Anda di halaman 1dari 33

DEFENISI ………??????

Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses


diterimanya rangsang sampai rangsang itu
disadari dan dimengerti oleh penginderaan
atau sensasi: proses penerimaan rangsang
Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan
manusia dalam membedakan antara rangsang
yang timbul dari sumber internal seperti
pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan
impuls dan stimulus eksternal
Perubahan persepsi sensori ditandai oleh
adanya halusinasi
DEFENISI HALUSINASI
BEBERAPA AHLI
 Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) misalnya penderita mendengar suara-
suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari
suara bisikan itu (Hawari)
 Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan
melibatkan panca indera (Isaacs)
 Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi
dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya
tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren:
persepsi palsu (Maramis)
 Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori
yang salah (Stuart)
Kesimpulan….
Halusinasi
suatu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami gangguan sensori persepsi :
merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan .
Klien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada
Etiologi
 Faktor predisposisi
1. Biologis
 Abnormalitas perkembangan sistem saraf
yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai
dipahami.
 Genetik
 Ketidak seimbangan nurotransmiter
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien
sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan
yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi
realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi
gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,
konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi
disertai stress.
Faktor Presipitasi
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik
otak, yang mengatur proses informasi serta
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
secara selektif menanggapi stimulus yang diterima
oleh otak untuk diinterpretasikan.

2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
terhadap stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.

3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu
dalam menanggapi stressor.
Jenis – jenis halusinasi
1. Halusinasi Pendengaran

 Mendengar suara atau kebisingan, paling


sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-
kata yang jelas berbicara tentang klien,
bahkan sampai pada percakapan lengkap
antara dua orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana
klien mendengar perkataan bahwa klien
disuruh untuk melakukan sesuatu kadang
dapat membahayakan.
2. Halusinasi Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya,
gambar geometris, gambar kartun, bayangan
yang rumit atau kompleks. Bayangan bias
yang menyenangkan atau menakutkan seperti
melihat monster.

3. Halusinasi Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah,
urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak
menyenangkan. Halusinasi penghidu sering
akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
4. Halusinasi Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah,
urin atau feses.

5. Halusinasi Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan
tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
Tahapan halusinasi

Fase I
Klien mengalami perasaan mendalam seperti
ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut
serta mencoba untuk berfokus pada pikiran
yang menyenangkan untuk meredakan
ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa
yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa
suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan
asyik sendiri.
Fase II

Pengalaman sensori menjijikkan dan


menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan
mungkin mencoba untuk mengambil jarak
dirinya dengan sumber yang dipersepsikan.
Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem
saraf otonom akibat ansietas seperti
peningkatan tanda-tanda vital (denyut
jantung, pernapasan dan tekanan darah),
asyik dengan pengalaman sensori dan
kehilangan kemampuan untuk membedakan
halusinasi dengan realita.
Fase III

Klien berhenti menghentikan perlawanan


terhadap halusinasi dan menyerah pada
halusinasi tersebut. Di sini klien sukar
berhubungan dengan orang lain,
berkeringat, tremor, tidak mampu
mematuhi perintah dari orang lain dan
berada dalam kondisi yang sangat
menegangkan terutama jika akan
berhubungan dengan orang lain.
Fase IV

Pengalaman sensori menjadi mengancam


jika klien mengikuti perintah halusinasi.
Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi,
menarik diri, tidak mampu berespon
terhadap perintah yang kompleks dan
tidak mampu berespon lebih dari 1 orang.
Kondisi klien sangat membahayakan.
Gejala Halusinasi
o Bicara sendiri.
o Senyum sendiri.
o Ketawa sendiri.
o Menggerakkan bibir tanpa suara.
o Pergerakan mata yang cepat
o Respon verbal yang lambat
o Menarik diri dari orang lain.
o Berusaha untuk menghindari orang lain.
o Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
o Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan
darah.
o Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya
beberapa detik.
Lanjutan…..
o Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
o Sulit berhubungan dengan orang lain.
o Ekspresi muka tegang.
o Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
o Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
o Tampak tremor dan berkeringat.
o Perilaku panik.
o Agitasi .
o Curiga dan bermusuhan.
o Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
o Ketakutan.
o Tidak dapat mengurus diri.
o Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.
Jenis halusinasi DO DS
1. Halusinasi dengar/  bicara atau tertawa  mendengar suara2
suara sendiri kegaduhan
Mrah2 tanpa sebab Mendengar suara
Menyendengkan yang mengajak
telinga kearah tertentu bercakap2
Menutup telinga Mendengar suara
yang menyuruh
melakukan sesuatu
yang berbahaya

