Anda di halaman 1dari 22

FARMAKOLO

GI II
DOSEN PEMBIMBING :
Fitra Fauziah M.Farm, Apt.
ANESTETIKA KELOMPOK 1

NAMA ANGGOTA :

• ENI WIDIAWATI ( 19011030 )


• MESY ROFIANTI ( 19011037 )
• GHINA RAHMAWATI ( 19011022 )
• ANNISA RAHMA ( 19011027 )
• INDAH OKTAVIANTI ( 1701136 )
• HAVIFA ULYANTI ( 19011035)
• IRMA RAHMAYUNI ( 19011003)
• DESTRIA NIPE ( 19011163 )
• NADIA HASNUR. ( 1701007 )
• GIAN SUHARDANA ( 19011046 )
• AKHYAR ADITYA ( 19011033 )
apa itu anestetik ?
Kata anestesi berasal dari bahasa yunani yang berarti keadaan tanpa rasa sakit.

Secara umum Anestesi adalah tindakan untuk membantu pasien tidak merasa sakit selama prosedur
medis dilakukan. Anestesi sering juga disebut sebagai bius dan dapat diberikan melalui berbagai cara,
mulai dari disuntik, dihirup, hingga dioles. Obat yang digunakan selama proses anestesi akan membuat
saraf mati rasa untuk sementara waktu.

Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi lokal dan anestesi umum. Pada anestesi lokal
hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilangnya kesadaran, sedangkan pada anestesi umum hilangnya rasa
sakit disertai hilangnya kesadaran.
ANESTESI UMUM DAN ANESTESI LOKAL
• Anestesi umum
adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversible). Komponen trias
anestesi ideal terdiri dari hipnotik, analgesik, dan realksasi otot.
• Anestesi lokal
Pada prosedur bius lokal ini, pasien tetap sadar selama operasi. Pemberian
obat-obatan hanya akan menghalangi rasa nyeri dan sensasi pada area
tubuh yang dituju. Misalnya, pada prosedur cabut gigi, maka dokter hanya
akan melakukan anestesi di sisi rahang dan gigi yang akan dicabut saja.
TUJUAN ANESTESI
Menurut Brunton, dkk tahun 2011 perkembangan senyawa – senyawa anestesi disebabkan oleh
tiga tujuan umum :

1. Meminimalkan potensi efek membahayakan dari senyawa dan teknik anestesi


2. Mempertahankan homeostatis fisiologis selama dilakukan prosedur pembedahan yang mungkin
melibatkan kehilangan darah, iskemia jaringan, reperfusi jaringan yang mengalami iskemia,
pergantian cairan, pemaparan terhadap lingkungan dingin, dan gangguan koagulasi.
3. Memperbaiki hasil pascaoperasi dengan memilih teknik yang menghambat atau mengatasi
komponen – komponen respons stress pembedahan, yang dapat menyebabkan konsekuensi lanjutan
jangka pendek ataupun panjang.
TAHAP ANESTESI
Menurut Maryunani (2015) berdasarkan kedalamannya anestesi umum dibagi menjadi 4 stadium, yaitu stadium I,
II, II dan IV.

a. Stadium I disebut juga sebagai stadium relaksasi atau stadium analgesia. Mulai dari awal pemberian anestesi
sampai dengan mulai kehilangan kesadaran. Mulai klien sadar dan kehilangan kesadaran secara bertahap.Tanda-
tanda stadium ini seperti ukuran pupil masih seperti biasa, refleks pupil masih kuat, pernapasaannya tidakteratur
tetapi masih normal, nadi tidak teratur seangkan tekanan darah tidak berubah.
b. Stadium II disebut juga sebagai stadium Excitment atau stadium Delerium. Mulai dari kehilangan kesadaran
sampai dengan kehilangan refleks kelopak mata. Mulai kehilangan kesadaran secara total sampai dengan
pernafasan ireguler dan pergerakan anggota badan tidak teratur. Pada stadium ini, pasien berontak, berusaha
melepaskan kap bius, teriak,. Refleksi-refleksi meninggi, dimana kadang-kadang ada kegaduhan, menggerakkan
tangan dan kaki.
c. Stadium III disebut sebagai stadium anestesi pembedahan atau operasi stadium. Mulai dari kehilangan refleks
kelopak mata sampai dengan berhentinya usaha nafas ditandai dengan pasien tidak sadar, otot-otot rileks, relaksasi
rahang, respirasi teratur, penurunan pendengaran dan sensasi nyeri. Pada stadium ini telah tercapai mati rasa
sempurna, semua refleks permukaan hilang,tetapi refleks vital seperti denyut jantung dan pernapasan seperti
biasa. Ukuran pupil mulai mengecil, tidak bergerak bila diberi cahaya dan refleks bola mata tidak ada walaupun
bulu mata atau kornea mata disentuh. Pernapasan teratur dan dalam, denyut nadi agak lambat,dan tekanan darah
normal.

