Anda di halaman 1dari 41

Laporan Kasus

Pembimbing: dr. Rizky Novianti Dani, Sp. An

MANAJEMEN ANESTESI
PADA PEMBEDAHAN
ORTOPEDI
Oleh: Bellani Octa Rola
NIM: 712018072
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Peradaban kuno telah menggunakan opium poppy, daun coca, akar mandrake, alkohol, dan
bahkan proses mengeluarkan darah (sampai tidak sadar) untuk memungkinkan ahli bedah
beroperasi.Orang Mesir kuno menggunakan kombinasi opium poppy (mengandung morfin) dan
hyoscyamus (mengandung skopolamin) untuk tujuan ini. Kombinasi yang serupa, morfin dan
skopolamin, digunakan secara luas untuk premedikasi hingga saat ini.

Apa yang dianggap anestesi regional pada zaman kuno terdiri dari kompresi
batang saraf (iskemia saraf) atau penerapan dingin (cryoanalgesia).
Tulang adalah jaringan ikat yang aktif secara metabolik yang memberikan dukungan
struktural, memfasilitasi pergerakan, dan melindungi organ vital. Ini memainkan peran
penting dalam mengatur homeostasis

Insiden fraktur multifaktorial dan seringkali dipersulit oleh faktor-faktor seperti


usia pasien, jenis kelamin, komorbiditas, gaya hidup, dan pekerjaan. Di Amerika
Serikat, 5,6 juta patah tulang terjadi setiap tahun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Tulang

Sel-sel tulang membentuk sekitar 10% dari total Matriks Ekstraseluler Tulang
volume tulang. Ada empat jenis sel, yaitu : Matriks tulang merupakan 90% dari keseluruhan volume tulang. Ini
terdiri dari matriks anorganik (mineral) dan organic.
1. Sel Osteoprogenitor (Punca)
2. Osteoblas (Sel Pembentuk Tulang) 1. Matriks Tulang Anorganik: menyumbang 99% dari penyimpanan
3. Osteosit kalsium tubuh, 85% fosfor, dan 40 hingga 60% magnesium, dan
4. Osteoklas natrium.
2. Matriks Tulang Organik: disekresikan oleh osteoblas dan sebagian
besar merupakan kolagen tipe I. Ini juga mengandung glikoprotein,
faktor pertumbuhan, dan proteoglikan.
Fraktur

Definisi
Fraktur merupakan suatu kondisi dimana terjadi diskontinuitas tulang.
Penyebab terbanyak fraktur adalah kecelakaan, baik itu kecelakaan
kerja, kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. Tetapi fraktur juga bisa
terjadi akibat faktor lain seperti proses degeneratif dan patologi.

Epidemiologi
Trauma menyebabkan lebih dari 140.000 kematian per tahun di Amerika
Serikat, merupakan penyebab utama kematian bagi mereka yang berusia 1-
34 tahun, dan menyebabkan hilangnya produktivitas selama bertahun-tahun
sebelum usia 65 tahun dibandingkan penyakit arteri koroner, kanker, dan
stroke.
Etiologi
Fraktur terjadi ketika adanya beban dari luar pada tulang melebihi
kekuatan tulang itu sendiri..

Klasifikasi fraktur
1. Jenis Fraktur Berdasarkan Patahan Fragmen Tulang
• Fraktur sederhana berbentuk spiral, obliq, atau transversal
• Fraktur multifragmenter
• Fraktur baji/ wedge fracture
• Fraktur multifragmentaris
2. Jenis Fraktur Berdasarkan Keterlibatan Jaringan Lunak (Pada Fraktur Terbuka)
• Tipe I
• Tipe II
• Tipe III (IIIA, IIIB, IIIC)
Proses Penyembuhan Fraktur
Mekanisme penyembuhan patah tulang adalah proses yang rumit. Proses ini dapat dibagi
menjadi empat tahap. Namun, tahapan ini memiliki banyak tumpang tindih.6
1. Pembentukan Hematoma (Hari ke-1 sampai hari ke-5)
2. Pembentukan Kalus Fibrocartilaginous (Hari ke-5 sampai 11)
3. Pembentukan Formasi Kalus Tulang (Hari Ke- 11 sampai 28)
4. Remodeling Tulang (Hari ke-18 dan seterusnya, berlangsung berbulan-bulan-tahun)
Kontraktur Knee

Definisi
Kontraktur sendi lutut merupakan salah satu komplikasi yang sering muncul pada
penderita fraktur femur. Hal ini biasanya disebabkan ketidakpatuhan penderita
untuk mengerjakan terapi latihan yang merupakan salah satu penanganan
pasca tindakan.

Insidensi gangguan muskuloskeletal sering dijumpai pada saat ini,


terutama akibat trauma. Trauma paling sering adalah karena
patah tulang femur.
Anestesi Neuraksial

Anestesi regional merupakan infiltrasi saraf tepi dengan agen anestesi dan memblokir
transmisi untuk menghindari atau menghilangkan rasa sakit. Ini berbeda dari anestesi umum
karena tidak mempengaruhi tingkat kesadaran pasien untuk menghilangkan rasa sakit.
Indikasi dan Kontra Indikasi

Indikasi
Sebagai anestesi primer, blok neuraksial telah terbukti paling berguna
pada pembedahan perut bagian bawah, inguinal, urogenital, rektal, dan
ekstremitas bawah. Operasi tulang belakang lumbal juga dapat
dilakukan dengan anestesi spinal.

Kontraindikasi
Kontraindikasi utama anestesi neuraksial termasuk pasien tidak
menyetujui tindakan, kelainan koagulasi, hipovolemia berat,
peningkatan tekanan intrakranial (terutama dengan massa
intrakranial), dan infeksi di tempat suntikan.
Anestesi Spinal

Peralatan
• Jarum suntik yang tepat akan dibutuhkan untuk setiap blok.
• Selama melakukan anestesi regional, pasien harus diberi oksigen dan dipantau dengan
oksimetri, elektrokardiografi, dan pemantauan tekanan darah.
• Anestesi lokal dengan durasi kerja yang lebih pendek dan onset yang lebih cepat termasuk
lidokain dan mepivakain, dan yang bekerja lebih lama adalah bupivakain dan ropivakain

Persiapan
• Penilaian checklist lengkap harus dilakukan sebelum mempersiapkan pasien. yang
mencakup nama dan tanggal lahir pasien, prosedur pembedahan yang direncanakan,
penyelesaian persetujuan, alergi pada pasien, status koagulasi, dan lokasi pembedahan
yang ditandai oleh ahli bedah.
• Persiapan untuk aseptik diperlukan karena teknik aseptik yang ketat harus digunakan
untuk semua blok, termasuk sarung tangan steril, masker, dan tirai bedah.
Posisi Pasien

• Posisi Duduk • Lateral Dekubitus


Pasien duduk dengan siku bertumpu di paha Pasien berbaring miring dengan lutut tertekuk dan
atau meja samping tempat tidur, atau pasien ditarik setinggi perut atau dada. Seorang asisten
dapat memeluk bantal. dapat membantu pasien mempertahankan posisi ini.
Agen Spinal Anestesi
Komplikasi Anestesi Neuraksial

1. Blokade simpatik : hipotensi dan bradikardi


2. Henti jantung
3. Retensi urin
BAB III
LAPORAN KASUS
Identifikasi

Nama : Ny. H
No RM : 58.94.88
Tanggal lahir : 4 Maret 1972
Umur : 49 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Masuk RS : 22 Maret 2021
Anamnesis

Riwayat Perjalanan Penyakit :

Pasien datang dengan keluhan lutut kanan tidak bisa ditekuk sejak 6
Keluhan Utama bulan yang lalu. Selain keluhan tidak bisa ditekuk, pasien juga
mengeluh sakit pada lututnya. Pasien sebelumnya sudah berobat
Lutut kaki kanan tidak bisa dan ke tukang urut untuk mengatasi keluhan ini, namun tidak ada
ditekuk sejak ± 6 bulan lalu. perubahan. Bengkak pada kaki (-) dan kemerahan (-).

1 tahun yang lalu, pasien pernah patah tulang di paha kanan sampai
lutut karena kecelakaan lalu lintas yaitu kakinya di tabrak mobil dari
belakang. Lalu pasien dibawa ke RS untuk menjalani operasi pada
kakinya.
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga

1. Riwayat alergi makanan disangkal 1. Riwayat alergi makanan disangkal


2. Riwayat asma disangkal 2. Riwayat asma disangkal
3. Riwayat operasi ada 3. Riwayat operasi disangkal
4. Riwayat alergi obat disangkal 4. Riwayat alergi obat disangkal
5. Riwayat hipertensi disangkal 5. Riwayat hipertensi disangkal
6. Riwayat diabetes mellitus disangkal 6. Riwayat diabetes mellitus disangkal
7. Riwayat anestesi ada, komplikasi (-) 7. Riwayat anestesi disangkal

Riwayat Pengobatan
Tidak ada riwayat pengobatan
Keadaan Pra Anestesi
Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital
BB : 45 kg
TB : 148 cm
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5℃
Keadaan Pra Anestesia

• Clear, tidak ada sumbatan jalan nafas.


• Airways • Suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.
• Respiratory Rate (RR) : 20 x/menit

• Suara napas vesikuler


• Breathing • Tidak ada retraksi iga
• Tidak ada penggunaan otot-otot bantu pernapasan

• Akral hangat, tidak pucat, kering.

• Circulation • Heart Rate (HR) 80 kali/menit, tegangan volume kuat dan cepat.
• Capillarity refill time (CRT) < 2 detik
• Konjungtiva tidak anemis.

• Disability • Compos mentis

• Exposure • Pasien diselimuti

22
Pemeriksaan Spesifik

Kepala
Mata: Conjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-), pupil bulat, isokor, edema palpebral (-)
Hidung: Sekret, darah (-)
Mulut: Mukosa bibir pucat (-) sianosis (-) atrofi papil lidah (-).
Leher: Jejas (-), deformitas (-), JVP 5-2 cmH2O, Pembesaran KGB (-)

Thoraks
Paru: Statis dan dinamis simetris, stem fremitus belum dapat di nilai, suara
sonor, vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung: BJ I-II (+) normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen: Datar, lemas, BU (+) normal.


Ekstremitas: Akral hangat, pucat (-), CRT < 2 detik, edema (-), kemerahan (-).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah Rutin
Hemoglobin 11,7 g/dl 10-16
Eritrosit 3,95 10*6/ul 4.5-5.5
Hematokrit 33 % 42.0 – 52.0
Jumlah Trombosit 441 10^3/ul 150 – 400
Jumlah Leukosit 7,6 10^3/ul 5 – 10.0
Hitung Jenis
Eosinofil 1 % 1–3
Basofil 0 % 0–1
Batang 1 % 2-6
Segmen 55 % 50-70
Limfosit 40 % 20.0 – 50.0
Monosit 3 % 2–8
Hemostasis
Bleeding time 3 menit 1-6
Clothing time 10 menit 10-15
Kimia Klinik
GDS 96 mg/dl <180
Pemeriksaan Foto Femur

Pada pemeriksaan foto femur didapatkan :


• Remodelling fraktur belum sempurna
• OM tak tampak
Resume

• Diagnosis Klinis • Kontraktur Knee

• Diagnosis Anestesi • ASA I

• Rencana Operasi • Pro Release

• Rencana Anestesi • Regionala Anestesi (spinal anestesi)

• Makan Terakhir • 09.00 wib (puasa 6 jam) (puasa 4 jam)


Laporan anestesi durante operasi (Catatan Anestesi)

Mulai anestesi : 22 Maret 2021, pukul 16.00 WIB


Lama anestesi : 35 menit
Lama operasi : 25 menit
Catatan Anestesi

• Penyulit Anestesi • Ceklist sebelum


1 • Status Fisik 2 3 induksi
• ASA I • Tidak ada • Izin operasi :+
• Cek mesin anestesi :+
• Check suction unit :+
• Persiapan obat-obatan: +

4 • Teknik Anestesi 5 • Monitoring 6 • Posisi Pasien


• Regional anestesia (spinal • SpO2: + • Terlentang
anestesia). Agent anestesi di
suntikkan setinggi L3-L4 • TD :+
• HR :+
Pramedikasi
Ondancetron 4 mg

Agen Spinal
Bupivicain 0.5% 10 mg (2ml) dengan
sediaan 5 mg/ml

Tambahan
-
Cairan Intraopratif

% %

IWL : 4 x 45kg = 180 cc


Maintenance : (4x10) + (2x10) + 1x25) = 85 cc
Puasa : 6 x 85cc = 510 cc

Cairan intraoperative 1 jam pertama : ½ x 510 + 85 + 180 = 920cc/ jam


Cairan intraoperative 1 jam berikutnya : ¼ x 510 + 80 + 180 = 387,5 cc/jam
Post Oprasi

Operasi berakhir pukul 16.40 WIB.


Selesai operasi pasien sudah sadar dan di
pindahkan ke RR untuk di evaluasi. Setelah itu
pasien dipindahkan ke bangsal

Bromage Score : 2
Score 0 = Gerakan penuh dari tungkai
Score 1 = Tidak mampu ekstensi tungkai
Score 2 = Tidak mampu fleksi lutut
Score 3 = Tidak mampu fleksi pergelangan kaki score
* Score min 2 boleh pindah ruangan
Pasien pindah ke bangsal
Instruksi Pasca Bedah

Bila kesakitan : Sesuai instruksi dokter


Bila mual/muntah : Sesuai instruksi dokter
Antibiotik : Sesuai instruksi dokter
Obat-obatan lain : Sesuai instruksi dokter
Infus : Sesuai instruksi dokter
Minum : Sesuai instruksi dokter
Pemantauan Tanda Vital dan GCS : Tiap 60 menit selama 24 jam
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan

Pasien, Ny. H, usia 49 tahun diantar ke ruang operasi untuk menjalani tindakan
pro release dengan diagnosis pre operatif yaitu kontraktur knee.

Dari anamnesis diketahui bahwa pasien mengeluh lutut kanannya tidak bisa di tekuk
sejak 6 bulan lalu. Pasien juga mengeluh sakit pada lututnya. Pasien sudah berobat ke
dokter dan ke tukang urut namun keluhan tidak membaik. 1 tahun lalu pasien pernah
mengalami patah tulang pada paha sampai lutut kanannya karena di tabrak mobil dan
menjalani operasi pada kakinya.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan nadi 80 x/menit, RR 20x/menit, dan SpO2 99%. Pada
regio femoralis dan genu dextra, tak tampak kelainan, nyeri (-), kemerahan (-), dan
bengkak (-). Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik disimpulkan bahwa pasien masuk
dalam ASA I.
Adapun klasifikasi ASA (American Society Anesthesiology):

Klasifikasi Definisi
1 Pasien sehat dan normal.
2 Pasien dengan penyakit sistemik ringan (tanpa keterbatasan
fungsional)
3 Pasien dengan penyakit sistemik berat (dengan
sebagian/beberapa keterbatasan fungsional)
4 Pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam
kehidupan (dengan kelumpuhan fungsional)
5 Pasien yang tidak dapat bertahan hidup jika tidak dilakukan
operasi
6 Pasien dengan kematian batang otak, yang organnya akan
diambil untuk tujuan pendonoran
E Jika tindakan emergensi
Pembahasan
Tindakan anestesi yang diberikan pada
pasien ini adalah anestesi spinal. Agen
anestesi yang diberikan pada pasien
berupa bupivacaine 0,5% sebanyak 10
mg (2ml) dengan sediaan 5mg/ml.
Pembahasan
Sebagai anestesi primer, blok neuraksial
telah terbukti paling berguna pada
pembedahan perut bagian bawah, inguinal,
urogenital, rektal, dan ekstremitas bawah.
Operasi tulang belakang lumbal juga dapat
dilakukan dengan anestesi spinal.
(N-dealkilasi dan hidroksilasi) oleh atrioventrikular, dan aritmia yang mengancam jiwa
enzim P-450 mikrosomal di hati. seperti ventricular takikardia dan fibrilasi.

Pembahasan
Saat tahap operatif berlangsung, dilakukan
monitoring vital sign pasien dengan tujuan
mendapatkan informasi fungsi organ vital
selama peri anesthesia. Monitoring dilakukan
dengan menilai fungsi kardiovaskular
BAB V
KESIMPULAN
1. Jenis anestesi yang akan dilakukan yaitu anestesi regional yaitu anestesi spinal dengan
menyuntikkan agen anestesi di setinggi L3-L4
2. Obat-obatan yang digunakan dalam premedikasi adalah ondancentron 4mg sedangkan
agen anestesinya menggunakan bupivacaine 0,5% 10mg (2ml) dengan sediaan 5mg/ml.
3. Post tindakan dan anestesi pasien dimonitoring di ruang pemulihan menggunakan Bromage
score. Nilai Bromage pasien 2 yang artinya pasien dapat dipindahkan dan dirawat di
bangsal perawatan bedah untuk dimonitoring sampai keadaan umum membaik dan
kemudian dapat di pulangkan.
4. Pada laporan kasus ini disajikan kasus penatalaksanaan anestesi spinal pada pasien Ny. H
usia 49 tahun, status fisik ASA 1, dengan diagnosis pra operatif kontraktur knee.
5. Dalam kasus ini selama operasi berlangsung tidak ada hambatan yang berarti baik dari segi
anestesi maupun dari tindakan operasinya.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai