Anda di halaman 1dari 16

TUGAS THT

STASE FARMAKOLOGI

OMA dan Otomikosis


 
Disusun oleh:
Alessandra Nidia (1765050067)
 
Kepaniteraan Klinik Farmakologi & Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia Rumah Sakit Umum
Universitas Kristen Indonesia Periode 24 Mei – 12 Juni 2021

Jakarta
OTITIS MEDIA AKUT

• Definisi
• Otitis Media Akur (OMA) adalah peradangan Sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.
• Etiologi
• Biasanya otiti media aakut kebanyakan disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae, Moraxella catarrhalis.
• Faktor resiko
• Bayi dan anak
• Infeksi saluran napas atas berulang telentang
• Menyusu dari botol dalam posisi berbaring atau terlentang
• Kelainan kongenital, misalnya: sindrom Down
• Alergi
• Tingkat sosio-ekonomi yang rendah
• Stadium pada OME
• Stadium oklusi tuba : Telinga terasa penuh atau nyeri , pendengaran dapat berkurang
• Stadium hiperemis : nyeri telinga makin intens, demam, rewel dan gelisah ( pada
bayi/anak) muntah , nafsu makan berkurang , anak sering memegang telinga yang
nyeri
• Stadium supurasi : gejala sama dengan stadium hiperemis dan ditandai dengan
gambaran membrane timpani yang membonjol
• Stadium perforasi : rupture membrane timpani , demam berkurang dan keluarnya
cairan dari telinga
• Stadium resolusi : setelah secret keluar intensitas keluhan berkurang jika tidak ada
perforasi  membrane timpani akan Kembali normal jika perforasi  secret
berkurang
• Pemeriksaan fisik
• Suhu dapat meningkat
• Pemeriksaan otoskopi
• Tes penala
• Dapat ditemukan tuli konduktif yaitu test rinne (-) dan tes schwabach
memendek pada telinga yang sakit, tes weber terjadi lateralisasi ke
telinga yang sakit.
• Tatalaksana OMA
• Topikal
• Pada stadium oklusi tuba,bertujuan membuka kembali tuba
eustachius sehingga tekanan negative di telinga tengah menghilang.
Untuk itu Obat yang diberikan adalah: Berikan tetes hidung HCL
efedrin 0,5% dengan larutan fisiologik (anak<12tahun) atau HCL
Efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk yang berumur diatas 12
tahun dan pada orang dewasa. Disamping itu sumber infeksi harus
diobati dengan antibiotika diberikan apabila infeksi disebabkan oleh
bakteri.
• Pada stadium presupurasi adalah antibiotika obat tetes hidung dan
analgetika bila membrane timpani sudah terlihat hiperemis difus
sebaiknya miringotomi antibiotika yang dianjurkan adalah sebagai
berikut :
• Pada stadium supurasi disamping diberikan antibiotika idealnya harus
disertai dengan miringotomi bila membrane timpani masik utuh
dengan Tindakan tersebut gejala klinis lebih cepat menghilang dan
ruptur dapat terhindari
• Pada stadium perforasi pengobatan dapat dilakukan dengan obat cuci
telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat.
• Pada stadium resolusi jika tidak terjadi fase resolusi lanjutkan
antibiotic selama 3 minggu
• Oral sistemik : antibiotic, antihistamin (bila terdapat tanda-tanda
alergi), dekongestan, analgetic/antipiretik
• Komplikasi
1. Komplikasi intra-temporal : labirinitis, paresis nervus fasialis, petrisistis,
hidrosefalus otik
2. Komplikasi ekstra -temporal/ intracranial : abses subperiosteal, abses
epidural, abses perisinus, abses subdural, abses otak, meningitis,
thrombosis sinus lateral.
• Prognosis
• Ad vitam : bonam
• Ad functionam : bonam
• Ad sanationam : bonam
OTOMIKOSIS
• Definisi
• Definisi dan kriteria untuk ototoksisitas telah ditetapkan oleh
American Speech Languange Hearing Association (ASHA), the National
Cancer Institute Common Terminology Criteria for Adverse Events
(CTCAE), dan Brock.ASHA mendefinisikan ototoksisitas sebagai:
• Penurunan ambang batas pendengaran nada murni pada frekuensi
20db atau lebih
• Penurunan pada 2 frekuensi berturut-turut 10db atau lebih, atau
• Hilangnya respon pada tes 3 frekuensi yang berurutan.
• Etiologi
• Jamur di liang telinga yang dipermudah dengan kelembaban yang
tinggi di daerah tersebut. Yang tersering jamur Aspergillus niger.
Dapat juga Pityrosporum, Aktinomises, atau Candida albicans.
• Manifestasi Klinis
• Rasa gatal dan tersumbat di liang telinga. Pada pemeriksaan tampak
liang telinga terisi oleh filamen jamur berwarna keputihan. Seringkali
juga terjadi infeksi oleh bakteri akibat trauma mengorek liang telinga.
• Derajat Otomikosis
• Derajat otomikosis berdasarkan The National Cancer Institute
Common Terminology Criteria for Adverse Events (CTCAE) dan Brock
telah menentukan derajat ototoksisitas sebagai berikut:
CTCAE ototoksisitas derajat 1-4 1.

• Derajat 1 - pergeseran ambang batas atau kehilangan pendengaran


pada frekuensi 15- 25 dB dibandingkan nilai dasar, pada pemeriksaan
2 frekuensi yang berurutan, setidaknya pada satu telinga.
• Derajat 2 - pergeseran ambang batas atau kehilangan pendengaran
pada frekuensi > 25-90 dB, pada pemeriksaan 2 frekuensi yang
berurutan, setidaknya pada satu telinga.
• Derajat 3 – kehilangan fungsi pendengaran yang memerlukan
intervensi terapeutik, termasuk alat bantu (misalnya, tuli frekuensi >
20 dB bilateral; tuli frekuensi > 30 dB unilateral)
• Derajat 4 - indikasi untuk implan koklea
• Pencegahan
• Dalam melakukan pencegahan ini termasuk mempertimbangkan
pengguanaan obat-obat ototoksik, menilai kerentanan pasien,
memonitor efek samping secara dini, yaitu dengan memperhatikan
gejala-gejala ototoksisitas pada telinga dalam yang timbul seperti
tinnitus, kurang pendengaran dan vertigo. Pada pasien yang
menunjukan mulai ada gejala-gejala tersebut harus dilakukan evaluasi
audiologik dan menghentikan pengobatan.
• Penatalaksanaan
• Liang telinga dibersihkan secara teratur. Larutan asam asetat 2-5%
dalam alkohol yang diteteskan ke liang telinga biasanya dapat
menyembuhkan. Kadang diperlukan obat anti jamur (topikal) seperti
ketokonazol 1 x 1 – 3 mL selama 1 minggu.
• 

Anda mungkin juga menyukai