Anda di halaman 1dari 18

Pancasila dalam arus sejarah Bangsa

Indonesia
PANCASILA
KELOMPOK 39
Nama Anggota Kelompok 39

1. Lis nurani 120450055


2. M.Rivardo P.N 120360048
3. M. Ilham Arief H. 120450057
4. Renta Sabatini Napitupulu 120150093
5. Wahyu S Petra Ginting 120370166
1. PERIODE PENGUSULAN
PANCASILA
Pancasila lahir pada tanggal 18 Agustus
1945 oleh panitia persiapan kemerdekaan
Indonesia (PPKI) padapada sidang
pengesahan UUD 1945.

Sejarah dirumuskannya Pancasila


sebagai dasar negara adalah diawali
dengan pembentukan Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia BPUPKI.
Pancasila dirumuskan dalam sidang pertama BPUPKI
yang dilaksanakan pada 29 Mei-1 Juni 1945. Dalam
sidang BPUPKI pertama, dibahas adalah dasar
negara Indonesia. Kemudian, sidang kedua yang
dilaksanakan pada 10-17 Juli 1945 membahas tentang
rancangan Undang-Undang Dasar.

Pada sidang pertama BPUPKI, Soepomo, Moh. Yamin, dan


Soekarno menyampaikan beberapa usulan tentang falsafah
atau dasar negara Indonesia. Penyampaian ini didasarkan
pada arahan Ketua BPUPKI, Radjiman Wedyodiningrat pada
pidato pembukaan sidang.
Radjiman mengatakan bahwa untuk mendirikan negara yang
merdeka, maka dibutuhkan suatu dasar negara.
Usulan Dasar Negara Moh. Yamin (29 Mei 1945) :
Moh. Yamin menyampaikan usulan dasar negara secara tertulis pada
ketua sidang dan secara lisan.
Usulan lisan:
1. Peri Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan, dan
5. Kesejahteraan Rakyat
Usulan tertulis:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kebangsaan persatuan Indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Usulan Dasar Negara Soepomo (31 Mei 1945) :

1. Persatuan (Unitarisme)
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
Usulan Dasar Negara Soekarno (1 Juni 1945):
Kebangsaan Indonesia
Internasional atau Perikemanusiaan
Mufakat atau Demokrasi
Kesejahteraan Sosial, dan
1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Berdasarkan catatan sejarah, kelima butir gagasan itu oleh Soekarno


diberi nama Pancasila. Selanjutnya, Soekarno juga mengusulkan jika
seandainya peserta sidang tidak menyukai angka 5, maka ia
menawarkan angka 3, yaitu Trisila yang terdiri atas (1)Sosio-
Nasionalisme, (2) Sosio-Demokrasi, dan (3) Ketuhanan Yang Maha
Esa. Soekarno akhirnya juga menawarkan angka 1,yaitu Ekasila
yang berisi asas Gotong-Royong.
Setelah Soekarno berpidato, sidang menerima usulan nama Pancasila bagi
dasar filsafat negara (Philosofische grondslag) yang diusulkan oleh Soekarno,
dan kemudian dibentuk panitia kecil 8 orang (Ki Bagus Hadi Kusumo,
K.H.Wahid Hasyim, Muh. Yamin, Sutarjo, A.A. Maramis, Otto Iskandar
Dinata, dan Moh.Hatta) yang bertugas menampung usul-usul seputar calon
dasar negara.
2. PERIODE PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi pada beberapa dokumen
penetapannya yaitu:

Pertama Piagam Jakarta (Jakarta Charter) – tanggal 22 Juni 1945

Pada alinea ke-empat Piagam Jakarta itulah terdapat rumusan Pancasila sebagai berikut.
1.Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2.Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3.Persatuan Indonesia
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalampermusyawaratan perwakilan.
5.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kedua Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 – tanggal 18 Agustus 1945

“Piagam Jakarta” ini dikemudian hari dijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan sejumlah perubahan
di beberapa sisi. Pada pembukaan UUD 1945 rumusan pancasila terdapat pada alenia ke-empat yang
berbunyi:

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ketiga Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat – tanggal 27 Desember
1949
Rumusan dasar negara terdapat dalam Pembukaan paragraf ke-3. Rumusannya adalah:
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Perikemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan Sosial
Republik Indonesia Serikat yang hanya berumur singkat dibubarkan pada tanggal 17 Agustus
1950

Keempat Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara – tanggal 15


Agustus 1950
Dalam konstitusi ini, dasar negara terdapat dalam Pembukaan paragraf ke-4, dengan rumusan:
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Perikemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan Sosial
.
kelima Rumusan Pertama menjiwai Rumusan Kedua dan merupakan suatu
rangkaian kesatuan dengan Konstitusi (merujuk Dekret Presiden 5Juli 1959)
Prawoto Mangkusasmito berpendapat, pemberlakuan kembali UUD 1945 oleh Dekrit Presiden
5 Juli 1959, merupakan rumusan Pancasila yang kelima.Disebut rumusan kelima,  karena
Pancasila versi Dekrit Presiden dijiwai oleh Piagam Jakarta yang juga merupakan suatu
rangkaian kesatuan dengan konstitusi tersebut.

Rumusan kelima ini pada hakikatnya merupakan satu-satunya rumusan Pancasila  yang
memperoleh pengakuan dari suatu lembaga perwakilan rakyat yang dipilih oleh rakyat melalui
pemilihan umum yang sampai hari ini diakui sebagai pemilihan umum yang bersih, jujur,  dan adil.

Secara konstitusional, arti dan eksistensi Dekrit Presiden diakui oleh MPRS melalui Ketetapan No.
XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPRGR Mengenai  Sumber Tertib Hukum Republik
Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundangan Republik Indonesia.
3. Periode Pengesahan Pancasila
Pengesahan Pancasila
1. Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama. Pada sidang ini PPKI
membahas konstitusi negara Indonesia, Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, serta lembaga
yang membantu tugas Presiden Indonesia. PPKI membahas konstitusi negara Indonesia dengan
menggunakan naskah Piagam Jakarta yang telah disahkan BPUPKI. Namun, sebelum sidang
dimulai, Bung Hatta dan beberapa tokoh Islam mengadakan pembahasan sendiri untuk mencari
penyelesaian masalah kalimat ”... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” pada kalimat ”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya”. Tokoh-tokoh Islam yang membahas adalah Ki Bagus Hadikusumo,
Kasman Singodimejo, K.H. Abdul Wachid Hasyim, dan Teuku Moh. Hassan. Mereka perlu
membahas hal tersebut karena pesan dari pemeluk agama lain dan terutama tokoh-tokoh dari
Indonesia bagian timur yang merasa keberatan dengan kalimat tersebut. Mereka mengancam akan
mendirikan negara sendiri apabila kalimat tersebut tidak diubah. Dalam waktu yang tidak terlalu
lama, dicapai kesepakatan untuk menghilangkan kalimat ”... dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Hal ini dilakukan untuk menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia.
Kita harus menghargai nilai juang para tokoh-tokoh yang sepakat menghilangkan kalimat ”....
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.” Para tokoh PPKI
berjiwa besar dan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Mereka juga mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Adapun tujuan
diadakan pembahasan sendiri tidak pada forum sidang agar permasalahan cepat selesai.

Dengan disetujuinya perubahan itu maka segera saja sidang pertama PPKI dibuka.keputusan:
1) Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945
2) Memilih presiden dan wakil presiden (Sukarno dan Moh. Hatta)
3)Membentuk Komite Nasional Indonesia sebagai badan musyawarah darurat.

Anda mungkin juga menyukai