Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Pontianak Cara menguji keamanan obat 1. UJI PRAKLINIK Uji praklinik, dari uji ini diperoleh informasi tentang efikasi (efek farmakologi), profil farmakokinetik dan toksisitas calon obat. Hewan yang baku digunakan adalah galur tertentu dari mencit, tikus, kelinci, marmot, hamster, anjing atau beberapa uji menggunakan primate. 2. UJI KLINIK Fase I , calon obat diuji pada sukarelawan sehat untuk mengetahui apakah sifat yang diamati pada hewan percobaan juga terlihat pada manusia. Pada fase ini ditentukan hubungan dosis dengan efek yang ditimbulkannya dan profil farmakokinetik obat pada manusia. Fase II, calon obat diuji pada pasien tertentu, diamati efikasi pada penyakit yang diobati. Yang diharapkan dari obat adalah mempunyai efek yang potensial dengan efek samping rendah atau tidak toksik. Pada fase ini mulai dilakukan pengembangan dan uji stabilitas bentuk sediaan obat. Fase III melibatkan kelompok besar pasien, di sini obat baru dibandingkan efek dan keamanannya terhadap obat pembanding yang sudah diketahui. Fase IV, setelah obat dipasarkan masih dilakukan studi pasca pemasaran (post marketing surveillance) yang diamati pada pasien dengan berbagai kondisi, berbagai usia dan ras, studi ini dilakukan dalam jangka waktu lama untuk melihat nilai terapeutik dan pengalaman jangka panjang dalam menggunakan obat. Farmakologi memiliki beberapa bagian antara lain: ü FARMAKOKINETIK adalah bagian ilmu farmakologi yang mempelajari nasib obat di dalam tubuh ü FARMAKODINAMIK adalah bagian ilmu farmakologi yang mempelajari efek fisiologik dan biokimia obat terhadap berbagai organ tubuh dan mekanisme kerjanya. Farmakokinetik , cara pemberian, dan faktor yg mempengaruhi efek obat 1. ABSORPSI Proses penyerapan obat dari tempat pemberian, menyangkut jumlah obat (prosentase dari dosis) yang ditransfer dari tempat pemberian ke sirkulasi sistemik, dalam bentuk utuh maupun metabolitnya, serta kecepatan proses tersebut. Bioavailabilitas menunjukkan jumlah obat dalam prosentase dari bentuk sediaan yang mencapai sirkulasi sitemik dalam bentuk utuh/aktif, serta kecepatannya. a. Pemberian obat peroral - Absorpsi di saluran cerna - Pada umumnya terjadi secara difusi pasif - Absorpsi mudah terjadi jika dalam bentuk non ion dan mudah larut dalam lemak - Obat harus berada dalam larutan air pada permukaan membran sel, kemudian obat melintasi membran dengan cara melarut dalam lemak membran Faktor yang berpengaruh • Faktor obat - sifat fisiko kimia obat - formulasi obat • Faktor penderita • Interaksi dalam saluran cerna b. PEMBERIAN SECARA PARENTERAL (SUNTIKAN) • INTRAVENA (IV) - Tidak mengalami absorpsi - Cepat, tepat dosis - Cocok untuk larutan yang irtatif - Efek toksik mudah terjadi - Obat dalam larutan minyak tidak boleh IV • SUBKUTAN (SK) - Tidak diperkenankan untuk obat yang iritasi jaringan - Absorpsi lambat dan konstan shg efeknya bertahan lama - INTRAMUSKULAR (IM) c. Obat yang sukar larut dalam air absorpsi lambat • Intratekal - Suntikan langsung ke dalam subaraknoid spinal - Dilakukan bila dinginkan efek obat yang cepat dan setempat pada selaput otak atau sumbu serebrospinal • Pemberian inhalasi - Hanya diberikan untuk obat yang berupa gas atau cairan yang mudah menguap - Absorpsi melalui epitel paru dan mukosa saluran nafas - Absorpsi cepat - Terhindar dari elimenasi lintas pertama di hati - Sulit mengatur dosis secara tepat - Pemberian topikal d. Absorpsi tergantung pada luas permukaan kulit yang diolesi dan kelarutan dalam lemak. • Topikal pada mata e. Absorpsi biasanya melalui kornea mata 2. DISTRIBUSI - Setelah diabsorpsi obat segera didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah - Obat yang larut dalam lemah mudah terdistribusi ke dalam sel - Obat yang terikat dengan protein sulit terdifusi 3. METABOLISME - Metabolisme atau biotransformasi adalah proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim - Proses ini obat dirubah menjadi lebih polar sehingga mudah diekskresi melalui ginjal - Pada umumnya obat menjadi inaktif, sehingga berfungsi untuk mengahiri kerja obat Rekasi kimia yang terjadi • Reaksi fase I, adalah oksidasi, reduksi, dan hidrolisis. Metabolit lebih polar • Reaksi fase II, reaksi sintetik, yaitu konyogasi obat atau metabolit hasil reaksi fase I dengan substrat endogen seperti as. Glukoronat, sulfat, as. Amino. Hasilnya lebih polar dan mudah terionisasi sehingga mudah diekskresi melalui ginjal 4. EKSKRESI - Melalui ginjal (jalur utama) - Diekskresi ke dalam usus melalui empedu, kemudian diekskresi dala feses - Melalui keringat, air liur, air mata, air susu, dan rambut (sangat kecil sehingga diabaikan). Terima Kasih