value = 0,013 (P<0,05). Pada kelompok perlakuan 2 ditemukan
perbedaan penurunan tingkat rasa nyeri yang sangat signifikan antara sebelum dengan
sesudah intervensi dengan hasil 26.70 unit VAS dan P value = 0,005 (P<0,05).
Perbedaan penurunan tingkat rasa nyeri antara kelompok perlakuan 1 dengan kelompok
perlakuan 2 sesudah intervensi relatif kecil yaitu 0.8 unit VAS. Pada uji statistik
ditemukan perbedaan penurunan tingkat rasa nyeri tidak signifikan dengan Nilai P =
0,677 (P>0.05).

Kata Kunci: Nelson Traction, Joint Blockade, Nyeri

Pendahuluan upper back pain dan lower back pain. Ditinjau


Dalam praktek fisioterapi sering dijum- dari aspek biomekanik, penyebab back pain
pai adanya nyeri punggung (back pain) dimana dibagi atas kesalahan postural dalam jangka
nyeri punggung ini hanya merupakan symptom waktu yang lama dan kinetik back pain yaitu
dan bukan suatu diagnosis dan spine mem- nyeri yang timbul karena adanya kelainan atau
punyai struktur anatomis yang berpotensi defek. Prosedur terapeutik yang digunakan
untuk mengakibatkan nyeri. Menurut Rene pada back pain telah dikenal sejak dua atau
Cailliet 80 % populasi pernah merasakan nyeri tiga ribu tahun yang lalu, sejak hipokrates
punggung sepanjang kehidupan mereka tanpa memperkenalkan terapi konservatif dengan
mengenal jenis kelamin, usia, tingkat sosial, mekanikal terapi pada kasus spinal pain. Pada
dan pekerjaan atau jabatan. awal terapi diberikan terapi dengan kombinasi
Di dalam bukunya Mc Kenzie menga- exercise, traksi, massage, mobilisasi, dan spinal
takan bahwa back pain terbagi menjadi 2 yaitu manipulasi. Dan penyebab back pain paling
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April 2005 15
Pengaruh Penambahan Nelson Traction Pada Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS) Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Upperthorakal Akibat Joint Blockade

banyak adalah karena adanya kesalahan pos- dengan menggunakan teknik dan modalitas
tural atau gerakan tubuh yang tidak propor- fisioterapi (MWD, SWD, TENS, IIR, US),
sional dalam jangka waktu yang lama pada Massage, terapi latihan, dan berbagai teknik
saat beraktifitas sehingga lama kelamaan akan manipulasi, salah satunya dengan metoda
menyebabkan nukleusnya bergeser ke arah Nelson Traction (Anterior Directed Sternal
posterior atau posterolateral dan mengenai Thrust).
facet (apopyseal) joint dan mengakibatkan Dan umumnya terapi yang diberikan
terjadinya penguncian intervertebral joint pada kasus Joint blockade di klinik berupa
sehingga terjadilah joint blockade. pemberian MWD saja atau TENS saja atau
Kesalahan postural ini dapat dialami gabungan dari keduanya dengan dosis 2 atau 3
oleh siapa pun, misalnya seorang pelajar yang kali seminggu dan frekuensi terapi sebanyak 6
mempunyai kebiasan menulis dengan cara kali terapi, bila sudah 6 kali terapi akan tetapi
membungkukkan punggungnya, seorang yang tidak ada perubahan yang signifikan maka
bekerja di depan computer dengan cara pasien dianjurkan untuk kembali ke dokter.
membungkuk yang di sebabkan karena tinggi Sedangkan menurut Clive Kenna, Joint
meja computer yang tidak sesuai dengan kursi, blockade lebih efektif bila di terapi dengan
seorang ibu rumah tangga yang lebih banyak menggunakan metode Nelson Traction
membungkuk ketika mengerjakan pekerjaan (Anterior Directed Sternal Thrust).
rumah, kelainan struktur spine misalnya Tidak adanya pengurangan nyeri yang
kiphosis, anteroposition leher, dan lain-lain. signifikan pada kasus back pain di upper
Joint blockade dapat mengenai satu atau thorakal terjadi karena pada awal pasien masuk
beberapa facet joint didaerah thorakal, kurang dilakukan pemeriksaan atau assessment
thorakal-lumbale, dan lumbo-sacrale dan pada yang tepat untuk menentukan apakah nyeri
umumnya banyak mengenai daerah thorakal back pain pada upper thorakal di sebabkan
karena thorakal memiliki kurva kiphosis dan oleh joint blockade, sedangkan menurut
gerakkannya di batasi oleh thorac cage yaitu KEPMENKES 1363 th 2001 pasal 12 fisioterapis
oleh scapula dan costae. memiliki wewenang untuk melakukan assess-
Secara klinis Joint blockade yang ment fisioterapi yang meliputi pemeriksaan dan
mengenai daerah thorakal dapat menimbulkan evaluasi, diagnosa fisioterapi, perencanaan
keluhan nyeri pada upperthorakal walaupun fisioterapi, intervensi fisioterapi, dan evaluasi.
secara morfologis tidak ditemukan adanya Dari KEPMENKES tersebut, jelas sudah,
kelainan patologi, selain itu juga dapat menim- secara legal maupun secara etik, fisioterapi
bulkan keluhan berupa keterbatasan gerak dalam memberikan pelayanan fisioterapi tidak
tertentu terutama pada saat ekstensi karena lagi berdasar atas permintaan dokter atas apa
adanya pemendekan ligament dengan pola non yang harus dilakukan oleh fisioterapis, tetapi
capsular pattern dan firm end feel sehingga berdasarkan keputusan klinis fisioterapis itu
menimbulkan keluhan nyeri, pada saat gerak sendiri dan fisioterapis juga harus bertanggung
tertentu timbul nyeri karena adanya iritasi pada jawab dan bertanggung gugat atas segala yang
saraf sensorik dan penekanan pada saraf menjadi keputusannya. Oleh karenanya perlu
afferen somatik, serta adanya reaksi pertaha- dilakukan assessment yang tepat dan keteram-
nan berupa guarding spasme dan terjadi pilan dari fisioterapis untuk memilih metoda tes
iskemik sehingga menimbulkan spasme pada spesifik yang akan dilakukan. Pada Joint
otot-otot back ekstensor. blockade tes spesifik yang digunakan adalah
Dalam hal ini fisioterapi memegang dengan tehnik Postero-Anterior Central Verte-
peranan penting untuk menangani masalah bral Pressure (PACVP).
gangguan gerak fungsional tersebut, karena Berdasarkan latar belakang tersebut,
berdasarkan deklarasi WCPT 1999 di peneliti tertarik untuk mengangkat topik diatas
Yokohama, fisioterapi adalah bagian integral dalam bentuk penelitian dan memaparkannya
dari profesi kesehatan yang ditujukan kepada dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengaruh
individu dan atau kelompok untuk mengem- penambahan Nelson Traction Pada Intervensi
bangkan, memelihara, memulihkan gerak dan MWD dan TENS Terhadap Pengurangan Nyeri
fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan Pada Upper Thorakal Akibat Joint Blokade”
16 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April 2005
Pengaruh Penambahan Nelson Traction Pada Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS) Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Upperthorakal Akibat Joint Blockade

Joint Blokade (Penguncian Sendi) Anatomi dari thorakal spine berbeda


Pada suatu saat suatu sendi dapat dengan regio yang lain di mana bagian cranial
terjadi locking atau penguncian sendi dimana dari korpus vertebrae thorakal lebih kecil
kondisi ini merupakan suatu kondisi yang karena berhubungan dengan thorac cage untuk
sering terjadi dan dapat mengenai setengah stabilisasi dan kekuatan columna thoraks.
populasi, sering terjadi pada sendi yang Canalis spinalis dari thoraks spine rela-
memiliki meniscus seperti pada knee, wrist, tive sempit dengan jarak epidural yang kecil
elbow, dan spinal facet joints. Joint blockade yang terletak antara spinal kord dengan lamina
disebabkan oleh karena gerakan yang berle- atau discus dan segmen yang umumnya
bihan yang melewati ROM atau yang mengalami penyempitan pada kanalis spinalis
disebabkan karena gerakan yang menetap terdapat di level thorakal 4 dan 9.
dalam jangka waktu yang lama sehingga sendi Beberapa aspek anatomi dan biome-
menjadi kaku. kanik vertebra thorakal yang sangat penting
Dari pengertian tersebut maka pada untuk diperhatikan adalah:
sendi thorakal dapat terjadi Joint blockade
yaitu suatu kondisi di mana sendi thorakal
dalam kondisi terkunci pada satu atau lebih Osteologi
gerakan akibat penyesuaian terhadap posisi Vertebra thorakal terdiri dari 12 ruas.
yang lama yang tidak proporsional atau Tiap-tiap vertebra thorakales mempunyai cor-
kebiasaan gerak yang tidak proporsional. Hal pus vertebra dimana penulangannya baik di
ini menyebabkan bergesernya nucleus lempeng cranialis maupun caudal, tulang padat
pulposus kearah posterior atau posterolateral tidak sempurna dan pada permukaan dorsalis
dan pergeseran ini menyebabkan diskus terdapat lubang untuk keluarnya vena verte-
menonjol pada satu atau lebih tempat dan brabasilaris.
membatasi gerak tertentu. Dan pada pemerik- Facies Costalis jumlahnya dua buah
saan gerak pasif di temukan adanya keterba- yang letaknya di sebelah lateral corpus verte-
tasan gerak dalam non capsular pattern. bra, dimana tiap-tiap facies costalis sete-
ngahnya berupa facies articularis untuk ber-
sendi dengan caput costae, kecuali pada
Anatomi Terapan dan Biomekanik vertebra thorakal I, X, XI, dan XII, Vertebra
Spine thorakal I mempunyai facies articularis lengkap,
Spine atau columna vertebralis mem- pada perbatasan kranialis corpus vertebrata
bentuk struktur dasar batang tubuh. Dimana dan ½ facies articularis pada batas caudal,
jumlah spine atau columna vertebralis terdiri pada vertebrata X hanya mempunyai ½ facies
dari 33-34 vertebra dan discus intervertebralis. articularis, pada vertebrata XI mempunyai
Vertebra di bagi menjadi 7 vertebra cervikalis, facies articularis lengkap pada batas cranialis,
12 vertebra thorakalis, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra thorakal XII mempunyai facies
verterbra sacralis, dan 4-5 vertertebra coccy- articularis untuk caput costae pada pertenga-
gea. han permukaan lateral corpus vertebra.
Spine merupakan persendian dengan Pediculus terletak di permukaan poste-
banyak segmen. Di mana spine merupakan rior corpus, pediculus ini merupakan awal dari
satu kesatuan fungsional, letaknya satu di atas arcus vertebralis. Arcus Vertebralis merupakan
yang lain dengan keseimbangan terdapat di kelanjutan dari pediculus pada sisi lamina yang
sacrum, menjaga tubuh tetap tegak dan terletak dibelakang corpus vertebrae. Processus
menjaga keseimbangan gravitasi. Spinosus yang merupakan penyatuan dari
Pada masing-masing columna verte- kedua lamina. Pada pinggir atas pediculus
bralis dari spine mempunyai kurva yang arcus kurang berkembang dan membentuk
berbeda-beda yaitu pada cervical lordosis, incisura vertebralis superior. Pada pinggir
thorakal kiphosis, lumbal lordosis, dan sacrum bawah berkembang menjadi incisura vertebralis
kiphosis, sehingga masing-masing bagian inferior.
memiliki kekhususan gerak. Foramen vertebralis terletak antara
arcus vertebralis dan permukaan posterior cor-
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April 2005 17
Pengaruh Penambahan Nelson Traction Pada Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS) Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Upperthorakal Akibat Joint Blockade

