Anda di halaman 1dari 47

KEBIJAKAN MODAL

KERJA
Disusun oleh
- Ardi Saputra (2020008202)
- Asrina (2020008171)
- Aulia Dwi Safitri (2020008266)
- Devi Alvita (2020008260)
- Niken Wulan Rahayu (2020008323)
Apa itu modal kerja?

Modal kerja yaitu kelebihan atau selisih jumlah aktiva lancar terhadap kewajiban lancar. Jumlah aktiva
lancar bersumber dari pemilik perusahaan maupun pinjaman jangka panjang. Konsep ini juga disebut
dengan Net Working Capital.
Modal kerja kotor mengacu pada aktiva lancar yang meliputi kas, piutang dagang, dan persediaan.
Modal kerja bersih operasional diartikan sebagai aktiva lancar operasional dikurangi hutang lancar
operasional. Aktiva lancar operasional mencakup kas, piutang dagang dan persediaan. Sedangkan
hutang lancar operasional mencakup hutang dagang dan hutang akrual (misal hutang gaji dan hutang
pajak). Kebijakan modal kerja akan tercermin pada rasio-rasio lancar, khususnya rasio likuiditas.
Kebijakan modal kerja akan melihat trade-off antara risiko dengan return (tingkat keuntungan).
Mengapa perusahaan memiliki modal kerja?

Perusahaan memiliki modal kerja karena adanya ketidaksempurnaan pasar yang memaksa
perusahaan untuk memiliki modal kerja. Jika biaya transaksi tidak ada, segala aktivitas bisa
diperkirakan dengan jelas (kondisi kepastian), tidak ada biaya kebangkrutan, maka modal kerja tidak
diperlukan.
Beberapa kondisi ketidaksempurnaan pasar yang membuat keputusan modal kerja
menjadi penting :

Biaya transaksi, biaya ini mencakup biaya eksplisit dan biaya implisit

Kelambatan/ketidaksinkronan aktivitas, dalam situasi normal ada kemungkinan kelambatan


kedatangan bahan mentah, atau produk yang sudah jadi tidak bisa dikirim langsung ke distributor, atau
permintaan produk tidak diketahui dengan pasti.

Kemungkinan kebangkrutan/kesulitan pembayaran, kebangkrutan bisa disebabkan oleh kondisi


perusahaan(prospek) yang memburuk, tetapi juga bisa karena ketidakmampuan memenuhi
kewajiban.
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
TINGKAT MODAL
KERJA
Aktiva Lancar
Beberapa faktor mempengaruhi besarnya aktiva lancar, relatif terhadap total aktiva. Berikut ini faktor-faktor
tersebut:

1. Karakteristik Bisnis

Sektor usaha (industri) mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lain, termasuk dalam
penggunaan modal kerja. Sektor retail cenderung mempunyai persediaan barang dagangan (yang berarti
modal kerja) yang lebih besar dibandingkan perusahaan manufaktur. Sektor tertentu mempunyai utang lancar
yang lebih tinggi dibandingkan dengan aktiva lancarnya.
2. Ukuran Perusahaan

Perusahaan kecil cenderung mempunyai modal kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan besar. Contohnya: komposisi aktiva lancar dan kewajiban lancar untuk perusahaan besar dan
kecil bisa terdiri dari 65,5% aktiva lancar dan 32,8% utang lancar untuk perusahaan kecil. Sedangkan
komposisi untuk perusahaan besar adalah 31% aktiva lancar dan 24,4% kewajiban lancar.
Beberapa kemungkinan jawaban atas contoh dari fenomena tersebut:

Perusahaan besar menjadi semakin modal intensif


Perusahaan besar mempunyai skala ekonomi modal kerja, atau aliran kas yang relatif stabil
Perusahaan besar mempunyai akses yang lebih baik ke pasar keuangan, sehingga tidak perlu
memegang modal kerja lebih besar.
3. Aktivitas Perusahaan
Jika perusahaan meningkat aktivitasnya (penjualan meningkat), aktiva lancar dan utang lancar yang
bersifat spontan juga akan meningkat. Semakin tinggi penjualan dengan demikian akan semakin besar aktiva
lancar suatu perusahaan.

4. Stabilitas Penjualan Perusahaan


Jika penjualan stabil, aktiva lancar cenderung semakin kecil. Sebaliknya, jika penjualan berfluktuasi, aktiva
lancar akan cenderung semakin besar.
HUTANG LANCAR

Hutang jangka pendek disebut juga hutang lancar. Mengapa? Hal ini dikarenakan dana dari pinjaman hutang
jangka pendek dipakai untuk mendanai kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya mendukung aktivitas perusahan
sehari-hari yang bersifat segera dan tidak bisa ditunda. Hutang Lancar ini juga merupakan kewajiban kepada
pihak lain yang jangka waktu pembayarannya tidak lebih dari satu tahun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hutang lancar

Faktor yang mempengaruhi hutang lancar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

Faktor Eksternal
Industri tertentu cenderung mempunyai hutang lancar lebih besar.
Contoh  Usaha retail menggunakan aktiva lancar (biasanya dalam bentuk barang dagangan) yang
lebih besar dibandingkan dengan industri manufaktur.

Faktor Internal Kebijakan Manajemen


Manajemen mempunyai pilihan apakah menggunakan hutang lancar yang tinggi atau yang
rendah. Jika fleksibilitas manajemen cukup tinggi, manajemen akan menggunakan hutang lancar yang
lebih kecil.
Faktor atau alasan perusahaan mengambil hutang jangka pendek atau hutang lancar

 Perusahaan sedang tidak memiliki dana sama sekali.


 Untuk penghematan pajak.
 Perusahaan mempunyai dana, namun saat jatuh tempo perusahaan tidak memiliki saldo dana yang cukup.
Jenis-jenis hutang jangka pendek atau hutang lancar

1. Hutang dagang atau account payable adalah jumlah uang yang masih harus dibayarkan kepada pemasok,
karena perusahaan melakukan pembelian barang atau jasa.
2. Hutang wasel adalah perjanjian tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada suatu tanggal tertentu
di masa depan dan dapat berasal dari pembelian, pembiayaan, atau transaksi lainnya.
3. Biaya yang harus dibayar adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya.
4. Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo adalah sebagian atau seluruh hutang jangka panjang, yang
sudah menjadi hutang jangka pendek, karena harus segera dilakukan pembayarannya.
5. Penghasilan yang akan diterima di muka (deferred revenue) adalah penerimaan uang untuk penjualan barang
dan jasa yang belum terealisir.
Strategi Modal
Kerja
Strategi Aktiva Lancar

Secara umum aktiva lancar mempunyai tingkat keuntungan lebih kecil dibandingkan dengan aktiva tetap, jika
perusahaan mempunyai aktiva lancar yang lebih tinggi, maka perusahaan bisa mengurangi resiko likuiditas, tetapi
konsekuensi perusahaan akan memperoleh profitabilitas yang lebih rendah juga. Dengan kerangka trade-off
antara resiko dengan tingkat keuntungan seperti yang dijelaskan. Berikut gambar yang menjelaskan beberapa
alternatif kebijakan aktiva lancar
Aktiva lancar
A
B
C

Tingkat penjualan
Dari bagan tersebut dijelaskan bahwa aktiva lancar memiliki 3 skenario strategi, yaitu:

(A) Konservatif  penentuan tingkat aktiva lancar cenderung mempunyai aktiva lancar rata-rata yang
tinggi sehingga memiliki likuiditas yang tinggi dan risiko kekurangan persediaan atau kehilangan
kesempatan penjualan yang rendah, tetapi mengakibatkan profitabilitas yang rendah.

(B) Moderat  posisi aktiva lancar dalam posisi moderat atau berada ditengah-tengah

(C) Agresif  Dalam alternatif tersebut, tingkat aktiva lancar rata-rata yang cenderung rendah sehingga
mempunyai profitabilitas yang tinggi, tetapi mengakibatkan likuiditas yang rendah dan risiko kekurangan
persediaan atau kehilangan kesempatan penjualan yang tinggi.
Strategi Pendanaan

Strategi atau kebijakan pendanaan modal kerja adalah kebijakan yang berkaitan dengan menentukan jenis sumber
dana, jangka waktunya pendek atau panjang, dan masing masing sumber dana berapa yang akan digunakan untuk
mendanai modal kerja. Pertimbangan-pertimbangan dalam penentuan kebijakan kombinasi pendanaan jangka
pendek dan jangka panjang untuk mendanai investasi aktiva lancar adalah risiko dan biaya pendanaan (Weston
dan Copeland, 1986; Horne dan Wachowicz, 2001).
Berkaitan dengan penggunaan pendanaan jangka pendek atau jangka panjang, terdapat tiga jenis strategi
pendanaan yaitu:

1) Strategi pendanaan hedging


2) Strategi konservatif
3) Strategi pendanaan agresif

Ketiga strategi tersebut berkaitan dengan resiko dan tingkat keuntungan utang jangka pendek vs utang jangka
panjang. Tingkat keuntungan yang semakin tinggi akan diikuti dengan resiko yang lebih tinggi juga, pendanaan
jangka pendek secara umum mempunyai resiko yang lebih tinggi bagi peminjam, karena uang tersebut akan jatuh
tempo dalam jangka waktu pendek. Dalam waktu jangka pendek, fleksibilitas keuntungan dan kemungkinan
peminjaman tersebut tidak bisa mengembalikan utang yang akan semakin tinggi. Sebaliknya secara umum, utang
jangka pendek mempunyai tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan utang jangka panjang.
Strategi Pendanaan Hedging

Kebijakan atau strategi pendanaan hedging adalah suatu metode pendanaan dengan menggunakan
pendanaan yang mempunyai umur pendanaan relatif sama dengan umur investasi aktiva. Aktiva yang mempunyai
umur pendek dibiayai dengan pendanaan yang mempunyai umur pendek sedangkan aktiva yang mempunyai umur
panjang dibiayai dengan pendanaan yang mempunyai umur panjang. Sebagai contoh pada aktiva lancar temporer
apabila aset yang dibutuhkan untuk 3 bulan maka umur pendanaan yang jatuh temponya 3 bulan. Penerapan
kebijakan pendanaan hedging terhadap komponen-komponen aktiva adalah:

1) aktiva tetap dibiayai dengan pendanaan jangka panjang,


2) aktiva lancar permanen dibiayai dengan pendanaan jangka panjang, dan
3) aktiva lancar musiman dibiayai dengan pendanaan jangka pendek
Strategi Pendanaan Konservatif

Strategi pendanaan konservatif adalah suatu metode pendanaan dengan menggunakan pendanaan yang
mempunyai umur pendanaan relatif lebih lama dari umur investasi dalam aktiva agar terdapat suatu margin of
safety (marjin keamanan) dalam menjaga likuiditas perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2001). Dalam kebijakan
konservatif terdapat sebagian aktiva yang mempunyai umur pendek dibiayai dengan pendanaan yang mempunyai
umur panjang, dan tentunya mempunyai umur panjang aktiva yang dibiayai dengan pendanaan yang mempunyai
umur panjang.
Pendekatan ini memberikan margin of safety yang cukup besar, yaitu sebagian aktiva lancar yang bukan
permanent. Didanai dengan pendanaan jangka panjang misalnya, kalau diperkirakan dana tersebut diperlukan untuk
enam bulan, perusahaan mungkin mencari pinjaman dengan jangka waktu dua belas bulan.
Apabila aset yang dibutuhkan untuk 3 bulan maka umur
pendanaan yang digunakan yang jatuh temponya lebih dari
3 bulan, misalnya 4 bulan.
Kebijakan ini akan tepat diterapkan pada situasi
permintaan barang dan atau jasa di masa yang akan datang
sulit diprediksi dengan pasti dan bersifat fluktuatif, sehingga
kebutuhan modal kerja di masa yang akan datang juga sulit
diprediksi dengan pasti. Di samping itu, kebijakan ini akan
cocok ketika perusahaan juga tidak mudah untuk akses
dalam mencari pendanaan, misalnya tidak mudah akses
untuk mencari dana pinjaman dari bank. Dalam kondisi dan
situasi seperti ini, kebijakan yang dipilih sebaiknya kebijakan
konservatif agar ada margin of safety.
Strategi Pendanaan Agresif

Strategi pendanaan agresif adalah suatu metode pendanaan dengan menggunakan pendanaan yang mempunyai
umur pendanaan relatif lebih pendek daripada umur investasinya untuk menekan biaya pendanaan (Horne dan
Wachowicz, 2001).
Dalam kebijakan agresif terdapat sebagian aktiva yang mempunyai umur panjang dibiayai dengan pendanaan
yang mempunyai umur pendek, dan tentunya aktiva yang mempunyai umur pendek dibiayai dengan pendanaan
yang mempunyai umur yang lebih pendek. Sebagai contoh pada aktiva lancar temporer apabila aset yang
dibutuhkan untuk 3 bulan maka umur pendanaan yang digunakan yang jatuh temponya lebih pendek dari 3 bulan,
misalnya 2 bulan.
Kebijakan ini akan tepat diterapkan pada situasi permintaan barang dan jasa di masa yang akan datang
dapat diprediksi dengan pasti, sehingga kebutuhan modal kerja di masa yang akan datang juga dapat
diprediksi dengan pasti. Di samping itu, kebijakan ini cocok ketika perusahaan juga sangat mudah untuk akses
dalam mencari pendanaan, misalnya mudah akses untuk mencari dana pinjaman dari bank.
Pada pendanaan ini perusahaan berani mengambil resiko strategi ini berarti mendanai sebagai kebutuhan
jangka panjang dengan pendanaan jangka pendek. Apabila suku bunga kredit jangka pendek memang lebih
rendah dari jangka panjang, maka strategi ini akan dikompensir lebih tinggi.
Siklus Kas
(Cash Conversion Cycle)
Dalam kegiatan siklus kas, biasanya perusahaan memulai usaha nya dengan membeli bahan baku,
kemudian diproses menjadi bahan jadi. Pada saat membeli bahan baku tersebut, jika pembayaran dilakukan
dengan kas, maka ada kas keluar dari perusahaan. Jika di bayar dengan kredit, perusahaan mempunyai utang
dagang. Utang dagang tersebut bisa menunda pembayaran kas, kemudian barang jadi tersebut dijual
menjadi barang kredit, yang berarti perusahaan mempunyai piutang dagang. Pada saat piutang dagang
dilunasi, perusahaan akan mempunyai kas nya kembali. Keadaan seperti itulah yang menggambarkan
terjadinya siklus di sebuah perusahaan, maka apa yang dikeluarkan oleh perusahaan itu lah yang akan
kembali keperusahaan.
Apabila pemasukan kas dipercepat dan pengeluaran di perlambat, cash availability akan semakin
besar. Perusahaan akan mempunyai kesempatan menggunaan kas yang lebih besar lagi. Salah satu cara
untuk mengukur cash availability yaitu dengan cara melihat siklus kas. Siklus kas yang semakin pendek
berarti kas berputar lebih cepat, atau cash availability akan meningkat. Siklus kas merupakan
“perjalanan” kas, mulai dari kas dikeluarkan (untuk membeli bahan-bahan) sampai kas kembali lagi
(piutang dibayarkan).
Berikut ini diagram yang akan memperjelas siklus kas.

Siklus Kas

Periode Persediaan (30 hari) Periode Pengumpulan Piutang (20 hari)

Periode Utang (20 hari)

Bahan Mentah Kas Barang Terjual Kas Diterima


Dibayarkan
Agar lebih mudah memahami diagram tersebut dapat dengan menganggap bahwa periode persediaan
mencangkup persediaan barang mentah dari bahan jadi. Dalam contoh diatas, periode persediaan adalah 30 hari,
yang berarti barang tersimpan dalam gudang persediaan sebelum laku terjual selama rata-rata 30 hari. Karena
penjualan dilakukan secara kredit, perusahaan tidak langsung menerima kas. Dalam contoh diatas, periode
pengumpulan piutang adalah 20 hari, yang berarti rata-rata piutang memiliki jangka waktu 20 hari sebelum
ahkirnya dilunasi oleh pelanggan. Dengan menambahkan kedua periode tersebut, diperoleh total periode 50 hari.
Dengan kata lain, kas perusahaan tertanam selama 50 hari, sebelum akhirnya kas tersebut kembali ke perusahaan
(dan bisa digunaan untuk investasi modal kerja lagi). Jadi perusahaan menggunakan utang untuk membeli bahan
mentah, perusahaan bisa menunda pembayaran, yang berarti kas keluar bisa ditunda. Misalkan periode utang
adalah 20 hari, yang berarti rata-rata perusahaan baru mengeluarkan kas 20 hari setelah bahan mentah datang,
kas yang tertanam berkurang menjadi 30 hari (50 hari – 20 hari).
Siklus kas yang semakin pendek maka semakin baik, karena kas yang tertanam akan semain
sedikit. Sebagai contoh, misal kas yang ditanam untuk modal kerja setiap harinya adalah Rp. 1
juta. Jika siklus kas adalah 30 hari, maka dana yang tertanam dimodal kerja adalah 30 x Rp. 1
juta = Rp. 30 juta. Misalkan perusahaan bisa memperpendek siklus kas menjadi 20 hari, maka
dana yang akan tertanam adalah 20 x Rp. 1 juta = Rp. 20 juta. Terlihat bahwa siklus kas yang
semakin pendek membuat investasi modal kerja menjadi semain kecil.

Siklus Kas bisa dihitung sebagai berikut ini:

Siklus Kas = Periode pengumpulan + Periode persediaan – Periode Pembayaran


Piutang Utang dan Rekening
Akrual
Menghitung Kebutuhan Modal
Kerja
Menghitung Modal Kerja Dengan Metode Perputaran Aset

Metode ini mengamsumsikan perputaran aset yang konstan. Pertama kita perlu
menghitung tingkat perputaran masing-masing komponen modal kerja. Modal kerja bersih bisa
didefinisikan sebagai aktiva lancar minus hutang lancar. Aktiva lancar terdiri atas kas, piutang
dagang, dan persediaan. Sedangkan hutang lancar terdiri atas hutang dagang dan hutang
wesel.
Contoh soal :
Sebuah perusahaan mempunyai neraca dan laporan laba-rugi sebagai berikut:

Neraca Keuangan PT. Kesejahteraan Rakyat


Periode 31 Desember 2006

Aktiva Pasiva
Kas 200 Utang dagang 100
Piutang 300 Utang wesel 300
Persediaan 500 Obligasi 1100
Aktiva tetap 1500 Modal saham 1500
Akumulasi penyusutan (500)

Total aktiva 3000 Total pasiva 3000


Laporan laba-rugi PT. Kesejahteraan Rakyat
Untuk periode yang berakhir tanggal 31 Desember 2006
penjualan 15000
HPP (di luar depresiasi) 3000
Biaya Operasional Tunai 3500
Depresiasi 500
Bunga 1500
Total 7500
Laba operasional 7500
Pajak (40%) 3000
Laba bersih setelah pajak 4500
Berapa modal kerja bersih yang dibutuhkan pada periode mendatang jika penjualan periode mendatang
diperkirakan Rp. 30.000? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pertama kita perlu menghitung tingkat
perputaran masing-masing komponen modal kerja. Perputaran masing-masing komponen modal kerja adalah
sebagai berikut:

Perputaran kas = penjualanan/kas = 15000/200 = 75x


Perputaran piutang = penjualanan/piutang = 15000/300 = 50x
Perputaran persediaan = penjualanan/persediaan = 15000/500 = 30x
Perputaran utang dagang = penjualanan/utang dagang = 15000/100 = 150x
Perputaran utang wesel =penjualanan/utang gaji = 15000/300 = 50x
Untuk periode mendatang, dengan mengasumsikan metode perputaran aset yang sama terhadap setiap
komponen modal kerja, maka jumlah setiap komponen modal kerja bisa dihitung sbb:

kas = penjualanan/kas = 30000/75 = 400


piutang = penjualanan/piutang = 30000/50 = 600
persediaan = penjualanan/persediaan = 30000/30 = 1000
utang dagang = penjualanan/utang dagang = 30000/150 = 200
utang wesel =penjualanan/utang wesel = 30000/50 = 600

Modal kerja bersih yang dibutuhkan adalah:


400 + 600 + 1000 – (200 + 600 ) = 1200
Menghitung Modal Kerja Dengan Metode Keterikatan Dana

Metode ini menghitung seberapa lama dan seberapa besar dana “terikat”. Besarnya dana yang terikat
tersebut merupakan kebutuhan modal kerja. Pada waktu manajer membeli bahan mentah, maka manajer
tersebut akan mengeluarkan kas. Kemudian bahan mentah tersebut di produksi menjadi produk (persediaan),
misal dijual dengan kredit, kemudian pada akhirnya dilunasi. Kas akan kembali ke tangan manajer keuangan.
Selama siklus kas tersebut, kas yang kita keluarkan akan terikat dan baru bebas pada saat kredit dilunasi.

Misal:
Periode keterikatan dana tersebut 15 hari, kemudian rata-rata kas terikat perharinya adalah Rp. 2 juta, maka
total dana yang terikat adalah Rp. 15 x Rp. 2 juta = Rp. 30 juta
Maka, kebutuhan modal kerja adalah Rp. 30 juta.
Dengan demikian, besarnya modal kerja tergantung dari dua hal:

1. Periode terikatnya dana


2. Rata-rata pengeluaran kas setiap harinya
Memonitor Modal Kerja
(Posisi Likuiditas)
Setelah melakukan perencanaan modal kerja, manajer keuangan perlu memonitor kondisi modal kerja
perusahaan secara terus menerus.

Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk memonitor kondisi likuiditas perusahaan:

Periode pelunasan piutang yang semakin melambat (meningkat)


Aliran kas masuk harian (operasional) yang semakin menurun
Persediaan yang semakin menumpuk
Rasio lancar (aktiva lancar / hutang lancar) yang semakin kecil, yang berarti hutang lancar
semakin membengkak
Setelah permasalahan modal kerja terdekteksi, manajer keuangan bisa melakukan beberapa langkah:

Mengendalikan tingkat persediaan


Mengendalikan investasi pada piutang
Mengurangi atau mengendalikan aliran kas keluar yang rendah prioritasnya
Untuk meningkatkan fleksibilitas perusahaan, dan menangani permasalahan likuiditas yang mungkin muncul
secara mendadak, manajer keuangan bisa melakukan beberapa hal :

1. Membuka perjanjian khusus dengan bank, agar bisa memperoleh pinjaman jika ada situasi likuiditas yang
mendadak
2. Membuka pinjaman line of credit dengan pihak bank
3. Manajer keuangan membuka akses ke pasar keuangan
4. Manajer keuangan bisa memegang surat berharga jangka pendek yang likuid
5. Menjual piutang (factoring), meminjam dengan jaminan persediaan
Rangkuman
Modal kerja bisa didefinisikan sebagai aktiva lancar dikurangi utang lancar. Kebijakan
modal kerja akan terlihat pada aktiva lancar dan utang lancar. Modal kerja diperlukan untuk
mengantisipasi ketidak sempurnaan pasar dalam dunia nyata. Jika pasar sempurna, maka
modal kerja tidak diperlukan. Dana akan lebih baik diinvestasikan pada aktiva tetap yang
secara umum menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi. Dalam strategi modal kerja
terdapat strategi aktiva lancar dan strategi pendanaan. Strategi pendanaan memiliki 3 jenis
kebijakan yaitu hedging, konservatif, dan agresif
Thanks!
Any questions?
Referensi
https://bedahbisnis.id/artikel/siklus-konversi-kas#:~:text=Siklus%20konversi%20kas%20atau%20Cash,menja
di%20arus%20kas%20dari%20penjualan
.http://www.slideshare.net/liaivvana/manajemen-keuangan-bab-21?from_m_app=android

https://www.kajianpustaka.com/2020/07/hutang-pengertian-jenis-dan-faktor-yang-mempengaruhi.html

https://www.pengadaanbarang.co.id/2020/12/utang-jangka-pendek.html

https://www.pelajaran.co.id/2020/25/pengertian-utang.html

Hanafi, M. M. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE

https://www.google.com/amp/s/slideplayer.info/amp/12792979/

https://journal.uinsgd.ac.id
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/adliya/article/download/4864/pdf

https://slideplayer.info/slide/12792979/

Anda mungkin juga menyukai