Anda di halaman 1dari 31

Konjungtivitis

Oleh:
Alfrida M. Tiwow

Pembimbing :
dr. Sarah M. Josephina, Sp.M
Konjungtivitis
 
Gambaran Klinis
Gejala Klinis :
 Sensasi benda asing, sensasi tergores atau terbakar
 Sensasi penuh disekeliling mata
 Gatal
 Fotopobia
Gambaran Klinis
Discharge

 Watery terbentuk dari eksudat serosa dan airmata dan biasanya terjadi pada
konjungtivitis alergika atau virus.
 Mukoid tipikal untuk konjungtivitis alergika kronik dan konjungtivitis sika
 Mukopurulen tipikal terjadi pada infeksi klamidia atau infeksi bakteri.
 Purulen sedang terjadi pada konjungtivitis bakteriais akut
 Purulen berat tipikal untuk infeksi gonokokus
Gambaran Klinis
Reaksi Konjungtiva
 Injeksi konjungtiva
 Hemoragik
 Kemosis
 Membran dan pseudomembran
 Subkonjungtiva scarring
 Folikel
 Hipertrofi papil
Konjungtivitis alergi
Peradangan konjungtiva akibat alergi atau reaksi hipersensitivitas yang
mungkin segera (Humoral) atau tertunda (seluler)
Epidemiologi
Klasifikasi konjungtivitis alergi

 Konjungtivitis alergi simplek


 Keratokonjungtivitis vernal
 Keratokonjungtivitis atopik
 Konjungtivitis Giant Papillarry
Konjungtivitis Alergi Simplek

Biasanya ringan, konjungtivitis alergi non-spesifik ditandai dengan gatal,


hiperemis dan respon papiler ringan. Pada dasarnya, gejalanya adalah reaksi
urtikaria akut atau subakut
Etiologi
 Konjungtivitis hay fever : + hay fever (rhinitis alergi). Alergen yang umum
diantaranya serbuk sari, rumput dan bulu binatang.
 Seasonal allergic conjunctivitis (SAC). SAC merupakan respon terhadap
alergen musiman seperti serbuk sari. Ini adalah hal yang sangat umum.
 Perennial allergic conjunctivitis (PAC) merupakan respon alergen menahun
seperti debu rumah dan tungau.
Patologi
 Respon vaskuler
 Respon seluler
 Respon konjungtiva
Gambaran klinis
 Gejala: termasuk intensitas gatal dan rasa terbakar pada mata disertai mata
berair dan fotopobia ringan
 Tanda:

a) Hiperemis dan kemosis yang memberi kesan bengkak pada konjungtiva.


b) Konjungtiva menunjukan reaksi papiler ringan.
c) Edema kelopak
Penatalaksanaan
 Non-medikamentosa
◦ eleminasi dan menghindari sumber allergen

Medikamentosa
 Local

- topical antihistamin
- mast-cell stabilizer seperti cromolyn sodium
- topical vasokonstriktor seperti adrenalin, efedrin dan nafazoline.
- air mata artificial untuk dilusi dan irrigasi allergen dan mediator inflamasi di
permukaan ocular.
 Sistemik : antihistamin oral
 Imunoterapi : hiposensitisasi dengan pemberian injeksi ekstrak allergen
konjungtivitis vernal

Inflamasi konjungtiva yang rekuren, bilateral, interstitial


dan self-limiting
Etiologi

 Reaksi hipersentifitas terhadap beberapa alergen eksogen

 Faktor predisposisi
◦ Umur 4-20 tahun, lebih banyak pada laki-laki dibandingkan
perempuan.
◦ Musim  Paling sering pada musim panas sehingga diberi nama
“catarrch musim panas” atau “konjungtivitis musim kemarau”.
◦ Iklim  Paling sering pada iklim tropis, kurang pada iklim hangat dan
sangat jarang pada iklim yang dingin
Patologi
 Epitel konjungtiva mengalami hiperplasia dan menekan jaringan subepitel.
 Lapisan adenoid menunjukan infiltrasi seluler yang disebabkan karena
eosinofil, plasma sel, limfosit dan histiosit.
 Lapisan fibrosa mengalami proliferasi dan megalami degernerasi hialin.
 Pembuluh konjungtiva mengalami proliferasi, peningkatan permeabilitas dan
terjadi vasodilatasi
Gambaran klinis
 Gejala. Catarrch musim panas ditandai dengan rasa terbakar dan sensasi
gatal. Fotopobia ringan, mata berair, palpebra berselaput dan terasa berat
 Tanda

- tipe palpebral
- tipe bulbar/limbal
- Campuran antara tipe palpebral dan tipe bulbar
Palpebra pada keratokonjungtivitis Bulbar pada keratokonjungtivitis
vernal vernal
Penatalaksanaan
Terapi lokalis
Steroid topical
Mast cell stabilizer seperti sodium cromoglycate 2%
Antihistamin topical
Acetyl cysteine 0,5%
Siklosporin topical 1%

Terapi sistemik;
Anti histamine oral untuk mengurangi gatal
Steroid oral untuk kasus berat dan non responsive
Penatalaksanaan
Terapi lain
 injeksi steroid supratarsal atau dieksisi
 Kaca mata gelap untuk fotofobia
 Kompres dingin dapat meringankan gejala
 Pasien dianjurkan pindah ke daerah yang lebih dingin
Keratokonjungtivitis atopik

Inflamasi konjungtiva bilateral dan juga kelopak mata yang


berhubungan erat dengan dermatitis atopi
Gejala klinis
Gejala
 Gatal, nyeri dan sensasi kering
 Sekret yang mukoid
 Fotopobia atau pandangan yang kabur.

Tanda.
 Terdapat papil-papil halus pada palpebra dan eritematous
 Konjungtiva tarsal seperti putih susu. Terdapat papil halus, kemerahan
dan jaringan parut.
 Timbul keartitis perifer superfisial yang diikuti dengan vaskularisasi.
Pada kasus berat terjadi seluruh kornea kabur, vaskularisasi dan
ketajaman penglihatan menurun.
Penatalaksanaan
Atihistamin oral (terfenadine, astemizole,
hydroxyzine)
Obat-obat anti radang non-steroid
(ketorolac dan iodoxamid)
Transplantasi kornea
 Konjungtivitis Giant Papillarry

konjungtiva dengan penampakan papil yang sangat besar.


Etiologi
 Merupakan respon alergi (hipersentifitas tipe lambat) yang kaya basofil
dengan komponen IgE humoral, biasanya disebabkan karena pemakaian
lensa kontak atau mata buatan dari plastik
Gejala klinis

 Gejala. Seperti gatal, berserabut, membaik dengan penggantian prostesis


mata plastik dengan kaca dan memakai kaca mata bukan lensa.
 Tanda. hipertrofi papiler (1mm) pada konjungtiva tarsal atas, mirip seperti
pada keratokonjungtivitis vernal yang hiperemi.
Konjungtivitis Giant Papillarry
Penatalaksanaan
 Menghindari kontak dengan iritan
 Disodium cromoglyn sebagai terapi simptomatik
Prognosis dan Komplikasi
 Pada konjungtivitis giant papillary, iritasi kronis akan menyebabkan keratitis
yaitu inflamasi pada kornea dan dapat menyebabkan kebutaan permanen
karena terjadi ulserasi pada permukaan kornea.
 Pada keratokonjungtivitis vernal juga dapat menyebabkan keratitis jika tidak
ditatalaksana.

Anda mungkin juga menyukai