d. Stadium IV disebut juga sebagai stadium keracunan atau bahaya. Apnoe/nafas terhenti, pupil lebar dan mata
kering. Pusat pernapasan yang terletak di batang otak (mendulla oblongata) menjadi lumpuh sehingga pernapasan
berhenti sama sekali.bila pembiusan tidak segera dihentikan dan dibuat napas buatan, jantung pun akan segera
berhenti, disusul dengan kematian .
SYARAT ANESTESI LOKAL
a.Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen
b.Batas keamanan harus lebar
c.Tidak boleh menimbulkan perubahan fungsi dari syaraf secara permanen.
d.Tidak menimbulkan alergi.
e.Harus netral dan bening.
f.Toksisitas harus sekecil mungkin.
g.Reaksi terjadinya hilang rasa sakiit setempat harus cepat.
h.Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu yang yang cukup lama
i.Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga stabil terhadap pemanasan. (Joyce.l 1996)
SYARAT ANESTESI UMUM

a.Memberi induksi yang halus dan cepat.

b.Timbul situasi pasien tak sadar / tak berespons

c.Timbulkan keadaan amnesia

d.Timbulkan relaksasi otot skeletal, tapi bukan otot pernafasan.

e.Hambat persepsi rangsang sensorik sehingga timbul analgesia yang cukup untuk tempat operasi.

f.Berikan keadaan pemulihan yang halus cepat dan tak timbulkan ESO yang berlangsung lama
TEKNIK ANESTESI LOKAL
Anestesi topikal adalah obat bius lokal yang digunakan untuk mematikan
permukaan bagian tubuh saja. Anestesi topikal dilakukan dengan cara
memberikan bahan anestetikum lokal tertentu pada daerah kulit
atau membran mukosa yang dapat dipenetrasi oleh bahan untuk
menganestesi bagian ujung-ujung saraf superfisial.
Anestesi infiltrasi adalah teknik yang paling umum untuk anestesi lokal

pada rahang atas. Teknik infiltrai merupakan teknik anestesi yang relatif mudah oleh karena itu memiliki

tingkat keberhasilan yang tinggi.[Anestesi infiltrasi digunakan untuk menunjukkan tempat dalam jaringan

dimana larutan anestesi didepositkan di dekat serabut terminal dari saraf yang berhubungan dengan

periosteum bukal dan labial


c. Teknik Anestesi Regional/Blok
Jenis anestesi regional atau blok adalah anestesi yang dilakukan dengan
mendeposisikan larutan anestesi berdekatan pada badan saraf utama.
Teknik anestesi regiona atau blok terdiri dari anestesi blok rahang atas dan anestesi blok rahang
bawah.

