Anda di halaman 1dari 54

Matematika Aktif

Untuk Sekolah Dasar


Kelas V

Bab 1 Bilangan Bulat


Bab 2 Pengukuran
Bab 3 Trapesium dan Layang-Layang
Bab 4 Kubus dan Balok
Bab 5 Pecahan
Bab 6 Bangun Datar dan Bangun Ruang
Matematika Aktif

Untuk Sekolah Dasar


Kelas V

Bab 1 Bilangan Bulat


1. Operasi Hitung Bilangan Bulat
2. Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat
3. Pangkat dan Akar Sederhana
4. FPB dan KPK
Matematika Aktif

Untuk Sekolah Dasar


Kelas V

Bab 2 Pengukuran
1. Pengukuran Waktu
2. Pengukuran Sudut pada Jam
3. Pengukuran Sudut
4. Jarak dan Kecepatan
Matematika Aktif

Untuk Sekolah Dasar


Kelas V

Bab 3 Trapesium dan Layang-Layang


1. Menentukan Luas Trapesium
2. Menghitung Luas Layang-Layang
3. Pemecahan Masalah
Matematika Aktif

Untuk Sekolah Dasar


Kelas V

Bab 4 Kubus dan Balok


1. Volume Kubus dan Balok
2. Volume Gabungan Beberapa Bangun Ruang
3. Pemecahan Masalah
Matematika Aktif

Untuk Sekolah Dasar


Kelas V

Bab 5 Pecahan
1. Berbagai Bentuk Pecahan
2. Mengubah Bentuk Pecahan
3. Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan
4. Perkalian dan Pembagian Pecahan
5. Perbandingan dan Skala
Matematika Aktif

Untuk Sekolah Dasar


Kelas V

Bab 6 Bangun Datar dan Bangun Ruang


1. Bangun Datar
2 . Bangun Ruang
3. Jaring-Jaring Bangun Ruang Sederhana
4. Sifat-Sifat Kesebangunan dan Simetri
Bab 1.1 Operasi Hitung Bilangan Bulat
Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
3 4
+ + +
Dengan merotasikan
+ + + +
+ + +
+ + + 12 akan diperoleh
3 + + + + 12
4
+ + + a x b = b x a = ab (sifat komulatif) + + + +
4 x 3 = 12 positif x positif = positif
3 x 4 = 12
+ X + = +

Cara yang sama bisa juga digunakan pada bilangan bulat negatif

-3 -4
- - -
- - - -
- - - Dengan merotasikan
-4 -12 akan diperoleh - - - - -12
- - - -3
Dapat disimpulkan - - - -
- - -
a x(- b) = (-b) x a = -ab (sifat komulatif)
4 x (-3) = -12 -3 x 4 = -12
positif x negatif = negatif + X - = -

negatif x positif = negatif + X - = -


Bab 1.2 Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat
Aturan pengerjaan operasi hitung campuran bilangan bulat

 Operasi hitung yang diberi kurung harus didahulukan.

Contoh : -4 x (-5 + 6) = (-4) x 1 = -4

1
 Perkalian dan pembagian sama tingkatannya, perhitungan berurut dari kiri.

Contoh : (-75) : 15 : 5 = (-5) : 5 Pengerjaan yang salah


(-75) : 15 : 15 = (-75) : 3
= -1
= -25

 Penjumlahan dan pengurangan sama tingkatannya, maka perhitungan berurut dari kiri.

Contoh : 12 – (-5) + 8 = 17 + 8 Pengerjaan yang salah

12 – (-5) + 8 = 12 - 3
= 25 =9
 Perkalian dan pembagian pengerjaannya harus didahulukan dari penjumlahan dan pengurangan.

Contoh : 6 – (-4) x 3 = 6 – (-12) Pengerjaan yang salah

-12 = 18 6 – (-4) x 3 = 10 x 3
= 30
Bab 1.3 Pangkat dan Akar Sederhana

1 5 X 5 bisa ditulis 52, dibaca 5 pangkat dua atau 5 kuadrat


Perkalian
berulang 2 kali

7 X 7 bisa ditulis 72, dibaca 7 pangkat dua atau 7 kuadrat

a x a = a2

a bilangan bulat

2 Berapakah hasil 32, 62, dan 92?

32 = 3 x 3 = 9
Perkalian
berulang 2 kali

62 = 6 x 6 = 36
92 = 9 x 9 = 81
9, 36, dan 81 termasuk bilangan bulat kuadrat.
Akar pangkat dua atau akar kuadrat
Contoh :
1 Kita akan menghitung √  1.225
1. Pisahkan tiap dua angka mulai dari belakang, tanda dengan titik √  12.25
2. Lihat angka paling kiri, yaitu 12. Carilah bilangan
kuadrat yang mendekati 12, yaitu 32 = 3 x 3 = 9. √  12.25 = 3
Tulis 3 pada hasil, tulis angka 9 di bawah angka 12 3 x 3 = 9

3. Kurangi 12 dengan 9, yaitu 12 – 9 = 3.


√  12.25 = 3
Angka 25 (angka selanjutnya) diturunkan, 3 x 3 = 9
letakkan disebelah angka 3, menjadi 325. 325
4. Jumlahkan 3 dengan 3, yaitu 6, hasilnya menjadi
penentu untuk mendapatkan hasil berikutnya.
√  12.25 = 3
5. Simpan angka 6 di sebelah kiri 325. Titik-titik diisi 3 x 3 = 9
angka yang sama sehingga hasil kalinya 325. 6 ... x ... = 325
Angka yang tepat adalah 5. Tulis angka 5 pada
hasil
6. Jika hasil pengurangan belum nol, ulangi penurunan
bilangan
√  12.25 = 35
3 x 3 = 9
325
65 x 5 = 325
0
Akar pangkat dua atau akar kuadrat
Contoh :
2 Tentukan √  18.769

√  1.87 .69 = 1 3 7
1x1=1
87
23 x 3 = 69
1.869
26 7 x 7 = 1.869
0
Bab 1.4 FPB dan KPK
Faktor prima dan faktorisasi prima
Contoh :

1. Kelipatan dari 5 adalah 5, 10, 15, 20, 25 dan seterusnya


dapat habis dibagi oleh 5

2. Faktor dari 12 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 12


dapat membagi
habis bilangan 12

Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)


Contoh : 1 2 3 4 1 2 4
Tentukan FPB dari 24 dan 32 24 32
24 12 8 6 32 16 8

Faktor dari 24 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 8 12, dan 24.


Faktor dari 32 adalah 1, 2, 4, 8, 6, dan 32.
Faktor persekutuan dar 24 dan 32 adalah 1, 2, 4, dan 8.
FPB dari 24 dan 32 adalah 8.
Menentukan FPB dengan faktorisasi prima

24 32

2 12 2 16

Faktorisasi prima dari 24 = 23 x 3


2 6 2 8
Faktorisasi prima dari 32 = 25
Faktorisasi prima dari 8 = 23
2 3 2 4

2 2
Mencari FPB dengan cara sengkedan
Contoh :
Tentukan FPB dari 28 dan 32

2 28 32
7 14 21
2 1 3
3 1 1

• Bagilah bilangan 28 dan 32 dengan bilangan prima yang sama.


• Jika 28 dan 32 habis dibagi bilangan prima tersebut, tulislan bilangan
prima pembagi.
• Jika salah satu bilangan tidak habis dibagi, tulis kembali bilangan
tersebut.
• Tulis hasil pembagian pada baris berikutnya.
• Ulangi terus langkah-langkah di atas sampai hanya ada bilangan 1
dalam satu baris.
• FPB adalah perkalian semua bilangan pembagi yang dilingkari.
Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)
Contoh : Tentukan KPK dari 6 dan 9 Kelipatan 6 adalah 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, 48, 54, ...
Kelipatan 9 adalah 9, 18, 27, 36, 45, 54, 63, 72, ...
Kelipatan persekutuan dari 6 dan 9 adalah 18, 36, 54, ...
KPK dari 6 dan 9 adalah 18.

Menentukan KPK dengan faktorisasi prima

1. 12 18 Faktorisasi prima dari


12 = 22 x 3
2 6 2 9 18 = 2 x 32
KPK dar 12 dan 18 adalah 36
36 = 22 x 32
2 3 3 3
Faktorisasi prima dari
2. 12 15
12 = 22 x 3
15 = 3 x 5
2 6 3 5
KPK dari 12 dan 15 adalah 60
60 = 22 x 3 x 5
2 3
Mencari KPK dengan cara sengkedan
Contoh :
Tentukan KPK dari 21 dan 35

21 35

3 3 5
7 1 5
5 1 1

KPK = 7 x 3 x 5 = 105
Jadi KPK dari 21 dan 35 adalah 105
Bab 2.1 Pengukuran Waktu

Contoh :

1. Erfan masuk sekolah pukul 07.00 dan pulang sekolah pukul 13.15. Berapa lama Erfan di
sekolah ?

Lama Erfan di sekolah = waktu pulang – waktu masuk


13.15
07.00
06.15
Jadi, Erfan di sekolah selama 6 jam 15 menit.

