Anda di halaman 1dari 21

BISMILLAAHIRROHMAANIRRO

HIIM
ASSALAMU’ALAIKUM. WR. WB.
Asuhan Keperawatan Stroke

Kelompok III
1. AHMAD MARTANI ISTIAWAN
2. ROBIUL HIDAYAH
3. SAGITA REDIA LESTARI
4. SITI KUDUSIAH
5. YULIAN RAHMAT ABINOWO
PENDAHULUAN
Stroke merupakan penyakit pembuluh darah otak
(cerebrovacular) yang ditandai dengan kematian jaringan otak,
hal ini disebabkan karena adanya penyempitan, penyumbatan
serta pecahnya pembuluh darah ke otak sehingga pasokan nutrisi
dan oksigen ke otak berkurang dan menimbulkan reaksi
biokimia yang merusak atau mematikan sel-sel saraf (neuron)
otak. Stroke dapat juga terjadi akibat dari gangguan fungsi
sistem saraf yang terjadi mendadak dan akibat gangguan
peredaran darah otak. Gangguan fungsi saraf akan terganggu
bila aliran darah otak turun. Bila gangguan aliran darah
berkepanjangan dapat terjadi kematian jaringan saraf yang
disebut infark (Pinzon, 2010).
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah penyakit jantung dan kanker, dan merupakan
penyebab kecacatan nomor satu di dunia. Data WHO
menunjukkan bahwa lebih dari 60% pasien stroke di
dunia dan di negara berkembang. Peningkatan
kejadian stroke di beberapa negara Asia (China,
India, dan Indonesia) ditengarai akibat pengaruh
perubahan pola hidup, polusi, dan perubahan pola
konsumsi makanan (Barr, 2006).
TINJAUAN TEORITIS  

Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi


anatomi otak yang terjadi secara tiba-tiba dan cepat,
disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Stroke
atau Cerebro Vasculer Accident (CVA) adalah
kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak ( Brunner
dan Suddarth, 2002 ).
Klasifikasi
1. Infark Iskemik (Stroke non Hemoragi). Hal ini terjadi
karena adanya penyumbatan pembuluh darah otak. Infark
iskemic terbagi menjadi dua yaitu : stroke trombotik, yang
disebabkan oleh thrombus dan stroke embolik, yang
disebabkan oleh embolus.

2. Perdarahan (Stroke Hemoragi)


Terjadi pecahnya pembuluh darah otak. Stroke yang
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir
70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita
hipertensi.
Etiologi
1. Stroke non haemoragi merupakan penyakit yang
mendominasi kelompok usia menengah dan dewasa tua karena
adanya penyempitan atau sumbatan vaskuler otak yang
berkaitan erat dengan kejadian.
1). Trombosis Serebri
Merupakan penyebab stroke yang paling sering ditemui yaitu pada
40% dari semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli
patologis. Biasanya berkaitan erat dengan kerusakan fokal dinding
pembuluh darah akibat anterosklerosis.
2). Embolisme
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu flowess dalam
jantung sehingga masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan
perwujudan dari penyakit jantung.
Sedangkan menurut price (2002) mengatakan bahwa
stroke haemoragi disebabkan oleh perdarahan serebri.
Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh
ruptura arteria serebri. Ekstravasali darah terjadi dari
daerah otak dan atau subaracnoid, sehingga jaringan
yang terletak di dekatnya akan tergeser. Perdarahan
ini dibedakan berdasarkan tempat terjadinya
perdarahan.
Harsono (2002) membagi faktor risiko yang dapat ditemui pada klien dengan
Stroke yaitu:

 Hipertensi
 Diabetes Mellitus
 Penyakit Jantung

 Faktor Resiko Tambahan


 Kadar lemak darah yang tinggi termasuk Kolesterol dan
Trigliserida.
 Kegemukan atau obesitas
 Merokok
 Riwayat keluarga dengan stroke
 Lanjut usia
Patofisiologi
1. Stroke Hemoragik
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua
penyebab utama kasus gangguan pembuluh darah
otak. Perdarahan serebral dapat terjadi di luar
duramater (hemoragi ekstradural atau epidural),
dibawah duramater, (hemoragi subdural), diruang
subarachnoid (hemoragi subarachnoid) atau di dalam
substansi otak (hemoragi intraserebral).
2. Stroke Non Hemoragic Terbagi atas 2 yaitu :

 Pada stroke trombotik, oklusi disebabkan karena adanya penyumbatan lumen


pembuluh darah otak karena thrombus yang makin lama makin menebal, sehingga
aliran darah menjadi tidak lancer. Penurunan aliran arah ini menyebabakan iskemi
yang akan berlanjut menjadi infark. Dalam waktu 72 jam daerah tersebut akan
mengalami edema dan lama kelamaan akan terjadi nekrosis. Lokasi yang tersering
pada stroke trombosis adalah di percabangan arteri carotis besar dan arteri
vertebra yang berhubungan dengan arteri basiler. Onset stroke trombotik biasanya
berjalan lambat.

 Sedangkan stroke emboli terjadi karena adanya emboli yang lepas dari bagian
tubuh lain sampai ke arteri carotis, emboli tersebut terjebak di pembuluh darah
otak yang lebih kecil dan biasanya pada daerah percabangan lumen yang
menyempit, yaitu arteri carotis di bagian tengah atau Middle Carotid Artery
( MCA ). Dengan adanya sumbatan oleh emboli akan menyebabkan iskemik.
(Hurlock, 2004) 
Manefestasi Klinis
Stroke ini menyebabkan berbagai defisit neurologik,
bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana
yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder
atau aksesori).
a. Kehilangan motorik
b. Kehilangan komunikasi
c. Gangguan persepsi
Pemeriksaan Penunjang
 

1. Angiografi
2. CT-Scan
3. EEG (Elektro Encephalogram)
4. Pungsi Lumbal
5. MRI
6. Ultrasonografi Dopler
7. Sinar X Tengkorak
Penatalaksanaan
 

1. Perawatan umum stroke


Penatalaksanaan awal selama fase akut dan
mempertahankan fungsi tubuh Mengenai penatalaksanaan
umum stroke, konsensus nasional pengelolaan stroke di
Indonesia, 2001 mengemukakan hal-hal berikut:
 Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat,

bila perlu berikan oksigen 0-2 L/menit sampai ada hasil


gas darah.
 Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya

dengan kateterisasi intermiten.


2. Penatalaksanaan tekanan darah dilakukan secara khusus.
Asia Pacific Consensus on Stroke Manajement, 2001,
mengemukakan bahwa peningkatan tekanan darah yang sedang
tidak boleh diobati pada fase akut stroke iskemik. Konsensus
nasional pengelolaan stroke di Indonesia, 2002, mengemukakan
bahwa tekanan darah diturunkan pada stroke iskemik akut bila
terdapat salah satu hal berikut :
 Tekanan sistolik > 220 mmHg pada dua kali pengukuran

selang 30 menit.
 Tekanan diastolik > 120 mmHg pada dua kali pengukuran

selang 30 menit.
 Tekanan darah arterial rata-rata > 130-140 mmHg pada dua

kali pengukuran selang 30 menit.

 
Komplikasi
1. Hipoksia Serebral
2. Depresi
3. darah beku
4. otot mengerut dan sendi kaku
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

 Aktivitas/Istirahat
 Sirkulasi
 Integritas Ego
 Eliminasi
 Makanan/Cairan
 Neuronsesori
 Nyeri/Kenyamanan
 Pernapasan
 Keamanan
 Interaksi Sosial
 Penyuluhan/Pembelanjaran
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai
darah serebral, meningkatnya tekanan intrakranial, menurunnya oksigenisasi
serebral.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas, meningkatnya
tekanan intrakranial
3. Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas, reflek batuk
tidak adekuat.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan menurunnya kesadaran,
paresis/plegia.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan disfagia, kesulitan
menelan dan menurunnya nafsu makan.
6. Gangguan menelan berhubungan dengan hilangnya fungsi motorik.
7. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sensorik, immobilisasi,
inkontensia, perubahan status nutrisi.
8. Perubahan pola eliminasi urin: inkontinen fungsional berhubungan dengan
kerusakan motorik, immobilisasi, kerusakan komunikasi.
9. Perubahan pola eliminasi feses: konstipasi, diare, inkontinen berhubungan dengan
pemasukan cairan dan makanan, hilangnya pengontrolan volunteer, gangguan
Intervensi dan Rasional
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan tiak
adekuatnya suplai darah serebral, meningkatnya tekanan intracranial,
menurunnya oksigenisasi serebral.
 Rasional : Klien akan memperlihatkan perfusi jaringan yang adekuat
Intervensi :
 Observasi status neurologi klien meliputi status mental, pupil, gerakan
mata, fungsi sensorik dan motorik, respon verbal setiap 1-4 jam untuk
mendeteksi perubahan-perubahan yang berindikasi adanya gangguan
fungsi serebral.
 Monitor tanda-tanda vital setiap 1-4 jam
 Berikan obat antihipertensi dan pantau pengaruhnya
 Pertahankan jalan napas dan ventilasi secara adekuat.
 Kriteria Evaluasi :
 perubahan atau memperbaiki status neurologi
 Mempertahankan tekanan darah dalam batas normal
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas,
meningkatnya tekanan intracranial .
3. Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas, reflek
batuk tidak adekuat.
 Rasional :klien akan mepertahankan potensi jalan napas dengan ventilasi paru

yang adekuat; akan mengeluarkan sekresi bronchial yang terakumulasi, akan


terhindar dari hipoksia kongestio paru
Intervensi :
 Observasi kemampuan klien untuk mempertahankan jalan nafas yang terbuka

 Jaga jalan napas yang adekuat dengan memberikan posisi semo fowles dan

penghisapan sekresi.
 Monitor frekuensi pernafasan, irama dan kedalaman setiap 1-4 jam

 Auskultasi suara napas setiap 4 jam untuk mennetukan adekuat tindakan

penghisapan sekresi.
 Memiliki pertukaran udara dalam paru kanan dan kiri adekuat

 Memiliki frekuensi pernapasan antara 12-14 kali/menit

 Memiliki nilai gas arteri dalam batas normal

 Tidak terjadi tanda-tanda hipoksia


Terima Kasih
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb

Anda mungkin juga menyukai