Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN ASMA BRONCIAL

Oleh : Ns.Emil, S.Kep


PENGERTIAN

 Suatu gangguan yang ditandai dengan


hipersensitivitas cabang-cabang trakeobronkial
terhadap berbagai jenis rangsangan

 Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas


obstruktif intermitten, reversible dimana
trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap
stimuli tertentu.
PENGERTIAN

 Asma bronchial adalah


Suatu penyakit dengan ciri
– meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan
– manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas
– derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan
maupun hasil dari pengobatan ( The American Thoracic
Society ).
KLASIFIKASI

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat


diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
– Ditandai dengan reaksi alergik
– Disebabkan oleh faktor-faktor pencetus/alergen
yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu
binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan
spora jamur.
– Asma ekstrinsik merupakan predisposisi genetik
terhadap alergi.
KLASIFIKASI

2. Intrinsik (non alergik)


– Idiopatik
– Ditandai reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik/ tidak diketahui, seperti
udara dingin, infeksi saluran pernafasan dan emosi.
3. Asma gabungan
– Bentuk asma yang paling umum. Asma ini
mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan
non-alergik.
ETIOLOGI

Faktor predisposisi
 Genetik
– Yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
mekanismenya belum diketahui dengan jelas.
– Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.
– Penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhia
jika terpapar dengan faktor pencetus.
– Hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.
Faktor presipitasi

 Infeksi saluran nafas


 Zat Iritan
 Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti
debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri
dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut, seperti makanan da
obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit,
seperti perhiasan, logam dan jam tangan
Faktor presipitasi
 Perubahan cuaca
– Cuaca lembab
– Hawa pegunungan yang dingin
– Suhu yang mendadak dingin.
– Berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan,
musim kemarau, musim bunga. berhubungan dengan
arah angin serbuk bunga dan debu.
 Stress
– Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus dan
memperberat serangan asma.
 Refluks gastro esofagus
Faktor presipitasi
 Lingkungan kerja
– Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya seranga
asma.
– Berkaitan dengan tempat bekerja :
 laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
– Gejala membaik pada waktu libur atau cuti.
 Olah raga/ aktifitas jasmani yang berlebihan
– Melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat.
– Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
aktifitas selesai.
PATOGENESIS

 Berdasarkan gangguan sistem otonom


– Gangguan syaraf parasimpatik (hiperaktivitas
kolinergik)
– Gangguan syaraf simpatis (blokade reseptor
adrenergik beta dan hiperaktivitas adrenergik alfa)

Bronko kontriksi
PATOGENESIS
 Berdasarkan sistem imun
– Alergen masuk ke sal. Nafas ------- SS Imun ---- IgE
– IgE menempel di sel mast saluran nafas dan kulit
– Ikatan alergen dengan IgE melepaskan mediator kimia :
 Histamin, leukotrin, prostaglandin, eusinofil

– Bronko kontriksi, Edema, hipersekresi kelenjar2 sub


mikosa dan infiltrasi sel radang di dal nafas

Asma akut / kronik


PATOFISIOLOGI
Faktor Alergen Faktor psikologis

 Kontraksi otot polos meningkat


 Meningkatkan sekresi abnormal mukus pada bronkiolus
 Kontraksi trakea dan meningkatnya produksi mukus di jalan nafas

 Penyempitan jalan nafas

 Penumpukan udara di terminal bronkus


 Menyebabkan gangguan :
1. Gangguan ventilasi
2. Distribusi ventilasi tidak merata
3. Gangguan difusi gas tingkat alveoli
PATOFISIOLOGI

Gangguan ventilasi, Distribusi ventilasi tidak merata, Gangguan


difusi gas tingkat alveoli

Hipoksemia, hiperkapnia

Asidosis pernafasan tahap lanjut (wheezing, fase ekspirasi yang


memanjang (bronkitis dan empisema)

Hipoksemia menetap, asma hipoksemia


tergantung beratnya obstruksi
TANDA DAN GEJALA

Gejala klasik :
 Batuk, sesak nafas, mengi (wheezing), sebagian penderita
merasa nyeri dada
Pada saat serangan :
 Bernafas cepat dan dalam, duduk dengan menyangga ke
depan, serta otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras,
dan gelisah,
 Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang
timbul makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis,
gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan
pernafasan cepat dangkal .
 Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.
Klasifikasi Asma

 Dibuat berdasar gejala, ekserbasi, gejala


malam hari, gangguan aktivitas dan uji faal
paru untuk pengelolaan asma jangka panjang,
1. Asma intermitten
2. Asma persisten ringan
3. Asma persisten sedang
4. Asma persisten berat
Asma Intermitten

 Kambuhan < 1 – 2 kali seminggu


 Gejala asma malam hari < 2 kali sebulan
 Ekserbasi hanya sebentar
 Tidak ada gejala dan fungsi paru normal
diantara kekambuhan
Asma Persisten Ringan

 Kambuhan 1 – 2kali seminggu, tetapi < 1 x /hari


 Gejala asma malam hari > 2 x sebulan
 Ekserbasi dapat menggangu aktivitas dan tidur
Asma Persisten Sedang

 Setiap hari sesak nafas / kambuh


 Gejala asma malam hari > 1x seminggu
 Ekserbasi menggangu aktivitas dan tidur
Asma Persisten Berat

 Kambuhan sering
 Gejala sesak terus menerus / kontinyu
 Gejala asma malam hari sering
 Aktivitas fisik terbatas karena asma
Tingkatan Asma berdasar AGD

1. PaO2 normal, PaCO2 normal


2. PaO2 berkurang, PaCO2 berkurang
3. PaO2 berkurang, PaCO2 normal
4. PaO2 berkurang, PaCO2 meningkat
Derajat astma berdasar cara berbicara

 Ringan
– Klien sering berhenti pada saat berbicara untuk
mengambil nafas
 Sedang
– Klien bicara satu-satu kata
 Berat
– Klien tidak dapat berbicara karena terlalu sesak
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
– Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinopil.
– Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan)
dari cabang bronkus.
– Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
– Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya
bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang
terdapat mucus plug.
Pemeriksaan Laboratorium

2. Pemeriksaan darah
– Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
– Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
– Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
– Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig
E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari
serangan.
Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan radiologi

 Gambaran radiologi pada waktu serangan


menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-
paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma
yang menurun.
Pemeriksaan penunjang
Bila terdapat komplikasi :
– Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus
akan bertambah.
– Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka
gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
– Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate
pada paru
– Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
– Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran
radiolusen pada paru-paru.
Pemeriksaan Penunjang

2. Pemeriksaan tes kulit

 Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan


berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi
yang positif pada asma.
Pemeriksaan Penunjang

3. Elektrokardiografi
 Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan
dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan
gambaran yang terjadi pada
 Empisema paru yaitu :
– perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation.
– Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni
terdapatnya RBB ( Right bundle branch block).
– Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia,
SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
Pemeriksaan Penunjang

4. Scanning paru

 Redistribusi udara selama serangan asma tidak


menyeluruh pada paru-paru.
Pemeriksaan Penunjang

5. Spirometri
 Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas
reversible, dengan cara melihat respon pengobatan
dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer
dilakukan sebelum dan sesudah pamberian
bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer)
golongan adrenergik.
 Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari
20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya
respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%.
KOMPLIKASI

Komplikasi yang mungkin timbul adalah


1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
6. Deformitas thoraks
7. Gagal nafas
PENGKAJIAN

 Pernapasan
– Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap
aktivitas atau latihan.
– Napas memburuk ketika pasien berbaring
terlentang ditempat tidur.
– Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya:
meninggikan bahu, melebarkan hidung.
– Adanya bunyi napas mengi.
– Adanya batuk berulang.
PENGKAJIAN

 Sirkulasi

– Adanya peningkatan tekanan darah.


– Adanya peningkatan frekuensi jantung.
– Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/
sianosis.
– Kemerahan atau berkeringat.
PENGKAJIAN

 Riwayat kesehatan yang lalu:


– Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru
sebelumnya.
– Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor
lingkungan.
– Kaji riwayat pekerjaan pasien.
 Aktivitas
– Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
– Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
bantuan melakukan aktivitas sehari-hari.
– Tidur dalam posisi duduk tinggi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d


bronkospasme.
2. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai
oksigen (spasme bronkus)
3. Pola Nafas tidak efektif b/d bronkospasme.
Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan asma :

 Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma


 Mencegah serangan akut
 Meningkatkan fungsi paru mendekati normal dan
mempertahankan keadaan tersebut
 Mengupayakan tercapainya tingkat aktivitas normal
 Menghindari efek samping obat
 Mencegah penyempitan bronkus yang irreversibel
 Mencegah kematian karena asma
Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan asma pada ekserbasi akut:

 Menghilangkan penyempitan bronkus secepat mungkin


 Menghilangkan hipoksemia
 Mengembalikan secepat mungkin faal paru menjadi
normal atau mendekati normal
 Mencegah kekambuhan kembali
Faktor resiko kematian karena asma
 Riwayat serangan asma akut yang mendadak
 Riwayat intubasi karena asma
 Adanya riwayat dirawat di ICU karena asma
 Beberapa waktu yang lalu >= 3 x pernah mendapatkan pertolongan
di IGD
 Beberapa waktu yang lalu pernah dirawat dengan asma > 2 x
 Banyak menggunakan agonis beta 2 inhalasi aksi singkat
 Baru saja berhenti menggunakan kortikosteroid sistemik
 Komorbiditas dengan penyakit kardiovaskuler dan PPOK
 Gangguan psikiatris, masalah psikososial yang berat
 Status ekonomi lemah
 Pemakai obat terlarang
PENGOBATAN

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:


1. Pengobatan non farmakologik:
 Memberikan penyuluhan
 Menghindari faktor pencetus
 Pemberian cairan
 Fisiotherapy
PENGOBATAN

2. Pengobatan farmakologik :
 O2 s/d saturasi O2 > 95%
 Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas.
– Agonis beta 2 inhalasi
 Dianjurkan untuk semua penderita
 Inhalasi setiap 20 menit s.d 3x
– Adrenalin 0,3 cc SC interval 20 menit s.d 3 x (jika tidak ada agonis
beta 2 inhalasi)
– Aminofilin
 Tidak dianjurkan : toksik
 Dosis awal 5 mg/kgbb bolus IV bila sebelumnya tidak pernah
mendapatkan aminofilin
 Dosis pemeliharaan 0,5 – 0,6 mg/kgBB per drip
PENGOBATAN

2. Pengobatan farmakologik :
 Antikolinergik
 Ipratropium bromida 250 – 500ug setiap 4 – 6 jam
 Kortikosteorid sistemik
– Diberikan hampir pada semua penderita
– Pada pasien yang tidak ada respon yang optimal dengan agonis beta
2
– Dosis oral 40 – 60 mg/hari prednison atau metil prednisolon dalam
dosis terbagi
– Bila IV metil prednisolon 40 – 125 mg tiap 6 – 8 jam : 2 mg/kgbb/ 4 jam
hidrokortison
– Terapi parenteral dilanjutkan 2 - 3 hari
 Antibiotika, bila ada infeksi
PENGOBATAN

b. Santin (teofilin)
– Nama obat : - Aminofilin (Amicam supp), - Aminofilin
(Euphilin Retard), - Teofilin (Amilex)
– Efek dari teofilin sama dengan obat golongan
Simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda.
– Cara pemakaian :
 Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma
akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah.
 Tablet atau sirup sebaiknya diminum sesudah makan.
– Teofilin bentuk supositoria.
PENGOBATAN

 Kromalin
– Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi
terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat
anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu
bulan.
 Ketolifen
– Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.
Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan
obat ini adalah dapat diberika secara oral.
Pengobatan Asma intermitten
sesuai anjuran NHLBI-GINA-WHO

 Mengatasi serangan
– Inhalasi bronkodilator kerja singkat
– Agonis beta 2 atau ipratropium bromide bila
dibutuhkan
 Pencegahan jangka panjang
– Tidak dibutuhkan
Pengobatan Asma Persisten Ringan
sesuai anjuran NHLBI-GINA-WHO

 Mengatasi serangan
– Inhalasi bronkodilator kerja singkat
– Agonis beta 2 atau ipratropium bromide
– Agonis beta 2 atau ipratropium bromide atau oral
agonis beta 2 3-4 kali sehari
 Pencegahan jangka panjang
– Pengobatan setiap hari
– Inhalasi steroid 200-400 meq/hari
– Kromoglikat (nebulasi)
Pengobatan Asma Persisten Sedang
sesuai anjuran NHLBI-GINA-WHO

 Mengatasi serangan
– Inhalasi bronkodilator kerja singkat
– Agonis beta 2 atau ipratropium bromide
– Agonis beta 2 atau ipratropium bromide atau oral
agonis beta 2 3-4 kali sehari
 Pencegahan jangka panjang
– Pengobatan setiap hari
 inhalasi steroid
 Steroid nebulasi > 1 mg /hari
Pengobatan Asma Persisten Berat
sesuai anjuran NHLBI-GINA-WHO

 Mengatasi serangan
– Inhalasi bronkodilator kerja singkat
– Agonis beta 2 atau ipratropium bromide
– Agonis beta 2 atau ipratropium bromide atau oral agonis beta 2 3-
4 kali sehari
 Pencegahan jangka panjang
– Pengobatan setiap hari
 inhalasi steroid
 Steroid nebulasi > 1 mg /hari 2 x sehari
 Bila perlu steroid oral, dosis kecil selang sehari, pagi hari
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai