Anda di halaman 1dari 26

Sistem

Pengelolaan
Limbah B3
Maya Amalia
Pertemuan ke-8

Apa itu Limbah B3 ?


 Sesuai dengan PP 18/99 juncto 85/99, padanan
kata untuk Hazardous Waste yang digunakan di
Indonesia adalah Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun dan disingkat menjadi Limbah B3.
Pertemuan ke-8

KASUS STUDI (1) MINAMATA


 Sinyal pertama kasus ini datang pada tahun 1950, yaitu
sejumlah ikan mati tanpa diketahui sebabnya.
 Tahun 1952 timbul penyakit aneh pada kucing yang
kadangkala berakhir dengan kematian. Antara tahun 1953
- 1956 gejala yang dikenal sebagai "kucing menari"
ditemui pula pada manusia. Beberapa diantaranya
meninggal dunia.
 Tahun 1976 sekitar 120 penduduk Minamata meninggal
karena keracunan merkuri dan 800 orang menderita sakit.
 Tahun 1978, 8100 penduduk mengklaim hal ini, dan 1500
diantaranya yang diperiksa diketahui keracunan merkuri. Tahun 1932, Chisso Chemical
 Bahan merkuri digunakan sebagai katalis proses dari Corporation membuka pabrik
pabrik tersebut. pupuk kimia di Minamata
(terletak di pulau Kyushu, Jepang
Selatan).
Pertemuan ke-8

KASUS STUDI (2) AMERIKA SERIKAT


 Dengan dibangunnya pembangkit listrik tenaga air di Niagara Falls pada tahun 1890, maka industri
menjadi berkembang pesat di daerah tersebut.

 William T. Love pada tahun 1892 merencanakan membuat sebuah kanal yang akan dapat menghubungkan
bagian hulu dan hilir sungai Niagara, sepanjang sekitar 7 mil.

 Pada tahun 1930-an, Hooker Chemical and Plastic Corporation yang memproduksi bahan kimia di daerah
tersebut mulai mengurug limbahnya pada bagian utara Love Canal yang belum terselesaikan. Sampai
tahun 1947 dapat dikatakan daerah tersebut menjadi lahan pengurugan beragam jenis limbah terutama
dari industri, termasuk pula abu sisa pembakaran dari kota.

 Pada tahun 1958 tiga anak- anak mengalami luka bakar akibat terpapar dengan residu yang muncul ke
permukaan. Seorang keluarga di dekat Love Canal melahirkan anak dengan cacat fisik dan mental, tetapi
hal ini dianggap alamiah.

 Pada suatu pagi di tahun 1974, satu keluarga mendapatkan kolam renang mereka menjadi lebih tinggi
sekitar 60 cm. Ketika kolam ini dibongkar, maka galiannya langsung terisi air tanah berwarna kuning, biru
dan ungu, dengan sifat yang sangat tajam, yang dapat menghanguskan akar pohon sekitarnya.
Pertemuan ke-8

Menurut PP 74/2001
1. Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat
dengan B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak
lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lainnya’ (pasal 1 angka 1).

2. Sedangkan sasaran pengelolaan B3 adalah 'untuk mencegah dan


atau mengurangi resiko dampak B3 terhadap lingkungan hidup,
kesehatan manusia dan mahluk hiduplainnya’ (pasal 2).
Pertemuan ke-8

Klasifikasi Limbah B3
 Untuk menentukan apakah sebuah bahan termasuk dalam kelompok B3, maka PP
tersebut mengklasifikasikan B3 dalam 8 kelompok, yaitu (pasal 5):
 Muda meledak (explosisive)
 Pengoksidasi (oxidizing)
 Menyala:
 sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)
 sangat mudah menyala (highly flammable)
 mudah menyala (flammable)
 Beracun:
 amat sangat beracun (extremely toxic)
 sangat beracun (highly toxic)
 beracun (moderately toxic)
 Bebahaya (harmful)
 Korosif (coorosive)
 Bersifat iritasi (irritant)
 Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
 Toksik yang bersifat kronis:
 karsinogenik (carcinogenic)
 teratogenik (teratogenic)
 mutagenik (metagenic)
Pertemuan ke-8

Simbol dari Limbah B3


Pertemuan ke-8

Explosive (mudah meledak)


 Adalah bahan yang pada suhu dan tekanan standar (25oC, 760
mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika
dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang
dengan cepat dapat merusak lingkungan di sekitarnya. Pengujiannya
dapat dilakukan dengan menggunakan Diffrential Scanning
Calorimetry (DSC) atau Differential Thermal Analysis (DTA),
sedang 2,4-dinitrotoluena atau Dibenzoil-peroksida digunakan
sebagai senyawa acuan. Dari hasil pengujian tersebut, akan
diperoleh nilai temperatur pemanasan. Apabila nilai temperatur
pemanasan suatu bahan lebih tinggi dari senyawa acuan, maka
bahan tersebut diklasifikasikan mudah meledak.
Pertemuan ke-8

Oxidizing (pengoksidasi)
 Pengujian bahan padat dilakukan denganemtode uji
pembakaan menggunakan ammonium persulfat sebagai
senyawa standar. Sedang untuk bahan cair, senyawa
standar yang digunakan adalah larutan asam nitrat.
Suatu bahan dinyatakan sebagai pengoksidasi apabila
waktu pembakaran bahan tersebut sama atau lebih
pendek dari waktu pembakaran senyawa standar.
Pertemuan ke-8
Flammable (mudah menyala)
 Extremely flammable: padatan atau cairan yang memiliki titik nyala (flash point)di bawah
0oC dan titik didih lebih rendah atau sama dengan 35 oC.
 Hghly flammable: padatan atau cairan yang memiliki titik nyala 0 oC - 21oC.
 Flammable:
 Bila cairan: bahan yang mengandung alkohol kurang dari 24%-volume, dan atau
mempunyai titik nyala ≤ 60oC (140oF), akan menyala apabila terjadi kontak dengan
api, percikan api, atau sumber nyala lainnya, pada tekanan 760 mmHg. Pengujiannya
dapat dilakukan dengan metode Closed-up test.
 Bila padatan: bahan bukan cairan, pada temperatur dan tekanan standar dengan mudah
menyebabkan terjadinya kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air atau
perubahan kimia secara spontan, dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran
terus menerus dalam 10 detik. Pengujian dapat pula dilakukan dengan Seta Closed-cup
Flash Point Test, dengan titik nyala di bawah 40oC.
Pertemuan ke-8

Toxic (beracun)
akan menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke
dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut. Tingkatan racun
dikelompokkan seperti tabel berikut:
Tingkat racun menurut PP 74/2001
Urutan Kelompok LD50 (mg/kg)

1 Extremely toxic (amat sangat beracun) ≤1

2 Highly toxic (sangat beracun) 1 – 50

3 Moderately toxic (beracun) 51 – 500

4 Slighly toxic (agak beracun) 501 – 5.000

5 Practically non-toxic (praktis tidak beacun) 5001 – 15.000

6 Relatively harmless (relatif tidak berbahaya) > 15.000


Pertemuan ke-8

Harmful (berbahaya):
 padatan maupun cairan ataupun gas yang jika
kontak atau melalui inhalasi (pernafasan) atau
melalui oral dapat menyebabkan bahaya terhadap
kesehatan sampai tingkat tertentu.
Pertemuan ke-8

Corrosive (korosif):
 mempunyai sifat:
 Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
 Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng
baja standar SAE-1020 dengan laju korosi lebih
besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur
pengujian 55oC.
 Mempunyai pH ≤ 2 untuk B3 bersifat asam, dan
atau pH ≥ 12,5 untuk B3 bersifat basa.
Pertemuan ke-8

Irritant (bersifat iritasi):


 Padatan maupun cairan yang bila terjadi kontak
secara langsung, dan apabila terus menerus kontak
dengan kulit atau selaput lendir dapat
menyebabkan peradangan
Pertemuan ke-8

Dangerous to the Environment


(berbahaya bagi lingkungan):
 Seperti merusak lapisan ozon (misalnya CFC),
persisten di lingkungan (misalnya PCBs), atau
bahan tersebut dapat merusak lingkungan.
Pertemuan ke-8

Chronic toxic (toksik kronis)


 Carcinogenic (karsinogen): sifat bahan
penyebab sel kanker, yaitu sel liar yang dapat
merusak jaringan tubuh
 Teratogenic: sifat bahan yang dapat
mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio
 Mutagenic: sifat bahan yang dapat
menyebabkan perubahan kromosom yang dapat
merubah genetika.
Pertemuan ke-8

Sumber Limbah B3
 Jenislimbah B3 menurut sumbernya meliputi:
 Limbah B3 dari sumber tidak spesifik
 Limbah B3 dari sumber spesifik
 Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa,
tumpahan, bekas kemasan, dan buangan produk
yang tidak memenuhi spesifikasi
Pertemuan ke-8

Sumber limbah tidak spesifik


 Sumber limbah tidak spesifik adalah sumber
limbah yang menghasilkan limbah yang pada
umumnya bukan berasal dari proses utamanya,
tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat,
pencucian, pencegahan korosi, pelarutan kerak,
pengemasan. Terdapat 43 jenis limbah yang
termasuk kelompok ini.
Pertemuan ke-8

Limbah B3 dari sumber spesifik


 Adalah limbah sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan
berdasarkan kajian ilmiah. Sumber limbah ini terbagi dalam 51 jenis kegiatan yang termasuk
kelompok penghasil limbah B3.

 Jenis kegiatan yang termasuk kelompok sumber spesifik adalah industri atau kegiatan: pupuk,
pestisida, proses kloro-alkali, resin adesif, polimer, petrokimia, pengawetan kayu, peleburan-
pengolahan besi dan baja, operasi penyempurnaan baja, peleburan timah hitan (Pb), peleburan-
pemurnian tembaga, tinta, tekstil, manufaktur dan perakitan kendaraan-mesin, electroplating dan
galvanis, cat, batere sel kering, batere sel basah, komponen elektronik-peralatan elektronik, eksplorasi
dan produksi minyak-gas-panas bumi, kilang minyak dan gas bumi, pertambangan, PLTU yang
mengunakan bahan bakar batu-bara, penyamakan kulit, zat warna dan pigmen, farmasi, rumah sakit,
laboratorium riset dan komersial, fotografi, pengolahan batu-bara dengan pirolisis, daur- ulang minyak
pelumas bekas, sabun deterjen-produk pembersih desinfektan-kosmetik, pengolahan lemak
hewan/nabati dan derivatnya, allumunium thermal metallurgy- allumunium chemical conversion
coating, peleburan dan penyempurnaan seng, prosers logam non-ferro, metal hardening, metal-plastic
shaping, laundry dan dry cleaning, IPAL industri, pengoperasian insinerator limbah, daur-ulang pelarut
bekas, gas industri, gelas keramik/enamel, seal-gasket-packing, produk kertas, chemical-industrial
cleaning, foto- kopi, semua jenis industri yang menghasilkan dan menggunakan listrik (untuk limbah
PCB), semua jenis industri konstruksi (untuk limbah asbestos), bengkel pemeliharaan kendaraan.
Pertemuan ke-8

Limbah B3 dari bahan kimia


kadaluarsa
 Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa,
tumpahan, bekas kemasan, dan buanagn produk
yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditentukan
atau tidak dapat dimanfaatkan lagi. Terdapat 178
jenis bahan kimia yang termasuk kelompok limbah
B3.
 
Pertemuan ke-8

Pengelolaan Limbah B3
 Secara teknis operasional, maka pengelolaan limbah B3 menurut PP 18/99 jo

PP85/99 merupakan suatu rangkaian kegiatan (Ps 1.3) dari terbentuknya

limbah oleh penghasil, kemudian upaya reduksi limbah (sebelum terbentuk)

seperti diuraikan di atas. Rangkaian mata rantai berikutnya adalah:


 Pemanfaatan limbah oleh pemanfaat,

 Pengumpulan limbah oleh pengumpul,

 Pengangkutan limbah oleh pengangkut, dan

 Pengolahan dan penimbunan limbah oleh pengolah


Pertemuan ke-8

Pengelolaan Limbah
 Dalam kegiatan pengelolaan limbah, terkait berbagai fihak yang merupakan
mata rantai dalam pengelolaan limbah B3. Setiap mata rantai tersebut
memerlukan pengawasan dan pengaturan.
 Oleh karenanya, Peraturan Pemerintah mengatur masalah perizinan bagi
mereka yang akan terlibat dalam bisnis kegiatan operasional tersebut. Aspek
pengawasan dan sanksi juga diatur dalam kedua PP tersebut. Badan yang
mempunyai kewenangan untuk mengawasi pengelolaan limbah B3 tersebut di
Indonesia adalah sebuah instansi yang bertanggung jawab di bidang
pengendalian dampak lingkungan. Sebelum dibubarkan beberapa tahun lalu,
maka Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, yang dikenal sebagai
BAPEDAL, bertanggung jawab akan hal itu. Dengan penyatuan institusi
Bapedal dalam Kementerian Lingkungan Hidup, maka instansi yang
bertanggung sepertinya berada pada Kementerian ini).
Pertemuan ke-8

Pengelolaan Limbah
 Setiap penghasil limbah B3, tanpa kecuali,
dilarang membuang limbahnya secara langsung ke
dalam media lingkungan hidup, tanpa pengolahan
terlebih dahulu. Disamping itu, penanganan
limbah B3 dengan jalan pengenceran sehingga
konsentrasinya menjadi turun tidak diperbolehkan
dilakukan, karena kegiatan ini tidak akan
menurunkan beban limbah yang dihasilkan.
Pertemuan ke-8

Pengelolaan Limbah
Mekanisme Cradle-to-Grave:
 Dokumen limbah akan memegang peranan penting dalam pemantauan
perjalanan limbah B3 dari penghasil sampai ke pengolah limbah.
Dokumen tersebut antara lain berisi:
 Nama dan alamat penghasil limbah atau pengumpul yang menyerahkan
limbah
 Tanggal peneyerahan limbah
 Nama dan alamat pengangkut limbah
 Tujuan pengangkutan
 Jenis, jumlah, komposisi, dan karakteristik limbah yang diserahkan.

Dokumen tersebut dibuat dalam rangkap 7 apabila pengangkutan hanya satu


kali. Apabila pengengkutan lebih dari satu kali (antar moda), maka dibutuhkan
dokumen 11 rangkap, yang akan merupakan sarana permantauan yang serupa
dengan konsep cradle-to-grave yang diterapkan di Amerika Serikat.
Pertemuan ke-8

Dalam bentuk skema, mata rantai perjalanan limbah beserta dokumennya


adalah seperti tercantum dalam Skema sbb:
Pertemuan ke-8

Pengelolaan limbah B3 memungkin badan swasta untuk terlibat di dalamnya,


baik sebagai penyimpan, pemanfaat, pengumpul, pengangkut maupun sebagai
pengolah limbah tersebut.

 Disampingmempunyai legalitas badan usaha, persyaratan lain


untuk memperoleh izin tersebut adalah adanya informasi yang
menyangkut tentang:
 nama dan alamat yang jelas dari badan usaha tersebut,
 nama dan alamat penanggung jawab,
 lokasi tempat kegiatan,
 bentuk kegiatan yang akan dilakukan,
 bahan baku dan proses yang akan digunakan,
 spesifikasi alat pengolah limbah,
 jumlah dan karakteristik limbah yang akan ditangani,
 tata letak sarana dan prasarana,
 alat pencegahan pencemaran yang digunakan

Anda mungkin juga menyukai