Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT KLIEN


DENGAN
GANGGUAN SISTEM
KARDIOVASKULAR
(CONGESTIVE HEART
FAILURE)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
PROGRAM KHUSUS S1 ILMU KEPERAWATAN
2020
About Us!
• I Putu Arnawa (19089144022)
• I ketut Bingin Widana

Jens Martensson
(19089144023)
• Ni Luh Trisna Juliantari
(19089144024)
• I Gusti Ayu Sri Utami
(19089144025)

2
BAB I
Latar Belakang
• Saat ini Congestive Heart Failure (CHF)
atau yang biasa disebut gagal jantung
kongestif merupakan satu-satunya
penyakit kardiovaskuler yang terus

Jens Martensson
meningkat insiden dan prevalensinya.
Risiko kematian akibat gagal jantung
berkisar antara 5-10% pertahun pada
gagal jantung ringan yang akan
meningkat menjadi 30-40% pada gagal
jantung berat
• CHF adalah ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah ke seluruh tubuh
(Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF
akan meningkat pada orang lanjut
usia(lansia) karena penurunan fungsi
ventrikel akibat penuaan 3
BAB I
RUMUSAN MASALAH TUJUAN
• Apa yang dimaksud dengan gagal jantung? • Tujuan Umum
• Apa saja faktor resiko penyakit gagal • bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat
jantung? pada klien dengan Gagal Jantung Kongestif

Jens Martensson
• Apakah penyebab penyakit gagal jantung? menggunakan pendekatan proses keperawatan.
• Apa saja klasifikasi penyakit gagal jantung? • Tujuan Khusus
• Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gagal
• Bagaimana patofisiologi penyakit gagal jantung kongestif
jantung? • Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien
dengan gagal jantung kongestif
• Apa saja diagnosa penyakit gagal jantung? • Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien
dengan gagal janutng kongestif
• Apa saja bentuk terapi yang harus diberikan
• Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien
pada penderita penyakit gagal jantung? dengan gagal jantung kongestif
• Mampu melaksanakan evaluasi pada klien dengan gagal
jantung kongestif
4
BAB I
MANFAAT
Mendapatkan pengetahuan tentang CHF
Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan CHF

Jens Martensson
Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan
keperawatan gawat darurat pada klieng
dengan CHF
Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan
kepearwatan gawat darurat pada klien
dengan CHF

5
Etiologi

BAB II
• Kelainan otot jantung
• Asam laktat
• Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan after load)
KONSEP DASAR • Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif
Definisi • Penyakit jantung lain
• Gagal jantung Kongsetif adalah • Faktor sistemik
ketidakmampuan jantung untuk memompa Faktor Resiko

Jens Martensson
darah dalam jumlah yang cukup untuk
• Faktor resiko mayor meliputi usia, jenis kelamin, hipertensi,
memenuhi kebutuhan jaringan terhadap hipertrofi pada LV, infark miokard, obesitas, diabetes.
oksigen dan nutrient dikarenakan adanya
• Faktor resiko minor meliputi merokok, dislipidemia, gagal
kelainan fungsi jantung yang berakibat ginjal kronik, albuminuria, anemia, stress, lifestyle yang buruk.
jantung gagal memompa darah untuk •
Sistem imun, yaitu adanya hipersensitifitas.
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
dan atau kemampuannya hanya ada kalau • Infeksi yang disebabkan oleh virus, parasit, bakteri.
disertai peninggian tekanan pengisian • Toksik yang disebabkan karena pemberian agen kemoterapi
(antrasiklin, siklofosfamid, 5 FU), terapi target kanker
ventrikel kiri (Smeltzer & Bare, 2001). (transtuzumab, tyrosine kinase inhibitor), NSAID, kokain,
alkohol.
• Faktor genetik seperti riwayat dari keluarga. (Ford et al., 2015)
6
Patofisiologi The

Jens Martensson
Berdasarkan bagian
jantung yang mengalami Manifestasi Klinis Gagal
jantung kiri (Left-Sided Mekanisme
kegagalan
Manifestasi Klinis Gagal jantung
Heart Failure) : Letargi dan neurohormonal
kanan (Right-Sided Heart Failure) :
diaforesis,
Edema tungkai /kulit, Central Vena
Dispnea/orthopnea,
Pressure (CVP) meningkat, Pulsasi
Palpitasi (berdebar-debar), Aktivasi sistem
vena jugularis, Bendungan vena
Pernapasan cheyne stokes, Renin Angiotensin
jugularis/JVP meningkat, Distensi
Batuk (hemaptoe), Ronkhi Aldosteron (RAAS)
abdomen, mual, dan tidak nafsu
basah bagian basal paru,
makan, Asites, Berat badan
Terdengar BJ3 dan
meningkat, Hepatomegali (lunak
BJ4/irama gallop, Oliguria
dan anuria, Pulsus altenarusCardiac remodeling .
7
dan nyeri tekan), Splenomegali,
Insomnia
Penatalaksanaan Medis

Icon

Jens Martensson
Terapi Non Farmakologis Terapi Terapi diuretic Terapi
Farmakologis vasodilator
1. Istirahat untuk Diberikan untuk obat-obat fasoaktif
mengurangi beban kerja 1. Glikosida memacu ekskresi digunakan untuk
jantung jantung natrium dan air mengurangi impadasi
melalui ginjal. tekanan terhadap
2. Oksigenasi 2. Digitalis, Penggunaan harus penyemburan darah
3. Dukungan diit : hati-hati karena efek oleh ventrikel
pembatasan natrium samping hiponatremia
untuk mencegah, dan hipokalemia
mengontrol atau
8
menghilangkan oedema
BAB II Asuhan Keperawatan Gawat
Darurat Klien Dengan CHF
Pengkajian Diagnosa Intervensi

• Pengkajian Primer • Penurunan perfusi jaringan Penurunan Perfusi Jaringan


berhubungan dengan

Jens Martensson
• Airway • Monitor frekuensi dan irama
menurunnya curah jantung,
• Breathing hipoksemiajaringan, asidosis, jantung
• Circulation thrombus atau emboli. • Observasi perubahan status
• Bersihan jalan nafas tidak mental
• Pengkajian Sekunder
efektif berhubungan dengan • Observasi warna dan suhu
• Aktifitas/istirahat penumpukan secret. kulit/membran mukosa
• Integritas ego • Kelebihan volume cairan • Ukur haluaran urin dan catat
ekstravaskuler berhubungan berat jenisnya
• Eliminasi
dengan penurunan perfusi
• Makanana/cairan ginjal, peningkatan natrium / • Kolaborasi : berikan cairan IV
retensi air sesuai indikasi
• Hygiene
• Pola nafas tidak efektif • Pantau pemeriksaan diagnostik
• Neurosensori berhubungan dengan dan lab. Missal EKG, elektrolit,
• Nyeri/kenyamanan penurunan volume paru, GDA (PaO2, PaCO2 dan saturasi9
hepatomegali, splenomegali. O2), dan pemeriksaan oksigen
• Interaksi social
BAB II Asuhan Keperawatan Gawat
Darurat Klien Dengan CHF
Intervensi Intervensi Intervensi

Bersihan Jalan Nafas Tidak Kelebihan volume cairan Pola nafas tidak efektif
Efektif ekstravaskuler

Jens Martensson
• Monitor kedalaman pernafasan,
• Catat frekuensi & kedalaman • Masukan/haluaran, catat frekuensi dan kespansi dada
pernafasan, penggunaan otot penurunan, pengeluaran, sifat
Bantu pernafasan. konsentrasi, hitung • Catat upaya pernafasan termasuk
keseimbangan cairan penggunaan otot Bantu nafas
• Auskultasi paru untuk
mengetahui penurunan/tidak • Observasi adanya oedema • Auskultasi bunyi nafas dan catat
adanya bunyi nafas dan adanya dependen bila ada bunyi nafas tambahan
bunyi tambahan missal krakles, • Tinggikan kepala dan Bantu
ronchi • Timbang BB tiap hari
untuk mencapai posisi yang
• Lakukan tindakan untuk • Pertahankan masukan cairan senyaman mungkin.
memperbaiki/mempertahankan 2000 ml/24 jam dalam toleransi
kardiovaskuler • Kolaborasi pemberian oksigen
jalan nafas misal batuk, dan pemeriksaan GDA
penghisapan lender • Kolaborasi : pemberian diit
• Tinggikan kepala / mpat tidur rendah natrium, berikan diuretic
10
sesuai kebutuhan / toleransi
pasien
BAB III Tinjauan Kasus
Disability :Jam 10.00 WIB, GCS 15 (E4 V5 M6), pada
Indentifikasi ekstremitas tidak terjadi fraktur, kondisi kulit tidak ada lesi,
turgor elastis. Data lainnya mata klien sebelah kanan berkedip
Identifikasi Klien cepat. Klien mengetahui tentang penyakit jantungnya
Kilen bernama Tn.P, umur 51 tahun, nomer rekam medik 665894, klien Secondary Survey
tinggal di Jalan bhayangkara dengan diagnosa CHF.
• Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis
Kondisi sebelum masuk RS. • Penyakit lain yang diderita/penyakit keluarga adalah hipertensi

Jens Martensson
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak 3 hari SMRS, sesak pada saat dan diabetes melitus.
aktivitas, riwayat penyempitan jantung, riwayat hipertensi sejak 10 tahun
• Pemeriksaan fisik :
lalu terkontrol dan DM. Riwayat stroke tidak ada, nyeri ulu hati, posisi
nyaman 2-3 bantal. Obat yang pernah dimakan adalah clopidogrel, 1. tingkat kesadaran compos mentis, GCS 15, pupil isokor, tekanan darah
simvastatin dan aspilet 110/60 mmHg, nadi 109x/menit, pernapasan 30x/menit, suhu 36,1 0C
2. Kepala/leher : tidak ada lesi, tidak ada fraktur, tidak ada distensi vena
Primary Survey cordis
Airway :Tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak ada trauma cervikal atau 3. Mata : tidak simetris, mata sebelah kanan berkedip cepat
fraktur wajah
4. THT : tidak ada kelainan
Breathing :Frekuensi nafas 30x/menit, irama teratur, gerakan dada simetris,
5. Tulang Belakang : tidak ada kelainan
suara nafas vesikuler, tidak ada tanda jejas, hasil thorax foto kesan
pembesaran pada jantung (cardiomegali). 6. Auskultasi suara nafas vesikuler, pergerakan dada simetris
Circulation :Teraba nadi 109x/menit, teratur, denyutan kuat, tidak ada 7. Jantung : tidak ada bunyi tambahan jantung
ketegangan pada vena cordis, tekanan darah 110/60 mmHg, suhu 36,1 C, 8. Abdomen : tidak ada tanda jejas, acites, bising usus 9x/menit.
ektremitas hangat, ada edema pada ekstremitas bawah, capirally refill
kanan 3 detik dan kiri 2 detik, tidak ada perdarahan, kulit elastis, hasil EKG 9. Ekstremitas : hangat, ada edema pada bagian tungkai sebelah kanan.
BAB III Tinjauan Kasus
Indentifikasi
Hasil Pemeriksaan Penunjang Therapy :
Laboratorium darah • Spironolacton 1x50 mg
Hemoglobin 13,9 g/dl (normal 13-16 g/dl) • Rantin 2x50 mg
Lekosit 8700 u/l (normal 5.000-10.000 u/l)
• Lasix 3x20 mg

Jens Martensson
Hematokrit 43 % (normal 40-48 %)
• Diet Jantung minum 750 cc/hari
Trombosit 201.000 /ul (normal 150.000-400.000/ul)
Ureum 42 mg/dl (normal 10-50 mg/dl)
Creatinine 1,0 mg/dl (normal 0,5-1,5 mg/dl)
GDS 183 mg/dl (normal < 200 mg/dl)

EKG
Foto Thorax
Analisa Data
No Year 2 Year 3
1 DS :
klien mengatakan sesak 3 hari SMRS saat beraktivitas, nyeri
pada dadanya dan nyeri ulu hati, klien mengatakan
mempunyai riwayat penyempitan jantung dan teratur minum
obat.