pus yang merupakan tempat lewat saraf spinal. Costovertebral joint juga diperkuat oleh
Di cranialis pediculus arcus vertebra menjadi ligament radiatum yang terbagi menjadi 3
lamina, terdapat processus articularis superior sisi yaitu sisi superior, inferior yang ber-
dan di caudal terdapat processus articularis dekatan dengan corpus vertebral, dan inter-
inferior. Sebelah lateral dan sedikit ke posterior mediatum yang berinsersio ke annulus
terdapat processus transverses. Dari vertebra fibrosus pada discuss intervertebral.
thorakalis kesatu sampai kesepuluh mem- b. Costotransversal joint
punyai fovea costalis untuk bersendi dengan Termasuk sendi sinovial yang terbentuk
tuberculum costae Fovea ini cekung hanya antara facies articularis tuberculi costae dan
pada vertebrae thorakalis kedua sampai kelima, fovea costae processus transversus. Kapsul
pada vertebrae thorakalis kesatu, keenam, sendi melekat dan di perkuat oleh ligament
sampai kesembilan dan kesepuluh foveanya costotransversarium interosseus yang
rata. Bentuk fovea memberi dampak kerak sangat pendek dan kuat terbentang dari
yang berbeda pada costae. processus transversus bagian posterior
Vertebra thorakal merupakan vertebra sampai ke costae; ligamen costotransver-
yang paling stabil dan gerakkannya paling kecil sarium posterior dengan panjang 1,5 cm
di bandingkan vertebrae yang lainnya karena di dan lebar 1 cm terbentang dari processus
stabilisasi oleh thorac cage. transversus bagian lateral sampai ke
Pada vertebra thorakal bentuk cor- tuberkel costae; ligament costotrans-
pusnya lebih oval arah anteroposterior, pro- versarium superior sangat tipis dan kuat
cessus spinosus mengarah ke caudal sehingga bentuknya datar dan quadrilateral dengan
di belakang corpus vertebra di bawahnya dan lebar 8 mm dan panjang 10 mm terbentang
processus transversus bentuknya lebih panjang dari processus transversus bagian inferior
untuk bersendi dengan costae. Vertebra tho- sampai ke leher costae bagian superior.
rakal mempunyai kurva kiphosis. c. Intervertebral joint
Yaitu sendi yang terbentuk antara vertebra
di mana facetnya berada dalam bidang
Articulatio frontal.
Pada level columna vertebra thorakal d. Articulatio zygapophyseal
berhubungan dengan costae dan membentuk Disebut juga facet joint yang merupakan
sendi, di mana jenis sendinya ada 2 buah yaitu sendi-sendi kecil antara processus articu-
costovertebral joint yang terbentuk antara laris inferior pada bagian atas dan facies
head of rib dengan discuss intervertebral dan articularis superior pada bagian bawah.
corpus vertebra; costotransversal joint yang Merupakan sendi datar dengan gerak geser
terbentuk antara ib tubercle dengan processus (glide), dan menekuk (tilt). Arah permu-
transversus. Dan articulatio thorakal yang kaan facet joint pada thorakal lebih dalam
terdapat pada vertebra thorakal terdiri dari: bidang frontal sehingga gerak utama pada
a. Costovertebral joint thorakal adalah rotasi tetapi memungkinkan
Adalah jenis sendi sinovial, yang terbentuk gerak fleksi dan ekstensi.
dari caput costae dengan discus inter-
vertebral dan corpus vertebra pada sisi
articular facet sehingga pada sendi ini Discus Intervertebralis
mempunyai 2 rongga sendi. Tiap-tiap sendi Secara umum isi diskus intervertebralis
costae dengan batas atas atau batas di regio thorakal sama dengan di regio verte-
bawah vertebrae berdekatan dengan brae yang lain hanya saja pada regio thorakal
annulus fibrosus. Sendi ini diperkuat oleh discus intervertebralis di depan lebih rendah
ligament interosseus yang mengikat antara sedangkan di bagian belakang lebih tinggi.
caput costae dengan 2 articular facet dan Pada dasarnya, ketebalan diskus interverte-
discus interverebral. Sendi ini juga bralis bertambah dari cranialis ke caudalis.
dikelilingi capsul sendi yang single, di mana
cavitas sendinya berbeda pada bagian
superior dan inferior.
18 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April 2005
Pengaruh Penambahan Nelson Traction Pada Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS) Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Upperthorakal Akibat Joint Blockade

Fungsi spine secara umum prinsipnya diskus intervertebralis semakin


Fungsi spine secara umum adalah bertambah ketebalannya dari crania ke caudal.
sebagai penopang badan sekaligus bekerja Gerakan persegmen pada diskus
sebagai penyangga badan dengan perantaraan menurut Schmorl dan Junghann th 1968,
discus intervertebralis yang lengkungnya mem- merupakan satu kesatuan struktural dan fung-
beri fleksibilitas dan memungkinkan gerakkan sional unit dari spine. Komponen yang
ke segala arah tanpa patah; sebagai peredam terpenting dari diskus intervertebralis adalah
kejut pada saat menggerakkan badan misalnya adalah nukleus pulposus, annulus fibrosus, dan
pada saat berlari atau meloncat dengan cartilage plates yang merupakan pusat perkem-
demikian otak dan sumsum tulang belakang bangan cartilago pada vertebrae. Diantara
terlindung terhadap goncangan; sebagai annulus dan nukleus 88% terdiri dari air
penghubung antara extremitas atas dan dimana air ini mengandung gelatinosa atau
extremitas bawah, pada extremitas atas matriks. Matriks tersebut banyak mengandung
melalui sternoclavikular dan costae, pada serabut yang melingkar membentuk annulus
extremitas bawah melalui sacroiliac (pelvis); fibrosus dan banyak terdapat disekitar end
menunjang posisi tetap tegak dan sebagai plates cartilago dari vertebrae dan saling
perlekatan otot-otot anggota gerak; melindungi menyilang pada sudut end plate yang lain
spinal cord dan memungkinkan serabut saraf sehingga menjadi kuat. Gerakan vertebrae juga
dan pembuluh darah lewat tanpa terjadi cidera dipengaruhi oleh hubungan antara vertebrae,
saat gerak vertebralis, diskus intervertebralis ligamentum longitudinal anterior dan posterior,
merupakan unsur elastis bila di tekan atau di ligamentum flavum, intervertebral joint dan
regang secara unilateral. semua soff tissue (jaringan lunak) dispinal
canal, foramen intervertebralis dan jeringan
pengikat diantara processus spinosus dan
Discus Intervertebralis transversus. Pada periode akhir pertumbuhan
Diantara dua vertebrae yang meru- vertebrae akan terbentuk cincin pada epyphisis.
pakan satu kesatuan fungsional disebut Menurut Schmorl th 1932 plates cartilago
dengan discus intervertebralis. Menurut Rene dibentuk dari end plates vertebrae dan ditutupi
Cailliet diskus intervertebralis berjumlah 30 oleh adanya calsifikasi dengan suplai nutrisi
buah pada columna vertebrae dan 5 diskus di yang baik ke segmen intervertebral. Spinal
lumbar spine. cord yang terdapat di dalam corpus vertebrae
Diskus mempunyai sifat hidrolic untuk berhubungan dengan plate cartilago dan
menjaga vertebrae dimana fungsi diskus merupakan hasil akhir dari end plates (lamina
adalah untuk menjaga keseimbangan atau cribrosa). Nukleus memperoleh nutrisi dari
membatasi tekanan pada saat bergerak baik lamina cribrosa melalui proses difusi. Pada
pada saat fleksi, ekstensi, lateral fleksi, dan periode akhir pertumbuhan vertebrae akan
rotasi. Menurut J.Kramer pada human spine terbentuk cincin pada epyphisis. Menurut
memiliki 24 gerakan segmen dimana gerakan Schmorl th 1932 plates cartilago dibentuk dari
terbesar terdapat pada axis dan atlas. Dan end plates vertebrae dan ditutupi oleh adanya
antara atlas dengan tengkorak tidak terdapat calsifikasi dengan suplai nutrisi yang baik ke
diskus intevertebralis. Diskus intervertebralis segmen intervertebral. Spinal cord yang
akan terbentuk bila sudah tedapat hubungan terdapat di dalam corpus vertebrae berhu-
antara satu vertebrae dengan vertebrae yang bungan dengan plate cartilago dan merupakan
lain. Jumlah diskus intervertebralis menurut hasil akhir dari end plates (lamina cribrosa).
J.Kramer berjumlah 23 diskus yaitu 5 di Nukleus memperoleh nutrisi dari lamina
cervikal, 11 di thorakal, dan 4 di lumbal, yang cribrosa melalui proses difusi.
diberi nama dengan diskus cervicothoracic, Lamina pada annulus fibrosus kuat dan
diskus thoracolumbal, dan diskus lumbosacral. banyak terdapat di anterior dan lateral diban-
Pada bagian bawah dari segmen interver- dingkan pada daerah posterior. pada daerah
tebralis disebut dengan presacral diskus. Pada posterior dan posterolateral annulus fibrosus
setiap individu terdapat 5 atau 6 vertebrae menyempit dan hanya terdiri dari beberapa
lumbal dan diskusnya berjumlah 5 buah. Pada lamina yang tipis. Lamina pada bagian anterior
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April 2005 19
Pengaruh Penambahan Nelson Traction Pada Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS) Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Upperthorakal Akibat Joint Blockade

lama-lama akan bergabung dan masuk ke yang putus-putus hingga membentuk pita.
nukleus pulposus. Sisa dari notochord yang Walaupun dalam keadaan istirahat ligamentum
terletak dibasis disebut dengan nukleus pul- ini tetap teregang, sewaktu fleksi columna
posus. Inilah mengapa pada bagian posterior vertebralis, ligamentum ini menjadi lebih
segmen intervertebral tetap netral. teregang dan membantu columna vertebralis
kembali dalam sikap tegak. Ligamentum
intertransversum adalah ikat pendek yang
Foramen Intervertebralis membentang antara processus transversus.
Foramen intervertebralis terletak di Ligamentum interspinal juga merupakan
sebelah dorsal columna vertebralis antara ikat pendek yang membentang antara proces-
vertebra atas dan bawahnya. Pada bagian sus spinosus. Merupakan ligamen yang terkuat.
superior dibatasi oleh pedikulus vertebrae
bawahnya dan pada bagian anterior oleh sisi
dorso lateral diskus serta sebagian corpus dan Innervation
pada bagian dorsal oleh processus articularis Persarafan mengikuti saraf segmental di
dan facetsnya dan tepi lateral ligamentum mana segmen of junghann disarafi oleh
flavum. Pada foramen intervertebralis terdapat sinuvertebral nerve segmen yang bersangkutan
jaringan yang penting meliputi: dan satu segmen atas, serta satu segmen
a) Radiks bawahnya. Saraf persegmen yang terdapat di
b) Saraf Sinuvertebra columna vertebra terdiri dari saraf sensorik,
c) Pembuluh Darah motorik, dan vegetatif.

Ligamen pada columna vertebrae Muscular


(spine) Otot spine terdiri atas otot instrinsik dan
Ligamen longitudinal anterior dimulai ekstrinsik muscle dengan fungsi utama sebagai
dari tulang occipital atau tuberculum anterius stabilisator, disamping sebagai penggerak.Otot
atlas berjalan turun ke bawah anterior terha- spine termasuk otot tipe I sehingga bila ada
dap permukaan corpus vertebrae sampai patologi akan terjadi tighness dan contraktur.
sacrum. Ligamentum tersebut semakin melebar M. Rectus abdominis untuk fleksi dan lateral
ke caudal dan selalu terikat dengan corpus fleksi, berasal dari crista pubis dan
vertebralis, tetapi tidak pada discus inter- symphysis pubis dan berinsersio di costae
vertebralis. 5-7; processus xyphoideus.
Ligamentum longitudinal posterior M. Obliquus externus abdominis untuk fleksi,
dibagi atas lapisan luar dan lapisan dalam dan lateral fleksi, dan rotasi. Dengan origo dari
terletak sepanjang permukaan posterior cor- slips bagian luar diantara costae 8 dan
pus vertebrae. Ligamentum longitudinalis berinsersio di abdominal aponeurosis, ante-
posterior sangat tipis pada daerah leher rior dari crista illiacum.
sedangkan pada segmen thorakalis dan M. Obliquus internus untuk fleksi dan lateral
lumbalis melebar seperti jajaran genjang fleksi, berasal dari fascia thoracolumbar,
setinggi discuss intervertebralis dan bagian 2/3 anterior midle dari crista illiac, sebelah
pinggir atas corpus vertebrae. Pada daerah ini lateral ½ dari ligamen inguinale dan
terjadi perlekatan yang memperkuat discuss berinsersio di bagian inferior costae 3-4
intervertebralis. Ligamen ini berfungsi untuk melalui aponeurosis masuk ke rectus sheath
membatasi gerakan utama pada gerakan fleksi- garis pectineal dari os pubis.
ektensi dan melindungi discus intervertebralis. M. Semispinalis (thoracic) berasal dari
Ligamentum flavum terbentang luas processus transversus thorakal 6-10 dan
secara segmental antara arcus vertebra. berinsersio di processus spinosus cervikal 6-
Ligamentum flavum membatasi sebelah medial thorakal 4. Bila berkontraksi secara bilateral
dan sisi dorsal foramen intervertebralis. berfungsi untuk ekstensi columna vertebrae,
Ligamentum tersebut berwarna kuning di bila secara unilateral befungsi untuk rotasi
sebabkan oleh deretan serabut-serabut elastin
20 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April 2005
Pengaruh Penambahan Nelson Traction Pada Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS) Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Upperthorakal Akibat Joint Blockade

columna vertebrae pada sisi yang Osteokinematik dan Arthrokenematik


berlawanan. Vertebrae Thorakal
M. Quadratus lumborum berorigo di crista Osteokinematik adalah gerak sendi yang
illiac dan illiolumbar ligamen dan berinser- diliaht dari gerak tulangnya saja. Pada
sio di processus transversus L2-L4 dan osteokinematik gerakan yang terjadi berupa
bagian inferior dari costae 12. Bila bilateral gerak rotasi ayun, rotasi putar, dan rotasi spin.
action untuk ekstensi lumbar spine dan bila Arthrokinematik adalah gerakan yang terjadi
unilateral action untuk lateral fleksi lumbar pada permukaan sendi. Pada arthrokinematik
spine dan elevasi pelvis. gerakan yang terjadi berupa gerak roll dan
M. Multifidus berorigo di posterior sacrum, slide. Dari kedua gerak tersebut dapat
posterior superior spina illiac, mamilary dari diuraikan lagi menjadi gerak traksi-kompresi,
processus vertebrae lumbar, processus translasi, dan spin.
transversus dari vertebrae thorakal, proces- Dan gerak fisiologis spine dalam klinis
sus articularis bagian inferior dari vertebrae berupa fleksi, ekstensi, lateral fleksi, dan rotasi.
cervikal dan berinsersio di processus Pada thorakal gerak yang dominan adalah
spinosus lumbal, thorakal, dan cervikal. Bila gerak rotasi akan tetapi memungkinkan terja-
berkontraksi secara bilateral untuk ekstensi dinya gerak fleksi dan ekstensi. Hal ini terjadi
columna vertebrae dan bila secara karena facet pada thorakal berada dalam
unilateral untuk lateral fleksi dan rotasi bidang frontal dan dibatasi oleh costae
pada sisi yang berlawanan. sehingga ROM kecil.
M. Erector spine terdiri atas M. Illiocostalis Gerak spine tersebut dapat terjadi
thoracis yang berorigo di sudut costae 7-12 dengan baik karena adanya serabut-serabut
dan berinsersio di sudut costae 1-6 serta collagen dari annulus fibrosus yang terkompresi
processus transversus C7, berfungsi untuk pada saat ekstensi minimal, kemampuan
ekstensi trunk bila berkontraksi secara annulus untuk menerima beban tekanan, dan
bilateral dan lateral fleksi-rotasi bila juga kemampuan teregangnya ligamentum
berkontraksi secara unilateral; M. Illiocos- longitudinal posterior. Gerakan pada thorakal
talis lumborum berorigo di tendon erector joint berhubungan dengan lower cervical yaitu
spine dari sisi medial crista sacralis, pada C7 dengan costae, dan upper lumbar
processus spinosus lumbal dan bagian yaitu pada L1, sehingga apabila lower cervical
inferior thorakal, sebelah dorsum crista mengalami suatu patologis maka upperthorakal
illiac, lateral dari crista sacrum, juga akan mengalami suatu keluhan.
sacrotuberous dan posterior ligamen Gerak spine juga akan mempengaruhi
sacroilliac, berinsersio di sudut costae 6-7. gerakan pada nucleus pulposus yang berfungsi
Berfungsi untuk ekstensi bila berkontraksi sebagai bantalan air yang distabilisasi oleh
secara bilateral dan lateral fleksi-rotasi- annulus fibrosus dan kemampuannya dalam
elevasi pelvis bila berkontraksi secara merespon setiap perubahan postur tubuh baik
unilateral; M. Logissimus thoracis berorigo static maupun dinamik.
di processus transversus vertebrae lumbal Pada saat ekstensi akan terjadi gerakan
dan fascia thoracolumbal serta berinsertio nucleus ke anterior dan terjadi gerak posterior
diantara tubercle dan sudut inferior costae sliding dan tilting pada uppervertebrae. Selain
9-10 dan processus transversus vertebrae itu pada thorakal akan terjadi pengurangan
thorakal. Berfungsi untuk ekstensi trunk kurva, penyempitan bagian posterior diskus,
bila berkontraksi secara bilateral dan lateral pelebaran bagian anterior diskus, serta terjadi
fleksi bila berkontraksi secara unilateral; M. pengembangan rongga thoraks. Pada saat
Spinalis thoracis berorigo di processus fleksi akan terjadi gerak anterior sliding dan
spinosus Th11-L2 dan berinsersio di tilting vertebrae di atasnya teerhadaap diskus
processus spinosus di atas vertebrae thora- dan vertebrae di bawahnya dan nukleusnya
kal 4-8. Berfungsi untuk ekstensi trunk. bergeser ke posterior. Gerak fleksi pada
thorakal dapat terjadi penambahan kurva,
pelebaran bagian posterior diskus, serta penge-
cilan rongga thoraks. Pada saat terjadi lateral
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April 2005 21
Pengaruh Penambahan Nelson Traction Pada Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS) Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Upperthorakal Akibat Joint Blockade

fleksi atao rotasi akan terjadi gerakan tilting baru-baru ini menunjukkan batasan angka
dari uppervertebrae pada ipsilateral dan pada orang normal ketika kaki tak bersepatu
nucleus bergerak ke arah yang sekitar 45 – 65 % berat tubuh diterima oleh
berlawanan dengan arah gerakan dan terjadi kedua tumit, sedangkan kaki bagian depan
peningkatan tension pada bagian annulus. menerima berat tubuh sekitar 30 – 47 % dan
Gerak lateral fleksi selalu diikuti dengan gerak hanya 1 – 8 % diterima oleh kaki bagian
rotasi yang dikenal dengan coupled movement. tengah. Angka persentasi ini dapat berubah
Menurut I.A.Kapandji gerakan rotasi secara menyolok ketika terjadi injury atau
padathorakal berada pada sudut 5º, pada penyakit, stress mekanik dalam waktu yang
lateral fleksi 3-4º, dan fleksi-ekstensi 1-2º. lama, atau memakai sepatu yang bertumit
tinggi.
Postur tubuh yang seimbang dapat
Postur Tubuh menurunkan kerja otot-otot yang memperta-
Postur adalah sikap tubuh, baik dengan hankan tubuh yang tetap tegak. Melalui EMG
support selama otot tidak bekerja atau non (Elektro Mylografi) dapat dilihat aktivitas otot
aktif maupun dengan koordinasi kerja yang bekerja mempertahankan tubuh tetap
beberapa otot untuk mempertahankan stabi- tegak yaitu otot-otot intrinsik kaki dalam
litas. Menurut Thibodeu & Patton thn 1993 keadaan relaks sehingga sanggahan diberikan
yang dimaksud dengan postur adalah suatu oleh ligamen-ligamen kaki, secara kontinyu otot
posisi yang mudah untuk dilakukan atau suatu soleus selalu aktif karena gaya gravitasi
posisi yang tetap berada pada garis di aligment. cenderung untuk menarik tubuh kearah depan,
sedangkan otot gastrocnemius dan tibialis
posterior bekerja kurang aktif, otot quadriceps
Good Postur dan hamstring bekerja kurang aktif, secara
Good postur adalah suatu keadaan konstan otot iliopsoas tetap bekerja aktif, otot
seimbang antara system muscular dan system gluteus medius dan tensor fascia latae bekerja
skeletal yang melindungi struktur penyangga aktif untuk menetralisir ayunan postur ke
tubuh melawan injury atau deformitas yang lateral, otot erector spine bekerja aktif untuk
progresif, dimana struktur-struktur tersebut menetralisir kecenderungan gravitasi yang
sedang bekerja atau istirahat. Dalam keadaan menarik trunk kearah depan, otot abdominal
ini otot akan berfungsi dengan sangat efisien tetap relaks meskipun serabut bagian bawah
dan bekerja dengan usaha yang minimum dari otot obliqus internal bekerja aktif untuk
serta menghasilkan posisi yang optimum melindungi canalis inguinal, otot upper
terhadap organ-organ thorakal dan abdomen. trapezius, serratus anterior dan deltoideus pars
posterior aktif untuk mempertahankan struktur-
struktur yang berbeda pada shoulder girdel dan
Postur Ideal Pada Posisi Berdiri upper limb, sedangkan otot supraspinatus dan
Dalam posisi berdiri, secara ideal adalah adanya tension dari kapsul sendi bagian supe-
garis gaya gravitasi harus terpusat di atas rior dapat mencegah dislokasi caput humeri
dasar tumpuannya sehingga keseimbangannya kearah bawah terhadap cavitas glenoidalis.
hanya dipertahankan oleh usaha otot yang Posisi berdiri tegak juga dipertahankan
minimal. Sedangkan pusat gravitasi tubuh oleh pergantian aksi dari group otot antagonist
tepat berada di depan vertebra S2. Titik pusat yang mencegah terjadinya overbalance.
ini ditemukan pada jarak sekitar 55 – 57 % Keadaan ini menghasilkan suatu ayunan yang
dari total panjang tubuh diatas tanah. kecil dan kontinyu dari tubuh tersebut. Walau-
Dalam posisi berdiri, keseimbangan pun tetap mempertahankan garis gaya gravitasi
tubuh bergantung pada meratanya distribusi jatuh di atas area tumpuan diantara kedua kaki.
berat tubuh kemasing-masing kaki dan Besarnya ayunan di sekitar pusat dasar
diantara kedua kaki atau base of support. tumpuan adalah cenderung bertambah besar
Distribusi tekanan pada telapak kaki pada usia yang sangat tua dan usia sangat
adalah bervariasi, bergantung pada penggu- muda.
naan sepatu atau tidak. Beberapa penelitian
22 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April 2005
Pengaruh Penambahan Nelson Traction Pada Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS) Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Upperthorakal Akibat Joint Blockade

Adanya ayunan postur yang terjadi secara sehingga pembengkokan tubuh dapat dicegah
konstan selama berdiri, menyebabkan bebe- serta relaksasi maksimum dapat diperoleh.
rapa muscle spindle tertarik ke atas secara
beraturan sehingga terjadi pergantian aktivitas
dan inaktivitas dari berbagai motor unit. Hal ini Deviasi Postur
dapat membantu mencegah kelelahan serta Kebanyakan dari tipe postur yang
membantu kembalinya aliran darah vena. terjadi deviasi atau penyimpangan postur
adalah scoliosis, kiphosis, lordosis, kypholor-
dosis, sway back, dan flat back.
Postur Ideal Pada Posisi Duduk
Menurut Gallery & Foster (1987), posisi
duduk lebih relaks dibandingkan dengan posisi Scoliosis
berdiri. Pada posisi ini akan memberikan Suatu kondisi dimana kurva lumbar dan
sanggahan pada permukaan tubuh atau mem- atau thoracic spine kearah lateral dan dapat
buat tubuh lebih stabil dan diikuti dengan terjadi akibat adanya suatu gerakan atau terfik-
relaksasi dari otot otot anggota gerak bawah. sasinya gerakan tertentu. Postur scoliosis yang
Dimana posisi duduk merupakan salah satu terjadi akibat adanya gerakan tertentu :
posisi yang paling sering digunakan dalam Pengambilan postur yang menetap
aktivitas kegiatan sehari-hari. Dalam posisi Adanya nyeri patologi misalnya prolapsus
duduk, hal yang esensial adalah posisi lumbar vertebral diskus
alignment vertikal dari kepala ke trunk harus Sebagai kompensasi dari masalah-masalah
dipertahankan, kecuali dalam keadaan istirahat di lower limb misalnya leg discrepancy atau
dengan punggung dan kepala tersanggah pada abnormal pelvic tilting
kursi yang enak. Stabilitas duduk bergantung Kontraksi otot yang terus menerus atau
pada posisi yang diambil serta bentuk dan luas pengulangan gerakan pada tonus otot
permukaan sanggahan. Posisi duduk dapat paraspinal secara unilateral misalnya akibat
dilakukan di atas lantai, bed atau di atas head injury atau stroke.
kursi/stool. Posisi duduk di atas lantai akan
menghasilkan postur tubuh yang bervariasi, Fiksasi (struktural) scoliosis tidak akan hilang
bergantung pada posisi yang diambil oleh dengan hanya menganti postur secara
kedua tungkai. Sedangkan posisi duduk diatas bergantian. Corpus vertebra akan rotasi kearah
kursi/stool cenderung untuk menghasilkan cembung dan processus spinosus kearah
potur tubuh yang tegak, walaupun sangat cekung terhadap kurva. Apabila kurva sekunder
dipengaruhi oleh bentuk kursi/stool dan posisi ini berlangsung lama maka akan meng-
yang diambil. akibatkan gerakan terfiksasi (Apley & Solomon
1982).

Postur Ideal Pada Posisi Tidur (ber-


baring) Kiphosis
Posisi tidur merupakan posisi yang Adalah suatu kondisi dimana adanya
menyenangkan dan enak serta memberikan peningkatan konveks dari thoracic spine dilihat
relaksasi yang sempurna. Posisi ini merupakan dari posisi lateral dapat terjadi akibat adanya
postur normal bagi bayi selama bula-bulan suatu gerakan atau terfiksasinya gerakan
awal setelah post natal. Posisi tidur merupakan (Apley & Solomon 1982). Kiphosis yang terjadi
posisi yang paling mudah didalam memper- akibat gerakan disebabkan karena:
tahankan keseimbangan tubuh karena pusat Akibat postur yang menetap misalnya
gravitasi tubuh menjadi rendah terhadap dasar akibat obesitas atau selama kehamilan dan
tumpuan dan gaya gravitasi dinetralisir oleh yang diikuti dengan kelahiran yang cepat.
mekanisme secara pasif, sehingga hanya Assosasi dari adanya defek postural atau
sedikit aktifitas otot yang dibutuhkan untuk kelainan postural misalnya kaki yang datar
mempertahankan tubuh. Dalam posisi ini per- Kelemahan otot erector spine
mukaan sanggahan harus kuat dan confortable
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April 2005 23
Pengaruh Penambahan Nelson Traction Pada Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS) Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Upperthorakal Akibat Joint Blockade

Kompensasi dari kelainan hip misalnya pemendekan dan ketegangan dari hamstring
congenital hip flektion Kiphosis yang akibat selama berdiri dengan hip hyperekstensi.
fiksasi gerakan terjadi pada pasien dengan
ankylosing spondilylitis, scheurmann’s disease,
Kiphosis senilis pada orang tua akibat adanya Flat postur
degenerasi pada diskus intevertebralis Pada kondisi ini terjadi pelvis tilting ke
arah posterior dan hilangnya atau pendataran
dari lumbar lordosis.
Lordosis (hallow back)
Postur yang normal pada lumbar spine
sedikit ringan kearah depan. Lumbar spine
menerima beban paling besar. Hallow atau
lordosis lumbar ini dipengaruhi gerakan tilting
dari pelvis. Keseimbangan dari pelvis pada hip
joint seperti satu bayangan.

Kipholordosis
Pada tipe postur ini kepala lebih ke
anterior dari segmen tubuh. Posisi tersebut
akan diikuti dengan ekstensi dari cervikal
misalnya pada orang yang mempunyai “poking
chin” atau dagu yang panjang. Pada kondisi ini Hubungan Antara Nyeri Upperthorakal
scapula dalam posisi abduksi. Peningkatan Akibat Joint blockade dengan Postur
kurva kiphosis ini diikuti dengan peningkatan
Hubungan antara nyeri pada
lumbar lordosis dan pelvis akan tilting ke
upperthorakal akibat Joint blockade dengan
anterior. Mereka akan berdiri dengan hip fleksi
postur dilihat dari penyebab yang meng-
akan tetapi knee hyperekstensi. Leher mereka
akibatkan terjadinya Joint blockade diantaranya
memanjang dan otot flexornya lemah, dengan
adalah karena adanya posisi yang menetap
kelemahan juga terjadi di upper erector spine
dalam jangka waktu yang lama atau poor
dan external oblique.
postur, adanya compensation of movement
Dan tentu saja terjadi pemendekan
akibat adanya patologis pada lower cervical,
pada neck ekstensor dan hip fleksor dan otot-
serta adanya refered pain yang mengakibatkan
ototnya menjadi kaku. Jika scapula abduksi
seseorang akan mencari posisi yang nyaman
akan menyebabkan kelemahan pada middle
walaupun posisi tersebut tanpa disadarinya
dan lower trapezius akan tetapi pada seratus
merupakan posisi yang salah. Dari penyebab-
anterior, pectoralis mayor dan atau minor, dan
penyebab tersebut dapat mengakibatkan
upper trapezius memendek dan tegang.
terjadinya Joint blockade sehingga jelaslah
bahwa ada hubungan antara postur yang salah
dengan joint blockade. Pada kondisi poor
Postur Sway Back postural misalnya bekerja dengan posisi yang
Pada kondisi ini pelvis dalam posisi
banyak membungkuk dalam jangka waktu yang
netral atau sering tilting ke posterior dan posisi
lama dan merupakan suatu habitual movement
segmen tubuh lebih banyak ke anterior. Orang
dalam aktifitas sehari-hari dapat meng-
tersebut memiliki kurva kiphosis dari thoracic
akibatkan terjadinya locking pada sendi
dan pendataran dari lumbar lordosis. Hal
thorakal, sehingga dapat menimbulkan keluhan
tersebut terjadi karena hip dalam posisi terlalu
nyeri, ketegangan pada otot-otot punggung,
ke depan dari garis postur dengan diikuti
serta adanya keterbatasan gerak tertentu. Dan
hiperekstensi dari hip dan knee. Individu
apabila ada patologis pada lower cervical dapat
dengan kondisi ini akan mengalami kelemahan
pula mengakibatkan terjadinya Joint blockade
dan pemanjangan dari hip fleksor dengan
pada upperthorakal. Hal ini dapat terjadi
karena adanya reaksi kompensasi artinya pada
24 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April 2005
Pengaruh Penambahan Nelson Traction Pada Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS) Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Upperthorakal Akibat Joint Blockade

pasien yang mengalami patologis pada lower tersebut dibiarkan dalam jangka waktu yang
cervical akan menghindari gerakan-gerakan lama akan terjadi contraktur dengan pola non
yang dapat menimbulkan nyeri sehingga dia capsular pattern dan end fill firm sehingga
akan melakukan gerakan yang nyaman untuk mengakibatkan adanya keterbatasan gerak
dirinya walaupun gerakan tersebut salah, terutama pada saat ekstensi dan timbul nyeri.
dimana reaksi kompensasi tersebut dikenal Bila gangguannya dicapsul ligament maka tes
dengan “guarding spasme”. Dengan adanya spesifik yang dilakukan adalah joint play
guarding spasme tersebut dapat meng- movement yaitu dengan PACVP (Postero
akibatkan terjadinya Joint blockade pada Anterior Central Vertebral Pressure). Pengun-
upperthorakal. cian intervertebral joint juga dapat mem-
Selain itu Joint blockade juga dapat pengaruhi jaringan spesifik di tendomuscular
terjadi apabila timbul refered pain bila ada dimana otot-otot spine merupakan otot tipe
patologis di autonomic nervous sistem yaitu satu atau tipe tonic maka bila ada patologi
suatu sistem saraf yang mengatur organ-organ gangguannya berupa tighness dan contraktur.
internal secara autonom sehingga apabila ada Pada keadaan ini jumlah sarcomernya
keluhan pada organ-organ internal misalnya berkurang sehingga terjadi waving reaction dan
pada penyakit jantung, gastritis, dysmenorhoe, timbullah reaksi pertahanan tubuh yang dikenal
dan lain-lain maka seseorang akan mengambil dengan guarding spasme, pada kondisi ini
posisi membungkuk untuk mengurangi keluhan terjadi hypooksigen pada jaringan otot dan
yang timbul sehingga akan menambah kurva terjadi iskemik. Bila terjadi dalam jangka waktu
dari kiphosis pada thorakal dan terjadi yang lama maka otot akan mengalami
penyempitan pada regio anterior sehingga kekurangan nutrisi sehingga lama kelaman
akan menyebabkan nukleus terdorong ke akan mengakibatkan tonus otot meningkat dan
posterior atau posterolateral dan terjebak terjadi spasme pada otot-otot spine. Pada
didalam foramen intervertebralis dan terjadilah kondisi ini tes spesifiknya adalah dengan
joint blockade. palpasi untuk memilah otot mana yang kena
Dari keterangan tersebut di atas dengan cara contrac relax. Selain itu pengun-
jelaslah bahwa ada hubungan antara postur cian intervertebral joint juga dapat mem-
yang salah dengan joint blockade. Dan untuk pengaruhi foramen intervertebralis dimana
memastikan apakah ada Joint blockade pada saraf spinal lewat, karena adanya penguncian
thorakal atau tidak maka tes yang dilakukan intrvertebral joint tersebut dapat meng-
adalah postero anterior central vertebral akibatkan adanya penekanan pada akar saraf
pressure atau PACVP. Dan hasilnya akan positif atau radiks yang mengindikasikan adanya iritasi
bila pada saat dilakukan PACVP timbul nyeri radikular dengan tandatanda inflamasi berupa
dengan end feel firm. colour, rubor, tumor, dolor, dan fungsiolaesa.
Pada kondisi ini juga akan mengakibatkan
keterbatasan gerak terutama pada saat
Patologi Joint Blockade ekstensi dan tes spesifik yang dilakukan adalah
Pada kasus Joint blockade disebabkan dengan tes provokasi berupa erector sitting
karena adanya poor postural atau posisi yang fleksi, ekstensi, rotasi, serta ekstensi pada
salah dalam jangka waktu yang lama, posisi prone dan supine. Selain itu juga dapat
anteropisition leher, serta adanya kiphosis. Dari dilakukan tes posture dengan fleksi pada saat
ketiga penyebab tersebut bisa mengakibatkan duduk, ekstensi pada lying prone dan lying
adanya pergeseran dari nucleus pulposus ke supine.
posterior atau posterolateral sehingga dapat
terjadi penguncian intervertebral joint.
penyebabnya bisa bersamaan atau individual. Nyeri
Karena adanya penguncian pada inter- Pengertian nyeri menurut International
vertebral joint dapat mempengaruhi jaringan For The Study Of Pain adalah pengalaman sen-
pesifik yang ada disekitarnya, misalnya pada sorik dan emosional yang tidak nyaman, yang
capsul ligament akan terjadi pemendekan pada berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
ligament-ligament vertebralis, bilapemendekan berpotensi terjadinya kerusakan jaringan atau
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April 2005 25
Pengaruh Penambahan Nelson Traction Pada Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS) Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Upperthorakal Akibat Joint Blockade

menggambarkan adanya kerusakan jaringan. terdiri dari serangkaian kawat di tengah yang
Nyeri juga merupakan suatu refleks untuk diselubungi oleh selubung logam yang
menghindari rangsangan dari luar badan, atau dikelilingi suatu benda isolator. Kawat dan
melindungi dari semacam bahaya, tetapi selubung logam tadi berjalan sejajar dan
perasaan nyeri itu terlalu keras atau berlang- membentuksebagai kabel output dan kabel
sung terlalu lama akan berakibat tidak baik bolak balik dari mesin. Konstruksi kabel sema-
bagi badan. cam ini diperlukan untuk arus frekuensi yang
sangat tinggi dan panjangnya tertentu untuk
suatu frekuensi tertentu pula.
Visual Analogue scale (VAS) Co-axial cable ini menghantarkan arus
Visual Analogue Scale Adalah alat ukur listrik ke sebuah area di mana gelombang
yang digunakan untuk pegukuran intensitas mikro dipancarkan. Area ini dipasang suatu
dan tipe nyeri dengan menggunakan garis reflektor yang dibungkus dengan bahan yang
lurus yang diberi ukuran 10 cm yang meng- dapat meneruskan gelombang elektromagnetik.
gambarkan intensitas nyeri yang berbeda, Konstruksi ini dimaksudkan untuk meng-
mulai dari tidak ada nyeri, nyeri sedang, arahkan gelombang ke jaringan tubuh yang
hingga nyeri yang berat. Pada saat pengukuran disebut emitter, director atau aplicator atau
pasien ditanya untuk menunjukkan nyerinya sebagai electrode.
pada garis tersebut sebaiknya pada saat pasien
ditanya tentang nyerinya garis tersebut tidak
usah diberikan angka karena dapat mem- Transcutaneous Electrical Nerve
pengaruhi intensitas nyeri pasien secara Stimulation (TENS)
subjektif. Cara pengukuran VAS yaitu dengan Transcutaneous Electrical Nerve Stimu-
membuat garis lurus sepanjang 10 cm dan lation (TENS) merupakan suatu cara peng-
ditanyakan kepada pasien. gunaan energi listrik guna merangsang sistem
saraf melalui permukaan kulit dan terbukti
efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri.
Micro Wave Diathermy (MWD) TENS mampu mengaktivasi baik saraf berdia-
Micro Wave Diathermy (MWD) meru- meter besar maupun kecil yang akan menyam-
pakan suatu pengobatan menggunakan paikan berbagai informasi sensoris ke saraf
stressor fisis berupa energi elektromagnetik pusat.
yang dihasilkan oleh arus bolak-balik frekuensi Efektifitas TENS dapat diterangkan
2450 MHz dengan gelombang 12,25 cm. lewat teori gerbang kontrol. Pada TENS mem-
punyai bentuk pulsa monophasic, biphasic dan
polyphasid. Monophasic mempunyai bentuk
Produksi dan penerangan gelombang retranguler, trianguler dan gelom-
Prinsip produksi gelombang mikro pada bang separuh sinus searah pada biphasic
dasarnya sama dengan arus listrik bolak-balik simetris. Sedangkan pada pola polyphasic ada
frekuensi yang lain, hnaya untuk memperoleh rangkaian gelombang sinus dan bentuk
frekuensi yang lebih tinggi lagi diperlukan interferensi atau campuran. Pulsa monophasic
suatu tabung khusus yang disebut magnetron. selalu mengakibatkan pengumpulan muatan
Magnetron ini memerlukan waktu untuk pema- listrik pulsa dalam jaringan sehingga akan
nasan. Sehingga output belum diperoleh terjadi reaksi elektrokimia dalam jaringan yang
segera setelah mesin dioperasikan. Untuk itu ditandai dengan rasa panas dan nyeri apabila
mesin dilengkapi dengan tombol pemanasan penggunaan intensitas dan durasi terlalu tinggi.
agar mesin tetap dalam posisi dosis nol antara
pengobatan satu dengan yang berikutnya.
Pada posisi tersebut tabung tetap menda- Metode Penelitian
patkan arus listrik, tapi dosis ke pasien nol, Dengan kuasi eksperimental penelitian
sehingga terhindar dari seringnya perubahan dilakukan untuk melihat pengaruh penambahan
panas. Arus dari mesin mengalir ke elektroda nelson traction terhadap pengurangan inten-
melalui co-axial cable, yaitu suatu kabel yang sitas nyeri upperthorakal akibat Joint blockade
26 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April 2005
Pengaruh Penambahan Nelson Traction Pada Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS) Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Upperthorakal Akibat Joint Blockade

yang diterapkan terhadap kelompok perlakuan dengan mengunakan VAS. Pengukuran ini
I dan kelompok perlakuan II. Nilai intensitas dilakukan dan dicatat hasilnya pada format
nyeri diukur dan dievaluasi dengan meng- fisioterapi pada setiap perlakuan yang diberikan.
gunakan Visual Analogue Scale, kemudian
hasilnya akan dianalisa antara kelompok
perlakuan I dankelompok perlakuan II sebelum Hasil
dan sesudah perlakuan. Nyeri punggung atas akibat Joint
Pada penelitian ini dibagi menjadi dua blockade adalah suatu kondisi yang banyak kita
kelompok yakni satu kelompok diberi perlakuan temui didalam klinis atau didalam praktek
dengan MWD dan TENS, dan satu kelompok fisioterapi dimana keluhan tersebut lebih
lagi diberi perlakuan dengan MWD, TENS, serta dikenal dengan upper back pain. Dan penyebab
diberi penambahan Nelson Traction. dari upper back pain itu banyak sekali salah
Dari hasil pemeriksaan pasien yang satunya adalah karena joint blockade. Dan
positif mengalami gangguan nyeri upper- seorang fisioterapis harus melakukan assess-
thorakal kemudian diminta persetujuannya ment dengan benar dan tepat hal ini dilakukan
untuk dijadikan sample dalam penelitian ini. untuk dapat menentukan jenis intervensi yang
Secara keseluruhan jumlah sampel sebanyak sesuai dengan kondisi pasien.
20 orang yaitu kelompok I dan kelompok II Pada penelitian ini sampel yang diambil
yang masing-masing berjumlah 10 orang. oleh peneliti adalah para penderita nyeri
Setelah dilakukan pengelompokan punggung atas atau upper back pain yang
sample, selanjutnya dilakukan hal-hal sebagai disebabkan karena Joint blockade yang datang
berikut : ke RSAL Mintohardjo Jakarta, sehingga data
1. Kelompok Perlakuan I yang diperoleh adalah merupakan data primer.
Pada kelompok perlakuan I sample pasien Sampel didapat berdasarkan assess-
dengan nyeri pada upperthorakal sebelum ment fisioterapi yang telah ditetapkan, sebelum
diberikan perlakuan, dilakukan pengukuran diberikan intervensi terlebih dahulu dilakukan
intensitas nyeri dengan menggunakan Visual assessment fisioterapi terhadap rasa nyeri
Analoque Scale (VAS), kemudian diberikan punggung atas akibat Joint blockade dengan
Micro Wave Diatermy (MWD) dan Transcu- menggunakan alat ukur terhadap nyeri yaitu
taneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dengan menggunakan Visual Analogue Scale
selama 3 kali intervensi. Selanjutnya dilakukan (VAS), selanjutnya pasien diberikan terapi
evaluasi kembali dengan melihat hasil sebanyak 3 kali kemudian dilakukan pengu-
pengurangan nyeri dengan menggunakan VAS. kuran kembali setelah pemberian intervensi,
Pengukuran ini dilakukan dan dicatat hasilnya hal ini dilakukan untuk menentukan tingkat
pada format fisioterapi pada setiap perlakuan keberhasilan dari perlakuan yang telah
yang diberikan. diberikan.
Pada kelompok perlakuan II sample
pasien dengan nyeri pada upprthorakal Tabel 1
sebelum diberikan perlakuan, dilakukan Distribusi sampel Bardasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelompok Kelompok
pengukuran intensitas nyeri dengan Visual
Kelamin perlakuan 1 perlakuan 2
Analoque Scale (VAS), kemudian diberikan
n % n %
Micro wive Diatermy (MWD), Transcutaneus Laki-laki 1 5 2 10
Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan dibe- Perempuan 9 45 8 40
rikan penambahan manual traksi dengan
Jumlah 10 50% 10 50%
menggunakan metoda Nelson Traction selama
Sumber: Hasil Pengolahan Data
3 kali intervensi.
Nyeri Upperthorakal akibat joint blockade
Berdasarkan hasil tabel Pada kelompok perla-
- Nyeri berkurang
kuan 1 sampel yang berjenis kelamin laki-laki
- Nyeri tetap
berjumlah 1 orang (5%) dan sampel yang
berjenis kelamin perempuan berjumlah 9 orang
Selanjutnya dilakukan evaluasi kembali
(45%) dengan jumlah keseluruhan sampel 10
dengan melihat hasil pengurangan nyeri
orang (50%). Pada kelompok perlakuan 2
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April 2005 27
Pengaruh Penambahan Nelson Traction Pada Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS) Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Upperthorakal Akibat Joint Blockade

sampel yang berjenis kelamin laki-laki berjum- (50%). Sehingga jumlah total sampel dari
lah 2 orang (10%) dan sampel yang berjenis kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan
kelamin perempuan berjumlah 8 orang (40%) 2 adalah berjumlah 20 orang (100%).
dengan keseluruhan jumlah sampel 10 orang
Tabel 2
Distribusi sampel Bardasarkan Usia
Kelompok Perlakuan 1 Kelompok Perlakuan 2 Total
Usia (th) n % n % n %
20-27 2 10% 1 5% 3 15%
28-35 2 10% 3 15% 5 25%
36-43 2 10% 3 15% 5 25%
44-51 2 10% 2 10% 4 20%
52-58 1 5% 1 5% 2 10%
59-65 1 5% 0 0 1 15%
Jumlah 10 50% 10 50% 20 100%
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan hasil tabel di atas Jumlah pen- Berdasarkan hasil uji Wilcoxon dengan
derita nyeri punggung atas akibat joint Pvalue = 0,005<0,05. Ini menunjukan bahwa
blockade pada kelompok perlakuan 1 dan 2 pada kelompok perlakuan 2, pasien yang telah
yang berusia 20-27 tahun berjumlah 3 orang, menerima intervensi mengalami perubahan
28-35 tahun berjumlah 5 orang, 36-43 tahun yang sangat signifikan dibandingkan dengan
berjumlah 5 orang, 44-51 tahun berjumlah 4 yang sebelum menerima intervensi.
orang, 52-58 tahun berjumlah 2 orang, 59-65 Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
tahun berjumlah 1orang. sangat signifikan terhadap penurunan nyeri
punggung atas akibat joint blockade antara
Tabel 3 sebelum dan sesudah pemberian intervensi
Nilai rasa nyeri sebelum dan sesudah intervensi dengan pemberian MWD, TENS, dan Nelson
pada kelompok perlakuan 1 Traction.
Sampel Kelompok Perlakuan 1
Sebelum Sesudah Perubahan Untuk melihat pengaruh intervensi
1 82 33 49 MWD, TENS, dan Nelson Traction terhadap
2 95 62 33 penurunan tingkat rasa nyeri punggung atas
3 41 60 -19
4 46 45 1 akibat joint blockade maka dilakukan uji beda
5 71 12 59 antara nilai selisih penurunan tingkat rasa nyeri
6 60 25 35
7 48 10 38
yang dilihat dari perbedaan antara sebelum
8 55 15 40 dan sesudah intervensi antara kelompok
9 55 38 17 perlakuan 1 dengan kelompok perlakuan 2
10 79 57 22
Mean 63,20 35,70 27,50 dengan menggunakan uji Mann-Whitney.
SD 17,763 20 23,124
Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel 4
Nilai rasa nyeri sebelum dan sesudah intervensi
Berdasarkan tabel 3 maka didapat hasil pada kelompok perlakuan 2
Sampel Kelompok Perlakuan 2
uji Wilcoxon dengan Pvalue = 0,013<0,05. Ini
Sebelum Sesudah Perubahan
menunjukan bahwa pada kelompok perlakuan 1 50 3 47
1, pasien yang telah menerima intervensi 2 55 28 27
mengalami perubahan yang bermakna diban- 3 39 16 23
4 48 46 2
dingkan dengan yang sebelum menerima 5 58 25 33
intervensi. 6 39 35 4
Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh 7 62 39 23
8 50 20 30
yang signifikan terhadap penurunan rasa nyeri 9 90 24 66
punggung atas akibat joint blockade antara 10 51 39 12
sebelum dan sesudah intervensi dengan Mean 54,20 27,5 26,70
SD 14, 543 12, 782 19,368
pemberian MWD dan TENS.
Sumber: Hasil Pengolahan Data
28 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April 2005
Pengaruh Penambahan Nelson Traction Pada Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS) Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Upperthorakal Akibat Joint Blockade

Tabel 5 tidak ada pengaruh yang signifikan antara


Perbandingan perubahan nyeri Klp 1 dan Klp 2 pemberian intervensi MWD dan TENS
Sampel Perubahan Klp 1 Perubahan Klp 1 dengan MWD, TENS, dan Nelson Traction.
1 49 47 Berdasarkan hasil tersebut diatas dapat
2 33 27 disimpulkan bahwa pada uji beda antara
3 -19 23
4 1 2 kelompok perlakuan 1 dengan kelompok
5 59 33 perlakuan 2 tidak terdapat perbedaan
6 35 4 penurunan tingkat rasa nyeri punggung
7 38 23 ataas akibat joint blockade.
8 40 30
9 17 66
10 22 12 Akan tetapi pada tiap kelompok terdapat
penurunan tingkat rasa nyeri yang signifikan
mean 27,50 26,70 antara sebelum dengan sesudah pemberian
Sumber: Hasil Pengolahan Data intervensi.

Berdasarkan tabel 5 hasil perbandingan


dengan mengunakan uji Mann-Whitney didapat
Pembahasan
hasil dimana pada pada kelompok perlakuan
Nyeri punggung atas akibat joint
1memiliki nilai mean 27,50 dengan nilai SD
blockade adalah suatu perasaan dan penga-
23,124 dan pada kelompokperlakuan 2 memi-
laman yang tidak enak, pegal, linu, dan
liki nilai mean 26,70 dengan nilai SD 19,368.
keterbatasan gerak tertentu terutama gerak
Sehingga didapat hasil Pvalue = 0,677>0,05.
ekstensi. Penyebab nyeri punggung atas akibat
Ini berarti tidak terdapat perubahan yang
joint blockade bermacam-macam misalnya
signifikan antara pemberian intervensi MWD
kebiasaan gerak yang lebih banyak membung-
dan TENS dengan MWD,TENS, dan Nelson
kuk atau kelainan postural dalam jangka waktu
Traction.
yang lama, cara mengangkat barang yang tidak
Berdasarkan hasil uji statistik antara
benar, adanya patologis pada lower cervical,
kedua kelompok perlakuan tersebut baik yang
kelainan struktur spine misalnya kiphosis,
saling berhubungan atau yang tidak saling
anteroposition leher, serta adanya patologis
berhubungan antar kelompok, maka pada akhir
pada autonomic nerve system misalnya
penelitian dapat disimpulkan bahwa :
penyakit jantung, gastritis, dysmenorhoe, dan
1. Ada pengaruh pemberian MWD dan TENS
lain-lain. Salah satu penyebab terbesar dari
terhadap pengurangan nyeri punggung
nyeri punggung atas adalah karena adanya
atas akibat joint blockade dengan nilai
posisi yang menetap dalam jangka waktu yang
Pvalue 0,013 yang berarti terdapat penga-
lama. Dan menyebabkan nucleus terdorong ke
ruh yang signifikan antara sebelum pem-
posterior atau posterolateral sehingga akan
berian intervensi dengan sesudah pem-
terjadi perubahan pada struktur jaringan di
berian intervensi pada kelompok perlakuan
sekitarnya. Misalnya pada kapsul ligamen akan
1.
terjadi pemendekan sehingga gerak ekstensi
2. Ada pengaruh pemberian MWD, TENS, dan
terbatas, pada tendomuskular terjadi spasme
Nelson Traction terhadap pengurangan
pada otot-otot back ekstensor karena adanya
nyeri punggung atas akibat joint blockade
reaksi guarding spasme dan pada saat
dengan nilai Pvalue 0,005 yang berarti ter-
melakukan gerakan terutama gerak ekstensi
dapat pengaruh yang sangat signifikan
akan menstimulus nocisensorik sehingga nyeri
antara sebelum pemberian intervensi
akan meningkat, pada foramen intervertebralis
dengan sesudah pemberian intervensi pada
terjadi neuropraxia pada saraf somatic dimana
kelompok perlakuan 2.
terdapat spinal cord yang mengandung saraf
3. Tidak ada pengaruh penambahan Nelson
afferen tipe C dan saraf tipe Adelta yang
Traction yang dikombinasi dengan MWD
sangat mudah menimbulkan rasa nyeri.
dan TENS terhadap pengurangan nyeri
Intervensi yang dapat diberikan untuk mena-
punggung atas akibat joint blockade
ngani terjadinya locking pada thoracal joint
dengan nilai Pvalue 0,677 yang berarti
adalah dengan manual traksi dengan meng-
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April 2005 29
Pengaruh Penambahan Nelson Traction Pada Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS) Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Upperthorakal Akibat Joint Blockade

gunakan metoda Nelson Traction. Pada cara membungkuk, duduk dengan posisi mem-
penelitian ini peneliti ingin mengetahui penga- bungkuk, dan lain-lain.
ruh penambahan Nelson Traction yang dikom- Pada kelompok perlakuan 2 juga terjadi
binasi dengan pemberian MicroWave penurunan tingkat rasa nyeri antara sebelum
Diathermy (MWD) dan Transcutaneus Electrical intervensi dengan sesudah intervensi, dimana
Nerve stimulation (TENS) terhadap pengu- sebelum intervensi memiliki nilai mean 54,20
rangan nyeri punggung atas akibat joint (SD=14,543). Dan sesudah pemberian inter-
blockade. vensi mengalami penurunan rasa nyeri mean
Dari hasil penelitian tersebut didapat sebesar 27,50 (SD = 12,782). Dan dari hasil
pada kelompok perlakuan 1 terjadi penurunan tersebut didapat nilai Pvalue= 0,005. Ini berarti
tingkat rasa nyeri antara sebelum pemberian hasil tersebut sangat signifikan antara sebelum
intervensi dengan setelah pemberian intervensi. pemberian intervensi MWD, TENS, dan Nelson
Dimana pada saat sebelum intervensi memiliki Traction dengan sesudah pemberian intervensi.
nilai mean 63,20 (SD = 17,763). Dan setelah Hal ini terjadi karena pada saat pemberian
intervensi terjadi penurunan tingkat rasa nyeri manual traksi dengan metoda Nelson Traction
mean sebesar 35,70 (SD = 20,000) sehingga terjadi pembukaan pada sendi yang mengalami
didapat Pvalue = 0,013. Ini berarti bahwa penguncian sehingga pasien merasa lebih
terdapat pengaruh yang signifikan pada pem- nyaman setelah diberikan terapi tersebut,
berian intervensi MWD dan TENS antara sebe- selain itu juga terjadi pelebaran dari foramen
lum dan sesudah intervensi. Hal tersebut intervertebralis sehingga akan mengurangi
dikarenakan pada saat pemberian MWD dan penekanan pada saraf A-delta dan saraf C, juga
TENS akan terjadi perbaikan sirkulasi di terjadi penguluran dari tendomuskular dan
jaringan, meningkatkan metabolisme dan zat- kapsul ligamentair karena pada saat diberikan
zat iritan dapat terabsorbsi kembali sehingga terapi Nelson Traction diawali dengan relaksasi
otot menjadi relaksasi selain itu juga terjadi terlebih dahulu baru kemudian dilakukan traksi
pengurangan nyeri di level sensoris melalui sehingga pada saat dilakukan Nelson Traction
ujung sensor serabut Adelta dan C, di level selain terjadi pengembalian nucleus ke anterior
spinal dimana nyeri dapat terinhibisi dengan juga terjadi penguluran pada tendomuskular
adanya pengeluaran enkefalinergik yang meru- dan kapsul ligamentair, selain itu juga terjadi
pakan inhibitor pada neurotransmitter sehingga pengembangan rongga thoraks sehingga dapat
nyeri dapat dihambat pada lamina I, II, dan V mengurangi kesulitan bernafas pada saat
di kornu posterior dimana terdapat saraf A- inspirasi dan pasien merasa lebih nyaman.
delta dan saraf C, dan di level supraspinal Pada kelompok perlakuan 2 ini terdapat
dengan adanya pengeluaran endorphine dari pasien yang mengalami perubahan penurunan
thalamus dengan adanya stimulus dari noxious. rasa nyeri sangat jauh. Hal ini dapat dilihat
Pada kelompok perlakuan 1 ini terdapat satu pada sampel nomor 9 hal ini dikarenakan
orang pasien yang dari hasil pemeriksaan rasa pengaruh secara psikologis dimana pasien
nyeri setelah 3 kali intervensi meningkat yang terlihat percaya terhadap efek terapi yang akan
ditunjukkan pada sampel nomor 3. Hal ini diberikan, sedangkan pada sample nomor 4
terjadi karena dilihat dari faktor usia dimana didapatkan hasil dari nilai penurunan nyeri
pasien tersebut berusia 52 tahun dan meng- setelah 3 kali intervensi hanya berkurang 2, hal
alami kesulitan untuk menggambarkan rasa ini dikarenakan secara psikologis pasien terlihat
nyeri yang dirasakannya walaupun dalam kurang percaya terhadap efek dari terapi yang
anamnesis nyeri sudah berkurang sedangkan diberikan sehingga peneliti mengalami kesulitan
pada pasien yang berusia dibawah 52 tahun dalam menerapkan metoda Nelson Traction.
lebih mudah untuk menggambarkan rasa nyeri Selain itu juga dilihat dari faktor usia dimana
yang dirasakannya ini ditunjukan pada sampel pada sampel nomor 4 tersebut berusia 55
nomor 5. Selain itu juga dilihat dari aktifitas tahun dan kondisinya yang terlalu rigid, serta
pasien dimana setelah pasien melakukan terapi aktifitasnya yang lebih banyak dibandingkan
mereka melakukan aktifitas sehari-hari dengan pada sampel nomor 9, pada sampel nomor 4
posisi yang salah misalnya menulis dengan banyak melakukan aktifitas tanpa memper-
hatikan postur yang benar misalnya duduk
30 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April 2005
Pengaruh Penambahan Nelson Traction Pada Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS) Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Upperthorakal Akibat Joint Blockade

dengan posisi membungkuk, postur pasien dalam pengurangan rasa nyeri tersebut.
yang high kiphosis sehingga memperbesar Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi
resiko terjadinya rasa nyeri tersebut. keberhasilan intervensi ini selain dilihat dari
Dengan demikian dapat disimpulkan usia, dimana pada usia yang lebih muda maka
bahwa metoda manual traksi dengan metoda lebih mudah untuk dilakukan Nelson Traction
Nelson Traction lebih mudah dilakukan bila sehingga pengembalian nucleus ke tempatnya
pasien merasa yakin dengan efek dari terapi semula lebih cepat. Selain itu juga perlu diper-
yang diberikan, usia yang labih muda lebih hatikan posisi yang benar pada saat beraktifitas
mudah untuk dilakukan Nelson Traction, juga karena bila posisi pada saat beaktifitas tidak
dilihat dari aktifitas sehari-hari dimana bila diperbaiki maka keluhan nyeri punggung atas
aktifitas yang dilakukan tidak memperhatikan tersebut akan lebih lama berkurangnya. Hal
postur yang benar maka efek dari terapi lain yang perlu juga diperhatikan adalah
Nelson Traction tidaklah sangat berpengaruh frekuensi kedatangan terapi semakin sering
dan efeknya hanya akan bersifat sementara pasien datang maka efek perubahannya sema-
saja bila pasien tidak memperbaiki postur kin terlihat.
dalam melakukan aktifitasnya.
Berdasarkan hasil data tersebut baik
pada kelompok perlakuan 1 maupun kelompok Kesimpulan
perlakuan 2 terjadi pengurangan tingkat rasa Berdasarkan hasil penelitian dan pem-
nyeri upperthorakal akibat joint blockade, bahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan
namun berdasarkan uji Mann-Whitney didapat sebagai berikut :
hasil P= 0,677 (P>0,05) yang membuktikan 1. Ada pengaruh pemberian MWD dan TENS
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signi- terhadap pengurangan nyeri punggung atas
fikan antara pemberian intervensi MWD dan atau upperthoracal akibat joint blockade
TENS dengan MWD, TENS, dan Nelson Trac- dengan nilai P sebesar 0,013 yang berarti
tion terhadap pengurangan rasa nyeri pung- terdapat pengaruh yang signifikan antara
gung atas akibat joint blockade. sebelum pemberian intervensi dengan sesu-
Hal ini terjadi karena pada kedua dah pemberian intervensi pada kelompok
kelompok perlakuan sama-sama terjadi relak- perlakuan 1.
sasi pada tendomuskular dan kapsul ligamen- 2. Ada pengaruh pemberian MWD, TENS, dan
tair, terinhibisinya aktifitas saraf A-delta dan Nelson Traction terhadap pengurangan
saraf C sehingga nyeri dapat berkurang, nyeri punggung atas atau upperthoracal
sedangkan pada kelompok perlakuan 2 akibat joint blockade dengan nilai P sebesar
walaupun terjadi pengurangan penekanan 0,005 yang berarti terdapat pengaruh yang
pada saraf somatik, pembukaan pada sendi sangat signifikan antara sebelum pemberian
yang mengalami penguncian, pelebaran fora- intervensi dengan sesudah pemberian inter-
men intervertebralis, pengembalian nucleus vensi pada kelompok perlakuan 2.
pulposus ke anterior, serta pengembangan dari 3. Tidak ada pengaruh penambahan Nelson
rongga thoraks namun sifatnya hanya semen- Traction yang dikombinasi dengan MWD
tara saja karena umumnya pasien tidak dan TENS terhadap pengurangan nyeri
memperhatikan posisi yang benar pada saat punggung atas atau upperthoracal akibat
beraktifitas. joint blockade dengan nilai P sebesar 0,677
Berdasarkan penjelasan diatas didapat yang berarti tidak ada pengaruh yang
kesimpulan bahwa kedua metoda tersebut signifikan antara pemberian intervensi MWD
dapat digunakan dalam pengurangan rasa dan TENS dengan MWD, TENS, dan Nelson
nyeri punggung atas akibat joint blockade, Traction.
namun juga perlu diperhatikan kondisi pasien
secara psikologis sehingga pasien merasa yakin
dengan efek terapi yang akan diberikan dan Implikasi
juga penerapan metoda Nelson Traction Untuk menangani keluhan nyeri pung-
dengan benar dan tepat karena merupakan gung atas atau upperthoracal akibat joint
salah satu faktor yang juga mempengaruhi blockade dapat diberikan intervensi MWD,
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April 2005 31
Pengaruh Penambahan Nelson Traction Pada Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS) Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Upperthorakal Akibat Joint Blockade

TENS, serta penambahan manual traksi Hasan, Igbal, “Pokok-pokok Materi Statistik 2–
dengan metoda Nelson Traction. Namun dalam Statistik Inferensif”, Ed. II, Bumi Aksara,
pemilihan intervensi mana yang lebih baik Jakarta, 2002.
dilihat juga dari faktor psikologis dimana pasien
merasa yakin dengan efek terapi dari Nelson Kisner, Carolyn, and Colby, Lynn Allen,
Traction yang diberikan dan metoda penerapan “Therapeutic Exercise Foundations and
Nelson Traction yang benar dan tepat karena Techniques”, Third Edition, F.A. Davis
faktor tersebut berpengaruh terhadap pengu- Company, Philadelpia, 1996.
rangan rasa nyeri punggung atas akibat joint
blockade. Low, John, and Reed, Ann, “Electrotherapy
Baik intervensi MWD dan TENS maupun Explained Principles and Practice”, Third
MWD, TENS, dan penambahan manual traksi Edition, Butterworth Heinemann, Oxford,
dengan metoda Nelson Traction sama-sama 2000.
ditujukan untuk mengurangi nyeri punggung
atas akibat joint blockade, namun yang Low, John & Dyson, et al, “Electrotherapy
berbeda adalah proses pengurangan nyerinya Explained principles and practice”, Ed.
dimana pada pemberian Nelson Traction terjadi III, Oxford, Auckland, Boston,
pembukaan dari sendi yang mengalami Johannesburg, Melbourne, New Delhi,
penguncian, pengembalian nukleus ke anterior, 2000.
serta terjadi penguluran otot-otot back eks-
tensor dan kapsul ligamentair sedangkan pada Orkin, Chynthia C, and White, D. Joyce,
pemberian MWD dan TENS tidak terjadi proses “Measurement of Joint Motion A Guide
tersebut. Namun efek terapi dari pemberian to Goniometry”, Edition 2, F.A. Davis
Nelson Traction hanya akan bersifat sementara Company, Philadelphia, 1995.
saja bila habitual movement tidak diperbaiki.
Patrick, M.K, “Injuries to Soft Tissues – I“, di
dalam Downie, Patricia A (Ed.), “Cash’s
Daftar Pustaka Textbook of Physiotherapy in Some
Atkinson, Karen, et al, “Physiotherapy in Surgical Conditions”, Sixth edition,
Orthopaedics A Problem-Solving Faber and Faber, London, 1979.
Approach”, Churchill Livingstone,
London, 1999. ___________, “Injuries to Soft Tissues – II“,
di dalam Downie, Patricia A (Ed.),
Buku Pegangan Kuliah Program D.III “Cash’s Textbook of Physiotherapy in
Fisioterapi, “Sumber Fisis”, Pusdiknakes Some Surgical Conditions”, Sixth edition,
Depkes R.I, Jakarta, 1993. Faber and Faber, London, 1979.

De Wolf A.N, and Mens J.M.A, “Pemeriksaan Santoso, Singgih, “SPSS Versi 10-Mengolah
Alat Penggerak Tubuh”, Cetakan kedua, Data Statistik Secara Profesional”, PT
Bohn Stafleu Van Loghum, Houten/ Elex Media Komputindo Gramedia,
Zaventem, Nederland, 1994. Jakarta, 2001.

Donatelli, Robert, and Wooden, Michael J, Sugijanto, Bahan mata kuliah Anatomi Terapan
“Orthopaedic Physical Therapy”, dan Biomekanik ’’Knee Joint Complex’’,
Churchiil Livingstone, New York, 1989. FFT, Jakarta, 2003.

Engen, Thorkild J, “Orthoses and Adaptive Sugiyono, “Statistik Nonparametris untuk


Equipment“, di dalam Halstead, Lauro S Penelitian”, CV. Alfabeta, Bandung,
and Grabois, Martin (Ed.), “Medical 2001.
Rehabilitation”, Raven Press, New York,
1985. Sujatno, Ig, “Sumber Fisis”, Akademi Fisioterapi
Surakarta, 1998.
32 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April 2005
Pengaruh Penambahan Nelson Traction Pada Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS) Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Upperthorakal Akibat Joint Blockade

Soeparman, “Paradigma Fisioterapi”, di dalam


Kumpulan Makalah TITAFI XV, IFI,
Semarang, 2000.

Widjaja, Surya, “Kinesiologi The Anatomy of


Motion = Anatomi Alat Gerak”, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 1998.

Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April 2005 33

Anda mungkin juga menyukai