2. Ardi pergi dari kota A ke kota B. Ia berangkat dari kota A pukul 09.00 pagi menggunakan
bus. Ia tiba di kota B pukul 12.00 siang. Berapa lama perjalanan ditempuh Ardi ?

Waktu tiba = pukul 12.00


Waktu berangkat = pukul 09.00
Lama perjalanan = waktu tiba – waktu berangkat
12.00
09.00
03.00
Jadi, lama perjalanannya adalah 3 jam.
Bab 2.2 Pengukuran Sudut pada Jam

Contoh :

12
11 1
10 2
Pada gambar di samping, jarum pendek menunjukkan angka 3.
9 3
Jarum panjang menunjuk angka 12.
Besar sudut yang terbentuk = 3 x 300 = 900
8 4
7 5
6

12
11 1
10 2
Besar sudut yang dibentuk kedua jarum jam di samping adalah
9 3 (2 x 30) + ( ½ x 30) = 60 + 15
8 4 = 75
7 5
6
Bab 2.3 Pengukuran Sudut

Contoh : C

Ukurlah besar sudut ABC pada


gambar disamping?

A B

Langkah-langkah pengukuran sudut ABC adalah :

1. Letakkan titik B pada pusat busur derajat.


2. Sejajarkan garis AB pada garis yang menunjuk 00
3. Amati titik C. Ttitik C ternyata berada pada sudut 600. Dengan demikian, besar sudut
ABC adalah 600.
Bab 2.4 Jarak dan Kecepatan
Mengenal jarak
Contoh :
Ayah ke kantor menggunakan mobil. Speedometer pada saat keberangkatan
menunjukkan angka 3.567 dan pada saat tiba di kantor menunjukkan angka
3.579. Berapa jarak antara rumah dengan kantor ayah ?
Jawab : Jarak = angka saat tiba – angka saat berangkat
= 3.579 – 3.567
= 12
Jadi, jarak antara rumah dengan kantor ayah adalah 12 km.

Mengenal kecepatan
Contoh :
Jarak yang ditempuh
Pada hari Minggu siswa kelas V Jawab : Kecepatan =
Waktu tempuh
bersepeda santai bersama keliling
kota. Mereka menempuh jarak 9 km 9 km
dalam waktu 3 jam. Berapa m/detik =
keepatan siswa kelas V bersepeda ? 3 jam

93 X 1.000 m
=
31 X 3.600 detik
30 m  5
= = 6 m/detik
36 detik
Bab 3.1 Menentukan Luas Trapesium
Contoh :
b

t l

a p

Tinggi trapesium = lebar persegi panjang t = l

Jumlah sisi sejajar = 2 x panjang persegi panjang a + b = 2p


pada trapesium

Jumlah sisi sejajar a + b


= panjang persegi panjang = p
2 2
Jadi, luas trapesium = luas persegi panjang
= panjang x lebar
jumlah sisi sejajar
= X tinggi
2
Jumlah sisi sejajar
Luas trapesium = X tinggi
2
Bab 3.2 Menghitung Luas Layang-Layang
Luas layang-layang

t
a d1
a
d2
t

a = panjang alas segitiga = panjang diagonal pertama layang-layang (d1)


  t = tinggi segitiga = panjang diagonal kedua layang-layang (d2)

Jadi, luas layang-layang = 2 x luas segitiga


 = 2 x x alas x tinggi
= axt a = d1   t = d2
  = d1 x d2
  = x d1 x d2

 
Luas layang-layang = x d1 x d2
Bab 3.3 Pemecahan Masalah
Contoh :
1.Halaman kelas V berbentuk trapesium dengan panjang sisi-sisi sejajar berukuran 8
meter dan 6 meter. Jika tinggi trapesium 4 meter, berapa m 2 luas halaman kelas v ?
Jawab : Luas halaman = luas trapesium
Jumlah sisi sejajar
= X tinggi
2
(8m+6m) 2
= X4m
21
= 14 m x 2 m
= 28 m2
2. Toni sedang membuat layang-layang. Panjang bambu yang menjadi diagonal layang-
layang tersebut adalah 35 cm dan 28 cm.
a. Berapa luas kertas yang diperlukan Toni untuk sebuah layang-layang ?
b. Jika akan dibuat 15 layang-layang ukuran sama, berapa luas kertas yang diperlukan?
Jawab : a. luas kertas = luas layang-layang
14
 = x d1 x d2 =
  x 35 cm x 28 cm
1 = 490 cm2

b. luas kertas untuk 15 layang-layang = 15 x 490 cm 2 = 7.350 cm2


Jadi, luas kertas untuk sebuah layang-layang adalah 490 cm 2 dan luas kertas untuk 15
buah layang-layang adalah 7.350 cm2
Bab 4.1 Volume Kubus dan Balok
Mengenal arti volume
Bagian-bagian balok

tinggi

sisi
ar
l eb

is
si
panjang sisi

Balok Kubus
Volume balok besar dapat dianggap sebagai banyaknya kubus satuan penyusunan.
Banyak kubus pada lapisan terbawah dapat dianggap sebagai luas alas. Banyaknya lapisan penyusun
balok dapat diangap sebagai tinggi balok. Jadi, dapat disimpulkan :
Volume balok = banyak kubus satuan penyusunnya
= banyak kubus pada lapisan terbawah x banyak lapisan
= luas alas x tinggi
= panjang x lebar x tinggi
= p x l x t
Volume balok = panjang x lebar x tinggi
V=pxlxt

Pada kubus, panjang = lebar = tinggi = sisi. Jadi, dapat disimpulkan :

Volume kubus = sisi x sisi x sisi


V=sxsxs
V = s3
Mengenal satuan volume

Contoh :

Volume balok = p x l x t
1. 4 cm = 8 cm x 3 cm x 4 cm
= 96 cm3
3 cm cm3 adalah satuan volume.
8 cm

Volume kubus = s x s x s
2. 1m = 1mx1mx1m
= 10 dm x 10 dm x 10 dm
1m = 1.000 dm3
Dengan demikian 1 m3 = 1.000 dm3 .
1m
Satuan volume baku
km3 = kilometer kubik
hm3 = hektometer kubik
• Tiap turun 1 tangga dikali 1.000
dam = dekameter kubik
3

m3 = meter kubik • Tiap naik 1 tangga dibagi 1.000


dm3 = desimeter kubik
cm3 = centimeter kubik

mm3 = milimeter kubik

kl
hl
dal
liter

10
1 m3 = 1 kilometer dl

x
ga

0
cl

ng

:1
ta
1 dm = 1 liter

ga
3

1
ml

ng
k
ai

ta
N

1
1 cm3 = 1cc = 1 liter

n
ru
Tu
Bab 4.2 Volume Gabungan Beberapa Bangun Ruang
Contoh :
Sebuah lemari berbentuk seperti 50 cm
gambar di samping.
Tentukan volumenya!

Jawab :
1m
50 cm

50 cm 1m
50 cm
Kalian dapat membagi lemari menjadi 2 bangun, yaitu :

1m I II 50 cm Bangun I berbentuk balok


Volume = panjang x lebar x tinggi
50 cm = 50 cm x 50 cm x 100 cm
= 250.000 cm3

Volume lemari Bangun II berbentuk kubus


Volume = sisi x sisi x sisi
= volume I + volume II = 50 cm x 50 cm x 50 cm
= 250.000 cm3 + 125.000 cm3 = 125.000 cm3
= 375.000 cm3
Jadi, volume lemari adalah 375.000 cm3.
Bab 4.3 Pemecahan Masalah

Contoh :
 Sebuah bak mandi mempunyai ukuran panjang 1 meter, lebar 8 dm, dan tinggi 60 cm.
a. Berapa liter air yang dapat ditampung dalam bak mandi ?
b. Mula-mula bak mandi terisi penuh. Kemudian dipakai bagian.
Berapa liter air yang tersisa di bak mandi?

Jawab :

a.   Volume bak mandi = 1 m x 8 dm x 60 cm


= 10 dm x 8 dm x 6 dm
= 480 dm3
= 480 liter

b. Volume air setelah digunakan bagian adalah x 480 l = 360 l


Bab 5.1 Berbagai Bentuk Pecahan
Pecahan persen
DISKON
Persen artinya per seratus. Bentuk pecahan persen sangat sering
digunakan. Misalnya untuk menunjukkan potongan harga suatu
barang, kandungan gizi dalam produk, dan sebagainya.
50 %
++
Contoh :
10% dibaca 10 persen, artinya 10 per 100 SEMUA
Contoh soal :
PRODUK
Seorang anak mempunyai 100 kelereng. Tigapuluh buah diantaranya berwarna merah,
20 buah berwarna biru, 40 buah berwarna hijau, dan sisanya berwarna putih. Berapa
persentase kelereng berwarna merah, biru, hijau, dan putih?

Jawab : Total kelereng = 100 buah


Jumlah kelereng merah = 30 buah
Jumlah kelereng merah 30
Persentase kelereng merah = = = 30%
Total kelereng 100
Jumlah kelereng biru = 20 buah
Jumlah kelereng biru 20
Persentase kelereng biru = = = 20%
Total kelereng 100
Jumlah kelereng hijau = 30 buah Jumlah kelereng hijau 40
Persentase kelereng hijau = = = 40%
Total kelereng 100
Jumlah kelereng putih = 100 – (30 + 20 + 40 ) = 10 buah
Jumlah kelereng putih 10
Persentase kelereng putih = = = 10%
Total kelereng 100
Pecahan desimal

Pecaha biasa Pecahan Keterangan Dibaca


desimal
0,2 1 angka di Nol koma dua
belakang koma
0,34 2 angka di Nol koma tiga puluh empat
belakang koma
4,5 1 angka di Empat koma lima
belakang koma
0,045 3 angka di Nol koma nol empat puluh
belakang koma lima
0,156 3 angka di Nol koma seratus limapuluh
belakang koma enam
Pecahan campuran
Pecahan campuran adalah pecahan yang terdiri atas bilangan bulat dan pecahan.
Pecahan dapat diartikan juga sebagai pembagian pembilang oleh penyebut. Bagaimana
jika pembilang lebih besar dari penyebut?
Jika penyebut merupakan faktor dari pembilang, hasilnya adalah bilangan bulat.
Contoh :   = 5, = 2, = 5
Jika penyebut bukan faktor dari pembilang, perhatikan ilustrasi berikut :
  Pecahan dapat digambarkan sebagai 3 : 2.
3 : 2 = 1 sisa 1, 3 : 2 = 3 – 2 = 1 sisa satu
Perhatikan ilustrasi berikut!
Persegi yang diwarnai merupakan hasil bagi dari 3 : 2.
Persegi yang tidak diwarnai merupakan sisa dari 3 : 2.

Coba bandingkan persegi yang tidak diwarnai dengan persegi yang diwarnai!

  bagian
Terlihat bahwa persegi yang tidak diwarnai adalah setengah bagian
dari persegi yang diwarnai

1 bagian
  Dapat ditulis sebagai 1 dan atau 1 +
  Bentuk 1 + dapat ditulis sebagai 1

1   Bentuk 1 ini disebut sebagai pecahan campuran


1  2
Bab 5.2 Mengubah Bentuk Pecahan

Megubah pecahan biasa

 • Mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal


contoh : 0,4 = =

0,75 = =

 • Mengubah pecahan biasa menjadi persen


contoh : 20% = 35% =

• Mengubah pecahan biasa menjadi pecahan campuran


perhatikan gambar berikut !

  = 2 sisa 1   = 2
Mengubah pecahan campuran

• Mengubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa


Perhatikan gambar berikut!

  2 = ++

  2 =

  2 =

 2 =

• Mengubah pecahan campuran menjadi persen


Perhatikan uraian berikut!
  1 = = = = 1 20%

  2 = = = = 2 25%
Mengubah pecahan desimal

• Mengubah pecahan desimal menjadi pecahan biasa


Perhatikan contoh berikut!

  0,3 =   0,45 =   1,2 =

1 angka 2 angka 1 angka

• Mengubah pecahan desimal menjadi persen


Perhatikan contoh di bawah ini!

  0,25 = = 25%

• Mengubah pecahan desimal menjadi pecahan campuran


Perhatikan uraian di bawah ini!

  1 ,25 = = = = 1

  0 ,25 = = =
Mengubah pecahan persen
• Mengubah pecahan persen menjadi pecahan biasa

Contoh :
Ingat % artinya per seratus
  60 % = = =

  150 % = = =

• Mengubah pecahan persen menjadi pecahan desimal


1
  15 % = =
2 angka di belakang koma

  3% ==

  30 % = = = 0,3
Nol di belakang bisa dihilangkan

  12,5 % = =

• Mengubah persen menjadi pecahan campuran


  1 20 % = =

  2 50 % = =
Bab 5.3 Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan
Penjumlahan pecahan
Contoh :  
Ingat ! Pecahan campuran a dapat ditulis a +
 1 + =

Jawab :

  1 + = 1+ +

  = 1+

  = 1+

  = 1

Penjumlahan dua pecahan campuran

  Berapa hasil dari 1 + 2


1. Ubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa.

  1 = =

  2= =
2. Samakan penyebut kedua pecahan dengan mencari KPK 4 dan 3, yaitu 12.
3. Ubah kedua pecahan menjadi pecahan berpenyebut 12.
  = =

  = =

4. Jumlahkan kedua pecahan

  + =

  Jadi, 1 + =

Penjumlahan Tiga Pecahan


Contoh :   Berapa hasil dari + + ?
Jawab :
1. Carilah KPK dari masing-masing penyebut. KPK dari 4, 2, dan 3 adalah 12.
2. Ubah masing-masing pecahan menjadi pecahan berpenyebut 12.
  ==   ==   ==

3. Jumlahkan ketiga pecahan.


  + += + + = = =1   Jadi, + + = 1
• Menjumlahkan Pecahan Desimal
1, 3 4 5
Satuan Perseribuan
Perseratusan

Persepuluhan

Contoh : 1.253 + 375 = ....

1.253
375
1.628
Penjumlahan pecahan desimal juga diharuskan berdasarkan nilai tempatnya.
Contoh : 0,427 + 1,53 = ....
0,427
Penjumlahan pecahan desimal harus diliruskan
1,53
komanya.
1.957

Jadi, 0,427 + 1,53 = 1,957


• Menjumlahkan Pecahan Berbeda Bentuk
Contoh :

  1. + 0,25 = ....   2. + 1,2 = +

Cara 1   =
  + 0,25 = +
 =
  = +
 =

  =  =1
 =

Cara 2

  + 0,25 = 0,5 + 0,25


= 0,75
Pengurangan pecahan

• Pengurangan pecahan biasa


Contoh :

  - = =   -

 2
• Pengurangan pecahan campuran 5
Contoh :  3 - 1

 3 - 1

• Pengurangan tiga pecahan


Ingat! Pengurangan dikerjakan urut dari kiri.
  Contoh : - - = ...

  - -= - - = KPK dari 5, 8, dan 4 adalah 40

  = -

 =
• Pengurangan Pecahan Berbeda Bentuk

  1. - = ...

Cara 1: Cara 2:
  -= -   -=

  =
  =

 =

  2. 0,37 - = ...
Cara 1: Cara 2:
  =   =
  =
  3. - = ...   =
Cara 1: Cara 2:
  - = -  - =

  = -   =

  =

 =
Bab 5.4 Perkalian dan Pembagian Pecahan

Perkalian pecahan
• Perkalian bilangan bulat dengan pecahan
Contoh :
5x4 = 4+4+4+4+4
= 20
Jika 5 x 4 = 4 + 4 + 4 + 4 + 4, maka
  5x = + + + +

 =

• Perkalian pecahan dengan pecahan

 
Jika dan adalah pecahan, maka

x =
• Perkalian pecahan berbeda bentuk
Contoh :
  1. x 0,5 = ...

Langkah 1 : Ubah pecahan desimal menjadi pecahan paling sederhana


  0,5 = =

Langkah 2 : kalikan pecahan


  x = =

  Jadi, x 0,5 =

  2. x 25% = ...

Langkah 1 : Ubah persen menjadi pecahan paling sederhana


  25% = =

Langkah 2 : kalikan pecahan


  x = =

  Jadi, x 25% =
Pembagian pecahan
Contoh :
Panjang
  sebuah pita 1 m. Pita tersebut dipotong-potong dengan panjang m.
Berapa banyak potongan pita didapat?

1m

Ternyata diperoleh 4 potong pita.

 m m m m

Masalah di atas adalah contoh pembagian bilangan bulat oleh pecahan,  1 m : m = 4

Kalian juga bisa menggunakan konsep pembagian sebagai pengurangan berulang.

  1- - - - = 0   Jadi, 1 : = 4.

4 kali pengurangan
Pembagin pecahan berbeda

Contoh :
 1. : 0,3 = ...
1 5

  : 0,3 = : = x = = 2
2 1

Ubah jadi pecahan biasa

  3. : 40% = ...
  2. 1 : = ... 50

1
  : 40% = : = =
3
1
 1 : = : = x =
2 1 Ubah jadi pecahan biasa

Ubah jadi pecahan biasa


Operasi hitung campuran pada pecahan
Perhatikan urutan pengerjaan operasi hitung berikut.
( )
Operasi di dalam
tanda kurung X :
Perkalian dan pembagian + -
Penjumlahan dan pengurangan

Contoh :
  1. 2 - : = ...   2. X

Jawab : Jawab :
 2 - : = 2 - X  X = X

1
  = -   = -
Kerjakan Kerjakan
4
dahulu dahulu
 = - = = 1 = 
Bab 5.5 Perbandingan Skala
Contoh :
Rina memiliki 12 buah kelereng. Kelereng Rina terdiri atas 3 buah kelereng biru, 4 buah
kelereng merah, dan 5 buah kelereng jingga.

Ayo tentukan perbandingan antarkelerengnya!


Jawab :

Perbandingan antara kelereng biru dan kelereng merah adalah 3 : 4


Perbandingan antara kelereng biru dan kelereng jingga adalah 3 : 5
Perbandingan antara kelereng merah dan kelereng jingga adalah 4 : 5

Banyaknya kelereng biru adalah 3/12 bagian, banyaknya kelereng merah adalah
4/12 bagian, dan banyaknya kelereng jingga adalah 5/12 bagian
Perbandingan pada perhitungan suhu

Di Indonesia, pengukuran suhu pada termometer kebanyakan menggunakan satuan


derajat Celcius (0C). Selain celcius, ada juga satuan derajat Reamur ( 0R) dan derajat
Fahrenheit (0F).

Perbandingan suhu antarskala pada termometer di atas adalah sebagai berikut :


Reamur (0R) : Celcius (0C) : Fahrenheit (0F)
4 : 5 : 9 (+ 32 0)

Contoh :

1. Termometer skala Celcius menunjukkan duhu 60 0.


Berapa derajat suhu dalam skala Reamur dan skala Fahrenheit?

Jawab :
12
 
1
12

1
Penggunaan skala

Contoh :

Skala pada sebuah peta tertulis 1 : 4.100.000. Jarak kota A dan B pada peta adalah 5 cm.
Berapa jarak kedua kota itu sebenarnya?

Jawab :

Skala 1 : 4.100.000, berarti 1 cm pada peta = 4.100.000 cm pada jarak sebenarnya. Jarak
kedua kota sebenarnya = 5 x 4.100.000 cm
= 20.500.000 cm
= 205 km
Bab 6.1 Bangun Datar

Berbagai bentuk bangun datar

sisi

a. b. c. d.

sudut
Persegi segitiga Trapesium Belah ketupat

e. f. g. h.

Persegi panjang Lingkaran Jajargenjang Layang-layang


Bab 6.2 Bangun Ruang

a. b. c.

Balok
Tabung Kerucut

d. e.
f.

Prisma Bola Limas


Bab 6.3 Jaring-Jaring Bangun Ruang Sederhana

a. b.

Jaring-jaring balok

cm
 
Jaring-jaring kubus

22 cm
c. d.
10 cm

cm
  Jaring-jaring tabung
Jaring-jaring limas
Bab 6.4 Sifat-Sifat Kesebangunan dan Simetri
Kesebangun Antarbangun Datar
Perhatikan gambar berikut!
N M Gambar (a) dan (b) sama-sama merupakan persegi
Panjang dengan 4 sudut siku-siku.
D C Perbandingan panjang sisi-sisinya adalah :
6 cm
• AB = 2 cm, KL = 4 cm
3 cm Panjang masing-masing dibagi 2, didapat
perbandingan:
A 2 cm B K 4 cm L AB : KL = 1 : 2

(a) (b)

• AD = 3 cm, KN = 6 cm
Panjang sisi-sisinya masing-masing dibagi 3, didapat perbandingan:
AD : KN = 1 : 2
• Begitu pula untuk sisi BC dengan LM, dan CD dengan MN

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa kedua persegi panjang itu sebangun.
Sudut-sudut yang terletak sama besar ( A = K, B = L, C = M, D = N ).

Anda mungkin juga menyukai