Kes Oleh : •Devi Resimah •Ilda Fitri Konsep KIPI • KIPI adalah kejadian medik yang diduga berhubung an dengan imunisasi. KIPI dapat berupa gejala, tand a, pemeriksaan laboratorium, atau penyakit. • Pemantauan dan pelaporan KIPI sangat penting, sal ah satunya untuk meningkatkan aspek keamanan v aksin dan menjaga kepercayaan masyarakat terhad ap vaksin. Jenis KIPI
1). KIPI serius
KIPI serius adalah setiap kejadian medik setelah i munisasi yang menyebabkan rawat inap, kecacata n, dan kematian, serta yang menimbulkan keresa han di masyarakat. 2). KIPI non serius KIPI non serius adalah kejadian medik yang terja di setelah imunisasi dan tidak menimbulkan risi ko potensial pada kesehatan si penerima. Klasifikasi KIP I Klasifikasi Penyebab Spesifik 1) Reaksi yang berkaitan dengan produk vaksin 2) Reaksi yang berkaitan dengan efek kualitas vaksin 3) Reaksi yang berkaitan dengan adanya kekeliruan pemberian imunisasi 4) Reaksi yang berkaitan dengan kecemasan reaksi s untikan 5) Kejadian yang secara kebetulan bersamaan Klasifikasi Kausalitas 1) Klasifikasi konsisten 2) Klasifikasi inderteminate 3) Klasifikasi inkonsisten 4) Klasifikasi unclassifiable Reaksi Vaksin Reaksi ringan umumnya terjadi dalam beberapa jam setelah imunisasi. Reaksi ringan dibagi menjadi: • Reaksi lokal, seperti nyeri di lokasi suntikan, bengka k, dan kemerahan • Reaksi sistemik seperti demam, lemas, nyeri otot se luruh tubuh, pusing, dan nafsu makan menurun Reaksi Berat Reaksi berat dapat mengancam jiwa. Contoh lain dari reaksi berat adalah: Infeksi sistemik fatal dari vaksin BCG yang dapat muncul dalam 1-12 bulan setelah imunisasi Reaksi Terkait Kesalahan Pr osedur 1). Penyuntikan yang tidak steril dapat menyebabkan rea ksi lokal hingga sepsis dan kematian 2). Kesalahan melarutkan vaksin dapat menyebabkan abs es lokal, toxic shock syndrome, hingga kematian 3). Suntikan pada lokasi yang salah menyebabkan reaksi l okal dan kerusakan saraf pada lokasi injeksi 4). Transportasi dan penyimpanan vaksin yang salah men yebabkan reaksi lokal dan penurunan efikasi vaksin a. Reaksi Terkait Kecemasan Terhadap Imunisas i Ketakutan atau kecemasan akibat imunisasi dap at menyebabkan reaksi timbul sebelum dan sete lah imunisasi. b. Reaksi Terkait Kecemasan Terhadap Imunisas i Ketakutan atau kecemasan akibat imunisasi dap at menyebabkan reaksi timbul sebelum dan sete lah imunisasi c. Kejadian Koinsidental Kejadian koinsidental adalah reaksi setelah vaksin ya ng tidak disebabkan atau dipresipitasi oleh vaksin ma upun kesalahan cara pemberian. Pemantauan KIPI Surveilans KIPI sangat membantu imunisasi, untuk m engetahui apakah kejadian tersebut berhubungan de ngan vaksin yang diberikan ataukah terjadi secara ke betulan hal ini penting untuk memperkuat keyakinan masyarakat akan pentingnya imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit yang paling efektif. Tujuan utama pemantauan KIPI adalah untuk men deteksi dini, merespon KIPI dengan cepat dan tepa t, mengurangi dampak negatif imunisasi terhadap kesehatan individu dan terhadap imunisasi Hal-hal yang harus diperhati kan dalam pemantauan KIPI: • Program Imunisasi harus mempunyai perencanaa n rinci • Setiap KIPI serius harus dianalisis oleh tim yang te rdiri dari para ahli epidemiologi dan profesi dan tem uan tersebut harus disebarluaskan melalui jalur imun isasi dan media massa • Pemerintah/Pemda harus segera memberikan tan ggapan secara cepat dan akurat kepada media massa , perihal dugaan kasus KIPI yang terjadi • Pelaporan KIPI karena kekeliruan prosedur • Imunisasi harus melengkapi petugas lapangan den gan formulir pelaporan kasus, definisi KIPI yang jelas, dan instruksi yang rinci perihal jalur pelaporan • Imunisasi perlu mengkaji laporan KIPI dari pengala man dunia internasional sehingga dapat memperkira kan besar masalah KIPI yang dihadapi. Pemantauan KIPI yang efekti f melibatkan: • Masyarakat atau petugas kesehatan di lapangan • Supervisor tingkat Puskesmas • Tim KIPI tingkat Kabupaten/Kota ~Komda PP KIPI; ~Komnas PP KIPI; dan ~Badan Pengawas Obat dan Makanan Alur dan Kurun Waktu Pelapo ran KIPI Hal-hal yang perlu mendapat perhatian pada pelaporan KI PI: • Identitas: • Waktu dan tempat pemberian imunisasi • Jenis vaksin yang diberikan, cara pemberian, dosis, • timbulnya gejala KIPI • Adakah gejala KIPI pada imunisasi terdahulu • Bila gejala klinis atau diagnosis yang terdeteksi tidak te rdapat dalam kolom isian, maka dibuat dalam laporan tert ulis • Pengobatan yang diberikan dan perjalanan penyakit (s embuh, dirawat atau meninggal) • Sertakan hasil laboratorium yang pernah dilakukan • Apakah terdapat gejala sisa, setelah dirawat dan semb uh • Tulis juga apabila terdapat penyakit lain yang menyerta inya • Bagaimana cara menyelesaikan masalah KIPI (kronolog is) • Adakah tuntutan dari keluarga • Nama dokter yang bertanggung jawab • Nama pelapor KIPI Alur pelaporan KIPI Non Serius KIPI non-serius dilaporkan setiap bulan secara berjenj ang bersamaan dengan laporan cakupan imunisasi.
Alur pelaporan KIPI Serius
Skema alur sama halnya dengan KIPI non serius, akan tetapi bebeda dikurum waktu. Faktor Pendukung Pelaporan KIPI a. Meningkatkan kepedulian terhadap pentingnya pel aporan b. Membekali petugas kesehatan dengan pengetahua n mengenai KIPI dan safety injection c. Menekankan bahwa investigasi adalah untuk mene mukan masalah pada sistim d. Memberikan umpan balik yang positif e. Menyediakan formulir laporan dan formulir investig asi KIPI dan laporan KIPI juga meliputi pelayanan imuni sasi pada Unit Investigasi KIPI Serius Mekanisme pelaporan dan pelacakan kasus KIPI: a. narahubung yang dapat dihubungi b. Penerima vaksin KIPI dapat menghubungi narahubun g fasyankes c. fasyankes akan melaporkan ke Puskesmas d. Untuk kasus diduga KIPI serius, maka Dinas Kesehata n Kabupaten/ Kota akan melakukan konfirmasi kebenara n kasus diduga KIPI serius tersebut e. Kemudian bila perlu dilakukan investigasi (Lampiran Formulir Investigasi KIPI), Pelaporan Kejadian Ikutan P asca Imunisasi di Indonesia WHO menyebutkan bahwa semua Kejadian Ikuta n Pasca Imunisasi (KIPI) wajib dilaporkan sesuai ar eanya masing-masing. KIPI perlu dilaporkan agar dapat diinvestigasi lebih lanjut, sehingga tindakan korektif dan perbaikan dapat dilakukan. Terima Kasih