Anda di halaman 1dari 13

Prinsip Analisa Transformator

 Trafo dianggap tidak ada kerugian besi (eddy Current +


Hysterisis) dan atara arus I dan fluks Ø sefase.
 Trafo dianggap tidak ada kejenuhan besi dan dianggap
Arus I sebanding dengan fluks Ø.
 Hambatan-hambatan (Ω) dalam kumparan diabaikan.
 Tidak ada kebocoran fluxi, semua fluks dibangkitkan
oleh arus primer dan mengalir di dalam inti besi dan fluxi
ini dilingkungi oleh belitan primer dan sekunder.
 Semua tegangan dan arus dari trafo dianggap Sinusoida
Murni.

Transformator_115 1
DASAR KERJA TRANSFORMATOR

Apabila kumparan primer dari transformator dialiri


tegangan bolak-balik atau kumparan primer dihubungkan
dengan sumber tegangan AC maka akan mengalir arus
Io yang berbentuk sinusoida. Dimana Io ini akan
menimbulkan fluks dan fluks ini menimbulkan tegangan
induksi (tegangan lawan).

d d
e1   1 e2    2
dt dt
dØ = Perubahan fluks
N = Jumlah lilitan dari kumparan
dt = Perubahan dari waktu
(-) = Menunjukkan tegangan induksi yang melawan penyebabnya
Transformator_113 2
d d
e1   1 e2    2
dt dt
Perbandingan
transformator

e1 : e2 : N1 : N2

d
Menurut Hukum Maxwell II : Fd1  
dt
iR  V1  E1
Rugi-rugi dari kumparan diabaikan, maka :

 V1  E1

Transformator_113 3
TRANSFORMATOR TANPA BEBAN
Apabila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan
sumber tegangan V1 yang sinusoida, maka akan mengalir arus primer I0
yang juga sinusoida dan tegangan belitan N1 dianggap reaktif murni, I0
akan tertinggal 900 dari sumber tegangan V1

I0

E1

E2

Arus I0 akan menimbulkan fluks (Ø) yang sefasa dan berbentuk sinusoida

Ø = Ø maks Sin ωt

Transformator_113 4
Fluks yang sinusoida akan menghasilkan tegangan induksi e1 (Hukum Faraday) :

d
e1   N1
dt
d (maks sin t )
e1   N1
dt
  N1 maks cos t (tertinggal 900 dari  )

Harga Efektifnya:
N1 2 fmaks
E1   4,44 N1 fmaks
2
Pada rangkaian sekunder, fluks (Ø) bersama tadi menimbulkan:
d
e2   N 2
dt
e2   N 2maks cos t
Transformator_113 5
Harga Efektifnya:

E2  4,44 N 2 fmaks
sehingga
N1 E
 1
N2 E2
Dengan mengabaikan rugi tahanan dan fluks bocor, maka:

N1 V E
 1  1
N2 V2 E2

Dalam hal ini tegangan induksi E1 mempunyai besaran yang sama tetapi
berlawanan arah dengan tegangan sumber V1

Transformator_113 6
ARUS MAGNETISASI

I0 = Arus Penguat ( Magnetisasi) , I0  bukan arus induktif murni, I0 terdiri dari


dua komponen, yaitu:
a). Komponen arus pemagnetan (Im) yang menghasilkan fluks (Φ)
b). Komponen arus rugi tembaga (IC) menyatakan daya yang hilang akibat
adanya rugi hysterisis dan arus eddy, IC sefasa dengan V1
IC x V1  Daya yang hilang

Transformator_113 7
TRANSFORMATOR BERBEBAN

ZL

Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban ZL, maka arus I2


mengalir pada kumparan sekunder, dimana:

V I2 akan menimbulkan (GGM) N2 I2 yang melawan fluks bersama

I2  2 yg telah ada akibat arus pemagnetan IM.


ZL
Agar fluks bersama tidak berubah nilainya, pada kumparan
primer harus mengalir arus I2’ yang menentang fluks yang
dibangkitkan I2.
Sehingga keseluruhan arus yg mengalir pada kumparan
primer: I  I  I2 '
1 0

Transformator_113 8
Bila rugi-rugi besi diabaikan, maka :

I1  I m  I 2 '
I0  Im
Agar fluks tetap tidak berubah karena arus pemagnetan, Im, maka berlaku:
N1 I m  N 1 I 1  N 2 I 2
 N1  I M  I 2 '  N 2 I 2 sehingga N1 I 2 '  N 2 I 2
N1 I M  N1 I M  N1 I 2 ' N 2 I 2

Karena nilai IM dianggap kecil maka I2’ = I1

dan perbandingan lilitan dan arusnya: N1 : N 2  I 2 : I 1

Transformator_113 9
ANGKA TRANSFORMASI TRANSFORMATOR
Harga perbandingan besaran sisi primer dan besaran sisi sekunder.
Apabila sisi sekunder trafo dalam keadaan berbeban, akan mengalir arus I2
yang selanjutnya didapatkan perbandingan transformator:

N1 V1 E1 I 2
a   
N 2 V2 E2 I1

PERBANDINGAN ARUS
Pada keadaan beban nol lilitan amper primer N1 I0 akan membangkitkan
Φm, jadi pada kondisi ini , maka I0 = I1
Apabila pada kumparan sekunder mengalir arus I2, pada belitan primer
terdapat amper lilitan lawan N2 I2 yang akan menimbulkan Φ2, dimana
Φ2 akan memperlemah Φm.

Transformator_113 10
Untuk memperoleh Φm yang konstan pada belitan primer harus mengalir arus tambahan
I2, sehingga:
I 21 N1  I 2 N 2  0 Maka: I1  I 21  I 0
N1 I 1  N1 I 21  N1 I 0
N1 I 1   N1 I 21  N1 I 0
Pada keadaan transformator berbeban perbandingan arusnya:

I 0  I 21 N1 I1   N 2 I 2
Maka: N1 I
I 0  I1  2
N2 I1

Transformator_113 11
Contoh Soal
1. Sebuah transformator satu fasa mempunyai belitan primer dengan 400 lilitan dan
belitn sekunder 1000 lilitan. Luas penampang inti efektif adalah 60 cm 2 jika belitan
primer dihubungkan ke sumber 500 V dengan frekuensi 50 Hz, tentukanlah
kerapatan fluksi maksimum dalam inti serta tegangan dibelitan sekunder?
2. Dari sebuah transformator satu fasa diinginkan suatu perbandingan tegangan
primer/sekunder dalam keadaan tidak berbeban 6000/250 V. jika frekuensi 50 Hz
dan fluksi dalam inti transformator dibatasi sekitar 0,06 weber, tentukan jumlah
lilitan primer dan sekunder?

N1m 500 2
V1   m 
 500   0.00563Weber
2 400  2  50
0.00563
Kerapataan fluksi maksimum  Bm   0.94 weber / m 2
0.006
1000
V2   500  1250 V
400

Transformator_113 12
0.00563
Kerapataan fluksi maksimum  Bm   0.94 weber / m 2
0.006
N1m 500 2
V1   m 
 500   0.00563Weber
2 400  2  50
1000
V2   500  1250 V
400

N1m 6000 2
V1   6000 
 N1   450
2 2  50  0.06
250
N2   450  18.75  20 Lilitaan
6000

Transformator_113 13

Anda mungkin juga menyukai