2. Halusianasi Menunjuk nunjuk Melihat bayangan


penglihatan kearah tertentu sinar, bentuk
Ketakutan pada geometris, bentuk
sesuatu yang tidak karton. Melihat hantu
jelas atau monster
Jenis halusinasi DO DS
3. Halusinasi penghidu  menghidu seperti  membaui bau-
sedang membaui bauan seperti bau
bau2an tertentu darah, urine, feses,
 menutup hidup kadang2 bau itu
menyenangkan

4. Halusinasi  sering meludah Merasakan rasa


pengecapan Muntah seperti darah, urine
atau feses

5. Halusinasi perabaan  menggaruk – garuk  mengatakan ada


permukaan kulit serangga di permukaan
kulit
Mersakan seperti
tersengat listrik
Dari rentang diatas…….
 Halusinasi merupakan respon persepsi paling
maladaptif.
 Jika klien sehat, persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterpretasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima
melalui panca indra (pendengaran,
penglihatan, penghidu, pengecapan, dan
perabaan), sedangkan klien dengan halusinasi
mempersepsikan suatu stimulus panca indra
walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada.
Proses terjadinya halusinasi
Faktor penyebab → perasaan diancam
oleh lingkungan/cemas → individu
mencoba mengingkari ancaman →
memproyeksikan pikiran internal pada
lingkungan → perasaan, pikiran dan
keinginan negatif tidak dapat diterima
sebagai bagian eksternal →
HALUSINASI
PRINSIP TINDAKAN
KEPERAWATAN PADA
HALUSINASI
 Validasi halusinasi klien & tidak
memfasilitasi halusinasi klien
 Adakan kontrak sering tapi singkat
 Terima halusinasi & ungkapkan realita
perawat
 Bantu klien mengontrol halusinasi
POHON MASALAH
Diagnosa keperawatan

 Gangguan persepsi sensori : halusinasi


 Resiko mencederai diri sendiri orang lain
dan lingkungan.
 Isolasi sosial : menarik diri.
 Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
 Defisit perawatan diri.
STRATEGI PELAKSANAAN
 SP I ( pasien)

1. Mengidentifikas jenis halusinasi pasien


2. Mengidentifikas isi halusinasi pasien
3. Mengidentifikas waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikas frekuensi halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien memasukan cara menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
SP I ( keluarga)

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan


keluarga dalam merawat pasien
2. Menejelaskan pengertian ,tanda &
gejala halusinasi, dan jenis halusinasi
yang dialami pasien beserta proses
terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
dengan halusinasi
SP II ( pasien )

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian


pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi
dengan cara bercakap – cakap dengan
orang lain
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam
jawdwal kegiatan harian
SP II ( keluarga )

1. Melatih keluarga mempraktekan cara


merawat pasien dengan halusinasi
2. Melatih keluarga melakukan cara
merawat langsung kepada pasien dengan
halusinasi
SP III ( pasien )

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian


pasien
2. Melatih pasien mengendalikan
halusinasi dengan melakukan
(kegiatan yang biasa dilakukan pasien
di rumah )
3. Menganjurkan pasien memasukan
dalam jawdwal kegiatan harian
SP III ( keluarga )

1. Membantu keluarga membuat jadwal


aktifitas di rumah termasuk minum obat
( disharge planning)
2. Menjelaskan follow-upp pasien setelah
pulang
SP IV ( pasien )

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian


pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam
jawdwal kegiatan harian
PSIKOMOTOR
Fase orientasi
1. Salam terapeutik
 salam & perkenalan P - K
2. Evaluasi validasi
 menanyakan perasaan klien & alasan masuk
 Menanyakan perasaan klien & mengevaluasi
tindakan sebelumnya
3. Kontrak
 topik
 Tempat
 Waktu
Fase kerja
 pilih salah satu SP

Fase terminasi
 Evaluasi subjektif
 Evaluasi objektif
 Rencana tindak lanjut
 Kontrak

Anda mungkin juga menyukai