Anda di halaman 1dari 21

KOMUNIKASI

EFEKTIF

Dosen : YP. Wahyudi, AMK.SE.MMRS


Universitas Bondowoso
Prodi Keperawatan
Hubungan tidak bisa tumbuh
tanpa kekuatan komunikasi
yang tepat
“Komunikasi adalah proses yang
memungkinkan seseorang (komunikator)
menyampaikan rangsangan
(pesan) (biasanya lambing-lambang
verbal) untuk mengubah perilaku
orang lain (komunikate).” 
Carl I. Hovland
Komunikasi yang efektif adalah
komunikasi yang berusaha memilih cara
yang tepat agar gambaran dalam benak dan
isi kesadaran dari komunikator dapat
dimengerti, diterima bahkan dilakukan oleh
komunikan.

Walter Lippman dalam Effendy (2005)


 Senyum tulus
Sebelum berkcakap-cakap dengan pelanggan harus
 AWALI DENGAN SENYUM
 Wajah hangat dan bersemangat
Ujung kulit mata luar mengkerut
Gigi atas bawah terlihat
Tujuan Komunikasi Efektif
1. Memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang
disampaikan antara pemberi informasi dan penerima informasi
sehingga bahasa yang digunakan oleh pemberi informasi lebih jelas
dan lengkap
2. Dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh penerima
informasi, atau komunikan.
3. Agar pengiriman informasi dan umpan balik atau feed
back dapat
seimbang sehingga
tidak terjadi monoton.
4. Dapat melatih penggunaan
bahasa nonverbal
secara baik.
5. Menggerakan klien
untuk melakukan atau
merubah sesuatu
Komunikasi yang dilakukan perawat
bertujuan agar pelayanan
keperawatan yang diberikan dapat
berjalan efektif.
Syarat-syarat komunikasi efektif
1. Menciptakan suasana yang menguntungkan.
2. Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan
dimengerti.
3. Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian
atau minat di pihak komunikan.
4. Pesan dapat menggugah kepentingan dipihak
komunikan yang dapat menguntungkannya.
5. Pesan dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau
reward di pihak komunikan.
Bentuk komunikasi
efektif
Komunikasi verbal efektif
Bentuk komunikasi yang menggunakan simbol-simbol
verbal (lisan maupun tulisan.)
Dilakukan oleh dua orang atau lebih melalui hubungan tatap muka secara langsung maupun
peralatan medianya.
Contoh komunikasi lisan dapat terlihat pada kegiatan “ngobrol” yang dilakukan oleh orang-
orang ketika berada di kantor, sekolah, kampus, ataupun tempat-tempat lainnya.
Unsur komunikasi verbal dapat menggunakan tulisan (surat konvensional, surat elektronik
(email), chatting, dll)
Yang perlu di perhatikan dalam komunikasi verbal adalah
Berlangsung secara timbal balik, Makna pesan ringkas dan jelas, Bahasa mudah
dipahami, Cara penyampaian mudah diterima, Disampaikan secara tulus.
Mempunyai tujuan yang jelas, Memperlihatkan norma yang berlaku.
Disertai dengan humor.
Komunikasi non verbal
Yaitu komunikasi yang menggunakan mimik atau bahasa tubuh,
tanpa menggunakan kata-kata, melalui simbol-simbol lainnya.
Komunikasi perawa tnon verbal, gerak tubuh, pandangan mata
ke pasien, jarak dengan pasien, postur, dan ekspresi wajah,
mimik atau bahasa tubuh lebih memudahkan klien untuk
mengerti dan memahami dari maksud komunikasi yang
perawat sampaikan. Dapat pula ditunjukkan dengan gaya
berpakaian, potongan rambut, intonasi suara, hingga gaya
berjalan.

Yang perlu di perhatikan


dalam komunikasi non verbal :
•Penampilan visik.
•Sikap tubuh dan cara berjalan.
•Ekspresi wajah.
•Sentuhan
Unsur-unsur/Komponen Komunikasi
Komunikator (sender)

Komunikan (receiver)

Media (channel)

Pesan (message)

Tanggapan (feedback)
5 prinsip komunikasi yang efektif
yang harus dipahami (REACH)

Respect Empathy Audible Clarity Humble


• sikap • Kemam • dapat • Keterbu • rendah
menghar puan didengar kaan hati
gai mende kan atau dan
ngar dime tranpa
ngerti ransi
dengan
baik
Faktor yang mempengaruhi Komunikasi Efektif
Menurut Potter dan Perry (1993)
Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi efektif dengan pasien, perawat
harus mengerti pengaruh dari perkembangan usia baik dari sisi
bahasa maupun proses fikir dari pasien tersebut. Karena tiap
tahap perkembangan atau umur klien yang berbeda
mempunyai tingkat kemampuan memahami maksud dari isi
komunikasi yang perawat sampaikan.
Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap
suatu kejadian atau peristiwa, dan dibentuk oleh harapan atau
pengalaman. Perbedaan persepsi antara perawat-pasien dapat
mengakibatkan terhambatnya komunikasi.
Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku, sehingga penting
bagi perawat untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha
untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat
keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien.

Latar belakang sosial budaya


Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor
budaya, dan budaya ini juga yang membatasi cara bertindak dan
berkomunikasi. Klien sebagai manusia pasti mempunyai budaya yang
berbeda-beda antara yang satu dan yang lain.

Emosi
Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Ekspresi
emosi seperti sedih, senang, dan terharu dapat mempengaruhi orang
lain dalam berkomunikasi. Perawat perlu mengkaji emosi klien dan
keluarganya sehinnga perawat dapat memberikan asuhan
keperawataan yang tepat.
Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin memiliki gaya komunikasi yang berbeda-beda. Menurut
Tanned (1990); dalam Nurjannah, I (2005), menyebutkan bahwa wanita dan
laki-laki mempunyai perbedaan gaya komunikasi.

Pengetahuan
Pasien yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit berespon dengan
pertanyaan mengandung bahasa verbal dibanding dengan orang yang
tingkat pengetahuannya tinggi. Jadi perawat perlu untuk mengetahui
tingkat pengetahuan klien agar bisa berinteraksi dengan baik.

Peran dan hubungan


Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan diantara orang yang
berkomunikasi. Seorang perawat berkomunikasi dengan teman sejawatnya
pasti akan berbeda ketika berkomunikasi kepada kliennya. Jadi seorang
perawat harus bisa menggunakan gaya bahasa yang berbeda-beda pada
lawan bicaranya berdasarkan peran dan hubungan, terutama dengan klien.
Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi
komunikasi yang efektif. Lingkungan yang berisik dan
tidak ada privasi pasti akan mengganggu proses
komunikasi perawat-klien.

Jarak
Jarak dapat mempengaruhi proses komunikasi, jarak
tertentu akan memberikan rasa aman, kejelasan
pesan, dan kontrol ketika berkomunikasi. Maka
perawat perlu memperhitungkan jarak berinteraksi
dengan klien.
Langkah-langkah untuk membangun
komunikasi yang efektif adalah sebagai
berikut:
a.   Memahami Maksud dan Tujuan Berkomunikasi
b.    Mengenali Komunikan
c.    Menyampaikan Pesan dengan Jelas
d.    Menggunakan Alat Bantu yang Baik
e.    Memusatkan Perhatian
f.     Menghindari Gangguan Komunikasi
g.    Membuat Suasana yang Menyenangkan
h.    Menggunakan Bahasa Tubuh( body language) yang Benar
Aspek dalam membangun komunikasi yang efektif
§  Kejelasan
Dalam komunikasi harus menggunakan bahasa secara jelas, sehingga mudah
diterima dan dipahami oleh komunikan.
§  Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan
kebenaran informasi yang disampaikan.
§  Konteks
Maksudnya bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai
dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
§  Alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau
sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat
tanggap
§  Budaya
Aspek ini berkaitan dengan tatakrama dan etika. Dalam berkomunikasi harus
menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam
penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan
kesalahan persepsi.
Komunikasi SBAR
(Situation, Background, Assessment,
Recommendation),
Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang disediakan
untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien.
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi
penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi
terhadap eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien.
Keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah:
1. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.
2. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat
paham akan kondisi pasien.
3. Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan
pasien.

Anda mungkin juga menyukai