Jens Martensson
2 DO :
1. Keadaan umum lemah
2. Kesadaran compos mentis Penurunan perfusi jaringan
3. Hasil TTV : Tekanan darah 110/60 mmHg, Nadi berhubungan dengan
109x/menit, Pernapasan 30x/menit, Suhu 36,1 C menurunnya curah jantung
4. Tampak klien memegangi dadanya sebelah kiri
5. Posisi duduk klien fowler, disanggah 2-3 bantal
6. Capirally refill kanan 3 detik, kiri 2 detik
7. Tampak klien pucat dan berkeringat
8. Gambaran foto thorax adalah pembesaran pada jantung
9. Hasil laboratorium :
Hemoglobin 13,9 g/dl, Lekosit 8700 u/l, Hematokrit 43 %,
Trombosit 201.000 /ul, Ureum 42 mg/dl, Creatinine 1,0
13
mg/dl, GDS 183 mg/dl
Lanjutan Tinjauan Kasus

Diagnos Intervensi

Jens Martensson
a
Penurunan perfusi jaringan berhubungan
dengan menurunnya curah jantung ditandai • Monitor frekuensi dan
dengan irama jantung
• klien mengatakan sesak 3 hari SMRS saat • Observasi warna kulit dan
beraktivitas, nyeri pada dadanya dan nyeri ulu suhu kulit/membran
hati, klien mengatakan mempunyai riwayat
penyempitan jantung dan teratur minum obat. mukosa
• Tampak klien memegangi dadanya sebelah kiri • Pantau tekanan tekanan
dan Posisi duduk klien fowler, disanggah 2-3 darah
bantal
• Tampak klien pucat dan berkeringat • Kolaborasi pemberian
• Gambaran foto thorax adalah pembesaran pada obat 14

jantung
PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Mengobservasi tanda-tanda vital (pukul 10.00 Mengambil darah vena untuk pemeriksaan
WIB) laboratorium (pukul 10.30 WIB)
• Hasil :Tekanan darah 110/60 mmHg, Nadi • Hasil : darah diambil sebanyak 3 cc, hasil
109x/menit, Pernapasan 30x/menit, laboratorium Hemoglobin 13,9 g/dl, Lekosit 8700 u/l,
• Suhu 36,1 C Hematokrit 43 %, Trombosit 201.000 /ul, Ureum 42
mg/dl, Creatinine 1,0 mg/dl, GDS 183 mg/dl
Memberikan oksigen nasal kanul 3 liter/menit
(pukul 20.57 WIB) Memberikan terapi injeksi furesemid 20 mg IV

Jens Martensson
(pukul 11.00 WIB)
• Hasil :Klien terpasang oksigen 3 liter/menit, klien
mengatakan sesak berkurang sedikit, tampak klien • Hasil : obat furosemid 20 mg masuk melaui IV
masih gelisah Klien pindah ke ruang perawatan dan tindakan
Melakukan EKG (pukul 10.10 WIB) keperawatan dilanjutkan di ruang perawatan
dengan :
Melakukan foto thorax (pukul 10.20WIB)
Observasi tanda-tanda vital
• Hasil : kesan adanya pembesaran pada jantung Pemberian terapi sesuai program :
Memasang infus RL 7 tetes/menit (pukul 10.30 Spironolacton 1x50 mg
WIB) Rantin 2x50 mg
Lasix 3x20 mg
• Hasil : terpasang infus RL 7 tetes/menit di tangan Diet Jantung minum 750 cc/hari
kiri, tetesan infus lancar 15
BAB IV Pembahasan
Pengkajian Diagnosa Intervensi
• Pada pengkajian penulis • Dalam diagnosa tidak ada • Pada perencanaan keperawatan
mengumpulkan data klien kesenjangan dan sudah sesuai tidak terdapat kesenjangan antara

Jens Martensson
melalui wawancara dengan klien dengan teori yaitu penurunan kasus dan teori. Dalam
dan keluarga, melakukan perfusi jaringan berhubungan merencanakan tujuan terdapat
pemeriksan fisik secara dengan menurunnya curah kesenjangan antara teori dengan
bertahap, serta mendapatkan jantung. Diagnosa yang tidak kasus yaitu pada kasus alokasi
infrmasi dari perawat ruangan muncul pada kasus adalah waktu tidak ditentukan karena
dan catatan medik klien. berdasarkan penanganan segera
bersihan jalan nafas tidak
• Pada manifestasi klinis data efektif berhubungan dengan dan waktu tidak terbatas.
yang ada pada teori tetapi tidak penumpukan sekret. • Adapun faktor penunjang yang
terdapat pada kasus adalah menyusun perencanaan yaitu
ketegangan vena cordis. Pada sumber buku, catatan medik, dan
kasus tidak ditemukan catatan keperawatan. Sedangkan
ketegangan vena cordis. faktor penghambat yaitu semua
• Penatalaksanaan yang ada pada perencanaan tidak dapat dilakukan
teori dan kasus sudah dilakuakan sendiri karena keterbatasan waktu.
seperti pemeriksaanlaboratorium Alternatif pemecahan masalah 16

darah, EKG, foto thorax. yang penulis lakukan yaitu dengan


bekerjasama dengan perawat
BAB IV Pembahasan
Pelaksanaan Evaluasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
Keperawatan
• Pada tahap pelaksanaan pada • Pada tahap ini, penulis menilai • Adapun masalah keperawatan yang
teori dan kasus tidak ada sejauh mana tujuan belum teratasi adalah penurunan

Jens Martensson
kesenjangan. Tahap pelaksanaan keperawatan sudah tercapai perfusi jaringan berhubungan
dalam kasus sudah sesuai dan masalah keperawatan dengan menurunnya curah jantung.
dengan teori. Adapun faktor sudah teratasi dan tindakan Untuk diagnosa pola nafas tidak
pendukung dalam pelaksanaan keperawatan dihentikan. efektif berhubungan dengan
adalah kerja sama dengan Namun, pada kasus, untuk penurunan volume paru tidak
perawat rungan dan dukungan terdapat pada kasus
dari sikap klien dan keluarga
tindakan keperawatan
dalam mengatasi masalah dilanjutkan di ruangan karena
keperawatan. membutuhkan perawatan lebih
intensif sehingga masalah
belum teratasi.

17
BAB V Penutup

Kesimpula Saran

Jens Martensson
• Pada manifestasi klinis data yang ada pada teori tetapi • Kerjasama dengan klien dan keluarga

n
tidak terdapat pada kasus adalah ketegangan vena cordis.
Pada kasus tidak ditemukan ketegangan vena cordis
• Diagnosa keperawatan di teori yang tidak muncul dalam
tetap dipertahankan dan ditingkatkan
agar asuhan keperawatan yang
diberikan pada klien akan lebih
kasus ini yaitu bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan penumpukan sekret.
optimal
• Dalam perencanaan keperawatan tujuan dan tinjaun teori • Untuk perawat supaya setiap kali
mengalami kesenjangan yaitu pada teori menggunakan melakukan tindakan keperawatan
alokasi waktu sedangkan pada kasus tidak dilakukan mendokumentasikan semua tindakan
alokasi waktu karena keperawatan gawat darurat bersifat dan respon klien terhadap tindakan
segera dan tidak dibatasi waktunya.
yang dilakukan agar dapat melakukan
• Pada evaluasi keperawatan dapat disimpulkan adalah dari
diagnosa yang muncul belum tercapai dan tindakan
evaluasi secara akurat. 18

keperawatan dilanjutkan di Ruangan perawatan.


Large image

Caption lorem ipsum


Insert or Drag and Drop your Image

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai