Program Studi Fisioterapi Jenjang Sarjana Fakultas Keperawatan Dan
Fisioterapi Institute Kesehatan Medistra Lubuk Pakam Jl. Sudirman No.38 Lubuk Pakam Kec. Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara e-mail : milenia999@gmail.com
Abstrak
Myofascial Trigger Point Syndrome (MTPS) otot Upper Trapezius yaitu
kondisi nyeri pada otot yang bersifat kronik yang ditandai dengan adanya trigger point atau titik nyeri. Trigger point merupakan titik nyeri yang hipersensitif yang berada pada otot yang menegang atau mengalami pengerasan (taut band). Dalam hal penurunan intensitas nyeri diberikan intervensi Ischemic Compression Technique dan Self Stretching Exercise. Kemudian dengan menggunakan pengukuran visual analogue scale (VAS) yang bertujuan untuk menilai intensitas nyeri sebelum dan sesudah tindakan. Sampel pada penelitian ini berjumlah 12 orang dengan usia 45-54 tahun. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Variable dependent yaitu kondisi myofascial trigger point syndrome (MTPS) otot upper trapezius yang berhubungan dengan intensitas nyeri dengan variabel independen yaitu pelaksanaan intervensi ischemic compression technique dan self stretching exercise. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimental one grup pre dan postest. Dengan hasil analisis uji Wilcoxon intensitas nyeri MTPS otot upper trapezius sebelum dan sesudah intervensi N=12, Mean sebelum= 5,17, Mean sesudah = 1,92, SD sebelum 1,115, SD sesudah = 1,165 dengan P-Value= 0,002. Maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh pemberian ischemic compression technique dan self stretching exercise terhadap intensitas nyeri pada kasus myofascial trigger point syndrome (MTPS) otot upper trapezius pada Rumah Sakit Permata Hati Duri.
Kata Kunci : Myofascial Trigger Point Syndrome (MTPS) otot Upper
Myofascial Trigger Point Syndrome (MTPS) of the upper trapezius muscle is
a chronic muscle pain characterized by the presence of trigger points or tender points. Trigger points are hypersensitive pain points located in tight or hardened muscles (taut bands). In terms of decreasing pain intensity, the intervention of Ischemic Compression Technique and Self-Stretching Exercise is given. Then using a Visual Analogue Scale (VAS) for measure which aims to assess the intensity of the pain before and after the therapy. The sample for this study was 12 people aged 45 to 54 years. This research uses the case study method. The dependent variable is the status of the myofascial trigger point syndrome (MTPS) of the upper trapezius muscle which is associated with pain intensity, the independent variables being the implementation of the intervention of the ischemic compression technique and self-stretching exercise. This research is a quasi-experimental pre and post-test of a group. With the results of the Wilcoxon test analysis of the intensity of pain MTPS of the upper trapezius muscle before and after intervention N=12, Mean before=5.17, Mean after=1.92, SD before 1.115, SD after=1.165 with P - Value=0.002. It can therefore be concluded that Ho is rejected and Ha is accepted, which means that there is an effect of giving an ischemic compression technique and a self-stretching exercise on the intensity of pain in the case of the syndrome myofascial trigger point (MTPS) of the upper trapezius muscle at Permata Hati Duri Hospital.
Keywords : Myofascial Trigger Point Syndrome (MTPS), Ischemic
1. PENDAHULUAN menerus hingga menimbulkan berbagai
Mobilitas dan aktifitas saat ini di keluhan nyeri muskuloskeletal kehidupan semakin meningkat karena terutama pada bagian bahu dan leher. kebutuhan dan tuntutan masyarakat Keluhan nyeri sendiri adalah gangguan yang juga semakin meningkat. yang paling sering dijumpai dan biasa Sehingga aktivitas seperti di depan menyerang persendian. Postur tubuh layer komputer terlalu lama, aktivitas yang kurang baik pada saat aktivitas rumah tangga, pekerjaan lapangan bisa menjadi salah satu faktor dengan posisi tubuh yang tidak penyebab terjadinya myofascial trigger ergonomis dan akhirnya mengalami point syndrome pada otot upper kontraksi otot yang bersifat terus- trapezius dengan postur yang buruk, seperti forward head posture, lateral Menurut Peraturan Menteri Kesehatan head posture, dan lainnya Republik Indonesia Nomor 65 Tahun mengakibatkan beban terlalu berlebih 2015, “Fisioterapi adalah bentuk pada otot upper trapezius. Apalagi saat pelayanan kesehatan yang ditujukan bekerja dengan posisi statis atau diam kepada individu dan/atau kelompok dalam waktu yang lama, lalu untuk mengembangkan, memelihara mengangkat beban yang melebihi dan memulihkan gerak dan fungsi kemampuan otot juga bisa tubuh sepanjang rentang kehidupan menyebabkan kompresi pada otot. dengan menggunakan penanganan (Jehaman et al, 2020). secara manual, peningkatan gerak, World Health Organization (WHO) peralatan (fisik, elektroterapeutis dan tahun 2014 mengatakan, bahwa mekanis) pelatihan fungsi, dan gangguan otot rangka merupakan komunikasi.” penyakit paling banyak yang Berbagai modalitas fisioterapi disebabkan kerja, berkisar 60% dari dapat digunakan untuk mengurangi semua gangguan akibat kerja. nyeri dan menambah jarak gerak sendi Prevalensi terjadinya myofascial trigger lutut seperti elektro terapi, manual point syndrome di Amerika Serikat terapi dan terapi latihan. Pengobatan memperoleh 30- 85% dan dilaporkan yang umum diberikan adalah mencapai hingga angka 54% dalam 6 pemberian terapi latihan dan manual bulan. Individu yang mengalami terapi (Jehaman et al, 2021). peningkatan gejala secara berkala Diantaranya terdapat ischemic mencapai 37%. Dari 96% dengan compression technique untuk manual keluhan nyeri pada otot, 74%-nya terapi dan self stretching exercise akibat dari myofascial trigger point untuk terapi latihan. syndrome. Hingga saat ini belum ada Dari penelitian sebelumnya yang data pasti untuk prevalensi kasus dilakukan oleh Pinto di tahun 2019, myofascial trigger point syndrome di dengan memberikan pengaruh Indonesia, tetapi didapat sebuah kombinasi ischemic compression dan penelitian yang dilakukan di Jakarta traction compression stretching untuk terhadap karyawan kantoran, 44 orang efek jangka pendek pada ambang (17.93%) dari hasil penelitian tekanan nyeri terhadap pasien menyatakan sebanyak 34.1% myofascial trigger point syndrome pada mengalami myofascial trigger point otot upper trapezius. Peneliti tersebut syndrome atau sekitar 6.72 % dari mendapatkan kesimpulan bahwa jumlah seluruh populasinya (Pratama, ischemic compression dapat 2021). direkomendasikan sebagai pengobatan Angka kejadian myofascial trigger konservatif pilihan untuk pengobatan point syndrome pada otot upper myofascial trigger point syndrome pada trapezius di Rumah Sakit Permata Hati otot upper trapezius. Duri sejak bulan November 2021 Sedangkan pada peneliti Jehaman hingga Januari 2022 telah terdata et al di tahun 2020, melalui sebanyak 10,8% dari rata-rata 116 penelitiannya yaitu pengaruh total kunjungan pasien perbulan pemberian ischemic compression dan dengan rentang usia 30 – 70 tahun. contract relax stretching terhadap Penatalaksanaan atau penanganan intensitas nyeri myofascial trigger point kasus myofascial trigger point syndrome otot upper trapezius, syndrome pada otot upper trapezius ini didapatkan hasil bahwa pemberian IC salah satunya adalah Fisioterapi. dan CRS dapat memberikan efek yang signifikan terhadap penurunan nyeri MTPS karena hal tersebut dapat pada MTPS otot upper trapezius hingga mengurangi kontraksi dari taut band 50%. Dengan rata-rata nilai intensitas dan meningkatkan sirkulasi darah nyeri sebelum diberi IC dan CRS 5,00 didalam jaringan (Aktifah et al, 2020). dan sesudah diberi IC dan CRS menjadi Berdasarkan data diatas peneliti 2,55. Sehingga metode IC dan CRS tertarik untuk mengangkat topik dapat dipertimbangkan untuk dengan Judul Penelitian “Pengaruh diterapkan pada pasien nyeri MTPS Pemberian Ischemic Compression upper trapezius. Technique Dan Self Stretching Exercise Pelayanan Fisioterapi di Rumah Terhadap Intensitas Nyeri Pada Kasus Sakit Permata Hati Duri merupakan Myofascial Trigger Point Syndrome Otot salah satu pelayanan kesehatan untuk Upper Trapezius Di Rumah Sakit memelihara dan meningkatkan Permata Hati Duri 2022”. kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, dan 2. METODE PENELITIAN memulihkan kesehatan. Prevalensi Jenis Penelitian yang akan Selama kurun waktu 3 bulan dari dilakukan peneliti dalam kasus ini November tahun 2021 hingga Januari adalah penelitian kuantitatif dengan tahun 2022, dengan rata-rata pendekatan quasi eksperimen atau kunjungan perbulan 116 pasien peneliti eksperimen semu, Rancangan menemukan pasien yang menderita penelitian yang digunakan adalah myofascial trigger point syndrome otot rancangan One Group pretest-post upper trapezius sebanyak 12 pasien test. penelitian dilakukan di Poli kunjungan. dibagi diantaranya wanita 9 Fisioterapi Rumah Sakit Permata Hati orang dan laki-laki 3 orang dengan Duri. Teknik pengambilan sampel pada rentan usia 30 – 70 tahun dan penelitian ini dengan metode total melakukan aktivitas pekerjaan sampling yaitu bila jumlah populasinya pedagang di pasar, ibu rumah tangga sedikit maka bisa diambil seluruhnya (wanita), dan pensiunan PT menjadi sampel penelitian. Variabel Caltex/Chevron. yang diselidiki dalam penelitian ini ada Banyak modalitas fisioterapi bisa dua, yaitu variabel independent adalah digunakan sebagai intervensi dalam Pelaksanaan terapi yang dilaksanakan menangani nyeri MTPS otot upper dengan ischemic compression trapezius seperti spray and stretch, technique dan self stretching exercise, ultrasound (US), dry needling, TENS, dan variabel dependent adalah Kondisi latihan penguluran, dan lain-lain. myofascial trigger point syndrome otot Tetapi peneliti memilih menggunakan upper trapezius yang berhubungan metode ischemic compression dengan intensitas nyeri. uji test technique dan self stretching exercise. dependent (paired test) dan test Ischemic compression technique adalah independent menggunakan interval teknik manipulasi terapi dengan kepercayaan 0.05 untuk melihat memberikan tekanan pada titik nyeri, pengaruh dan perbedaan nilai pada yang dilakukan secara perlahan lalu kedua kelompok. Hipotesis diterima meningkat sampai batas toleransi nyeri jika probalitas ≤ 0.05 dan hipotesa pasien sehingga aman dan efektif ditolak jika probalitas > 0.05 artinya untuk mengurangi nyeri pada MTPS. secara statistik tidak bermakna. Self stretching exercise pada otot, berguna dalam menangani pemendekan otot dan titik picu nyeri 3. HASIL Tabel 4 Distribusi Pengaruh Intensitas Nyeri Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pada Pasien Myofascial Trigger Point Dan Jenis Kelamin Dengan Pemberian Sebelum dan Sesudah Diberikan Ischemic Compression Technique Ischemic Compression Technique dan Self Stretching Exercise dan Self Stretching Exercise No Kategori F % Variabel N Mean SD P-Value
Reponden Nyeri Sebelum 5.17 1.115
12 0.002 1 Umur Nyeri Sesudah 1.92 1.165
Pertengaha Tabel 4 menjelaskan nahwa
n (Middle 12 100 berdasarkan hasil analisis diperoleh Age 45-54 tahun) nilai p = 0.002 < α (0.05) yang artinya Total 12 100 ada pengaruh penurunan nyeri 2 Jenis sebelum dan sesudah diberikan Kelamin Myofascial Rrelease Technique dan Mc Laki-laki 3 25 Kenzie Exercise. Perempuan 9 75 Total 12 100 4. PEMBAHASAN Tabel 1 menunjukkan pembagian a. Karakteristik Responden karakteristik responden menurut umur, Berdasarkan Usia dan Jenis dan jenis kelamin, dimana dari 12 Kelamin orang responden terdapat 12 orang Hasil analisa data menunjukkan umur pertengahan (100%). Untuk jenis bahwa jumlah responden yang berumur kelamin laki-laki terdapat 3 orang 45-54 tahun sebanyak 12 orang (100 (25%), dan perempuan 9 orang (75%). %). Menurut Jehaman et al (2020) dan Atmadja (2016), bahwa usia antara 30- Tabel 2 Distribusi Intensitas Nyeri Sebelum Diberikan Intervensi 60 tahun merupakan prevalensi usia Variabel N Mean SD Minimal Maksimal terjadinya myofascial trigger point Nyeri Sebelum 12 5.17 1.115 4 7 syndrome meningkat. Dikarenakan Tabel 2 menunjukkan nilai rata- mulai terjadi perubahan pada masa otot rata nyeri sebelum diberikan intervensi yang mulai berkurang terutama ditandai yaitu 5.17 dengan standar deviasi dengan hilangnya serabut otot tipe 1 1.115. Nyeri terendah adalah 4 dan dan 2. Maka perubahan ini yang tertinggi adalah 7. mengakibatkan laju metabolik basal dan laju komsumsi oksigen maksimal Tabel 3 Distribusi Intensitas Nyeri berkurang sebesar 4,5%. Sehingga otot Sesudah Diberikan Intervensi menjadi mudah lelah dan kecepatan laju Variabel N Mean SD Minimal Maksimal kontraksi melambat. Nyeri Sesudah 12 1.92 1.165 0 3 Untuk analisa data pada jumlah Tabel 3 menunjukkan nilai rata- responden berdasarkan jenis kelamin rata nyeri sesudah diberikan intervensi perempuan sebanyak 9 orang (75%), yaitu 1.92 dengan standar deviasi laki-laki 3 orang (25%). Menurut Aktifah 1.165. Nyeri terendah adalah 0 dan et al (2020), pada saat usia 30 tahun yang tertinggi adalah 3. mulai terjadi degenerasi pada wanita. Hal tersebut ditandai dengan adanya degenerasi pada system muskuloskeletal disertai dengan hilangnya fleksibilitas myofascial secara bertahap sehingga memicu timbulnya nyeri trigger. b. Perbedaan nyeri sebelum Dalam penelitian El-hafez et al dan sesudah diberikan (2020), self stretching exercise juga Intervensi Ischemic dapat mengendurkan otot yang tegang Compression Technique dan atau mengalami spasme. Self Self Stretching Exercise stretching exercise bekerja pada sifat Dari hasil analisis uji Wilcoxon viscoelastic (sifat yang mampu kembali diperoleh nilai dari 12 jumlah ke bentuk seperti semula dengan responden yaitu mean pada intensitas waktu tertentu) pada serat otot dan nyeri sebelum sebanyak 5,17 dan nyeri mendorong relaksasi. Mirip dengan sesudah sebanyak 1,92. Nilai SD penerapan beban eksternal konstan sebelum sebanyak 1,115 dan sesudah yang lambat pada otot yang 1,165 dengan P-Value 0.002 (P<0,05), memendek, ini menghasilkan deformasi maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan dan peningkatan fleksibilitas otot upper Ha diterima yang berarti adanya trapezius. Peneliti Aktifah et al (2020), pengaruh pemberian ischemic menemukan bahwa pemberian self compression technique dan self stretching exercise menunjukkan stretching exercise terhadap intensitas adanya penurunan nyeri myofascial myeri pada kasus myofascial trigger trigger point syndrome yang point syndrome di Rumah Sakit disebabkan karena kemampuan Permata Hati Duri. memanjangkan atau mengulur struktur Dalam penelitian Kisilewicz, et al jaringan lunak yaitu fascia, ligament, (2018) ischemic compression technique otot, dan tendon yang memendek tetap menjadi terapi paling umum dan karena patologis sehingga dapat non-invasif yang saat ini digunakan mengurangi nyeri yang disebabkan untuk pengobatan MTPS. Ischemic oleh spasme, pemendekan otot atau compression technique dapat akibat fibrosis. Dengan diberikannya 8 menyebabkan normalisasi sifat kali perlakuan, hasil penurunan nyeri biomekanik serat otot, memulihkan lebih jauh. keadaan fungsional normal otot dan Dengan kombinasi 2 jenis terapi ini kemungkinan besar mengurangi risiko dapat menghasilkan perubahan atau cedera. Efek terapeutik lokal dari mengurangi intensitas nyeri pada ischemic compression technique pasien myofascial trigger point termasuk stimulasi mekanoreseptor, syndrome pada otot upper trapezius dengan atenuasi terkait sinyal nyeri, dengan 8 kali perlakuan. terutama karena penipisan neurotransmiter spesifik, obstruksi 5. KESIMPULAN sementara aliran darah dan masuknya Hasil penelitian terhadap 12 oksigen di area pelepasan tekanan responden di poli fisioterapi Rumah (compression). Dengan demikian, Sakit Permata Hati Duri tahun 2022 pengobatan MTPS dengan ischemic disimpulkan karakteristik responden compression technique menghasilkan umur 45-54 tahun (100%), penghilang rasa sakit yang cepat, serta karakteristik berdasarkan jenis kelamin normalisasi sifat biomekanik dari serat laki-laki sebanyak 3 orang (25%) dan otot lokal, yang mengembalikan perempuan 9 orang (75%). keadaan fungsional normal otot, Berdasarkan hasil kajian diatas termasuk rentang gerak yang lebih diambil kesimpulan bahwa pemberian baik, gerakan dan pengurangan risiko ischemic compression technique dan cedera.. self stretching exercise dapat mengurangi intensitas nyeri pada pasien myofascial trigger point Muhammadiyah University Press, syndrome otot upper trapezius. Sesuai Surakarta. 1-134. dengan tujuan umum dan tujuan Jehaman.I et al. 2020. Pengaruh Pemberian Ischemic Compression khusus dari tujuan penelitian ini. Dari Dan Contract Relax Stretching kesimpulan ini mengandung implikasi Terhadap Intensitas Nyeri bahwa ischemic compression technique Myofascial Trigger Point Syndrome dan self stretching exercise dapat Otot Upper Trapezius. Jurnal dipilih dan digunakan untuk kasus Keperawatan dan Fisioterapi (JKF). myofascial trigger point syndrome otot 2(2) : 130-138. upper trapezius dengan Kisilewicz.A et al. 2018. Changes in Muscle Stiffness of the Trapezius memperhatikan kembali problematik Muscle after Application of fisioterapi, tujuan, tekhnik dan Ischemic Compression into prosedur pelaksanaan terapi yang Myofascial Trigger Points in tepat sehingga mendapatkan hasil Professional Basketball Players. terapi yang maksimal. Journal of Human Kinetics. 64(1) : 35-45. Kuttner.J. 2017. “Trigger Point Release – Ischemic Compression DAFTAR PUSTAKA Technique”. https://www.youtube.com/watch? Aktifah.N et al. 2020. Pengaruh v=vsMaGKsB1QY. Accessed Kombinasi Ischemic Compression February 28, 2022. Dan Stretching Pada Myofascial Masturoh.I. & Anggita.N. 2018. Pain Syndrome Otot Upper Metodologi Penelitian Kesehatan. Trapezius. Fisiomu. 2(1) : 47-52. Kementrian Kesehatan Republik Atmadja.A.S. 2016. Sindrom Nyeri Indonesia : 1-307. Myofascial. Continuing Medical Education. 43(3) : 176-179. Menkes RI. 2015. Peraturan Menteri Avison.J et al. 2015. Fascia In Sport Kesehatan Republik Indonesia and Movement. United Kingdom : Nomor 65 Tahun 2015 tentang Handspring. Standar Pelayanan Fisioterapi. Cael.C. 2017. Anatomi Fungsional: Pasal 1 (2). Anatomi Muskuloskeletal, Kinesiologi, dan Palpasi untuk Mufti.G.R et al. 2016. Gambaran skala Fisioterapi. Jakarta: Penerbit Buku visual analog dan hemodinamik Kedokteran. 108 & 109 hlm. pada pasien yang diberikan Dommerholt.J & McEvoy.J. 2012. kombinasi tramadol dan ketorolak “Pincer Palpation”. pasca bedah laparotomi. Jurnal e- https://d3i71xaburhd42.cloudfront. Clinic (eCl). 4(1) : 1-7. net/cc4e341c759afa7fdf11d133afa 6b29d19797908/4-Figure3-1.png. Muscolino.J. 2017. “Self Stretching Accessed February 28, 2022. Exercise Upper Trapezius”. El-Hafez.H.M et al. 2020. Instrument- https://learnmuscles.com/glossary/ assisted soft tissue mobilisation upper-trapezius-stretching/. versus stripping massage for upper Accessed February 28, 2022. trapezius myofascial trigger points. Journal of Taibah University Muskuloskeletal Key. 2019. “Flat Medical Sciences. 15(2) : 87-93. Palpation”. Emril.D.R. 2018. Efek Terapeutik Dry https://musculoskeletalkey.com/w Needling Dalam Tata Laksana Nyeri p-content/uploads/ 2016/06/f11- Muskuloskelatal. Jurnal Sinaps. 07-9780443101267.jpg. Accessed 1(1) : 110-118. February 28, 2022. Herawati.I & Wahyuni. 2017. Pemeriksaan Fisioterapi, Paulsen.F & Waschke.J. (eds) 2018. Sobotta Atlas of Anatomy, Elsevier, Munich : 72 & 94 hlm.
Pratama.A.D. 2021. Efektivitas Friction
Massage Terhadap Mengurangi Nyeri Pada Kasus Myofascial Trigger Point Syndrome Otot Upper Trapezius. Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF). 4(1) : 18-24.
Rezaei.S et al. 2019. The Effect of
Laser Therapy and Ischemic Compression on Active Trigger Points in Upper Trapezius Muscle. Journal of Modern Rehabilitation. 13(4) : 221- 226.
Sugijanto & Army.H. 2015. Efektifitas
Latihan Koreksi Postur Terhadap Disabilitas Dan Nyeri Leher Kasus Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius Mahasiswa Wanita Universitas Esa Unggul. Jurnal Fisioterapi. 15(2) : 69-83.
Wecapable.com. "Visual Analog Scale
for Pain (VAS): Scoring Pain on 100mm Line." https://wecapable.com/vas-pain- scale-100mm-line/. Accessed February 28, 2022.
Yuniarti.N. 2018. Kombinasi Terapi
Ultrasound Dan Integrated Neuromuscular Inhibition Techniques (Init)_1 Sama Efektif Dengan Kombinasi Terapi Ultrasound Dan Transverse Friction Massage Untuk Menurunkan Nyeri Myofascial Trigger Point Syndrome Otot Upper Trapezius. Sport and Fitness Journal. 6(1) : 74-82.