d. Teknik Anestesi Intraligamen


Anestesi intraligamen yang nama lainnya anestesi ligamen periodontal
adalah suatu teknik penyuntikan anestesi lokal dengan menyuntikan bahan anestesi melalui
ligamen periodonsium .
MEKANISME ANESTETIK LOKAL
Anestetik lokal melakukan penetrasi ke dalam akson dalam bentuk basa larut lemak yang bebas. Di
dalam akson dibentuk molekul berproton, yang kemudian memasuki dan menyumbat kanal Na+ setelah
terikat pada 'reseptor' (residu dari heliks transmembran S6). Dengan demikian, anestetik lokal
kuaterner (berproton lengkap) hanya bekerja bila disuntikkan ke dalam akson saraf. Obat yang tidak
bermuatan (misalnya benzokain) larut dalam membran tetapi kanal diblok dengan hukum all-or-none
(semua atau tidak sama sekali). Jadi, pada prinsipnya molekul-molekul yang terionisasi dan tidak
terionisasi bekerja dengan cara yang sama (yaitu dengan terikat pada 'reseptor' di kanal Na+ ). Hal ini
memblok kanal, kebanyakan dengan mencegah terbukanya gerbang h (yaitu dengan meningkatkan
inaktivasi). Kadang-kadang begitu banyak kanal terinaktivasi sehingga jumlahnya berada di bawah
jumlah minimal yang diperlukan agar depolarisasi bisa mencapai ambang batas, dan karena potensial
aksi tidak dapat dibangkitkan maka terjadi blok saraf. Anestetik lokal bersifat `tergantung pemakaian
(use dependent)' (artinya derajat blok proporsional terhadap kecepatan stimulasi saraf). Hal ini
menunjukkan bahwa makin banyak molekul obat (dalam bentuk terprotonisasi) memasuki kanal Na+
ketika kanal-kanal terbuka dan menyebabkan lebih banyak inaktivasi. (Neal M.J 2005)
EFEK SAMPING ANESTESI LOKAL
Anestesi lokal umumnya termasuk prosedur yang aman dan hanya menimbulkan efek
samping ringan. Misalnya, rasa kesemutan ketika efek obat mulai menghilang.Akan tetapi,
efek samping lain dapat timbul bila obat bius diberikan dalam jumlah besar. Kondisi ini
juga dapat terjadi bila obat yang seharusnya masuk ke jaringan malah masuk ke dalam
pembuluh darah vena.Efek samping tersebut meliputi:
• Telinga berdenging
• Pusing
• Rasa baal
• Kedutan
• Rasa tidak enak di mulut
METODE PEMBERIAAN OBAT PADA ANESTESI LOKAL
1.Anestesi permukaan
Penggunaan topikal untuk permukaan luar atau mukosa.
2.Anestesia infiltrasiSuntikan subkutan bekerja pada ujung saraf lokal, biasanya dengan penambahan
vasokonstriktor.
3. Blok saraf
Teknik-teknik bervariasi mulai dari anestetik infiltrasi di sekitar suatu saraf tunggal (misalnya anestesia
gigi) sampai anestesia epidural dan spinal. Pada anestesia spinal (blok intratekal), obat anestetik
disuntikkan ke dalam cairan serebrospinal dalam rongga subaraknoid. Pada anestesia epidural, obat
anestetik disuntikkan di luar duramater. Anestesia spinal secara teknis jauh lebih mudah daripada anestesia
epidural, tetapi teknik anestesia epidural dapat menghilangkan komplikasi pascaanestesia seperti sakit
kepala.
4. Anestesia regional intravenaObat anestetik disuntikkan secara intravena ke dalam ekstremitas yang ditentukan.
Tourniquet digunakan agar obat tidak mencapai sirkulasi sistemik. (Neal.M.J 2005)
GOLONGAN ANESTETIK LOKAL

A. GOLONGAN AMIDA
1. lidokain
Bekerja lebih cepat dan lebih stabil dari pada sebagian besar anestetik lokal lainnya. Bila
diberikan bersama dengan epinefrin kerjanya berlangsung 90 menit.
2. prilokain
. Prilokain mirip dengan tapi dimetabolisme lebih luas dan kurang toksik pada yang ekuipoten.
3. ropivakain
4. levobupivakain
5. bupivakain
B. GOLONGAN ESTER
1. Kokain
digunakan untuk anestesia permukaan yang memerlukan aktivitas vasokonstriktor intrinsiknya (misalnya pada
hidung).
2. benzokain
benzokain adalah anestetik lokal berpotensi rendah yang bersifat netral dan tidak larut air. Kegunaannya hanyalah
untuk anestesia permukaan untuk jaringan yang tidak meradang (misalnya mulut dan faring).
3. tetrakain
Tetracaine adalah jenis anestesi ester-type yang dapat memblokade sodium ion channels yang memusatkan diri
pada konduksi impuls- impuls saraf yang ada di seluruh tubuh. Tetracaine diserap cepat dan dihidrolisasikan di
plasma. Anestesi jenis ini menstabilkan membran neuron pada persarafan dan menghambat inisiasi serta transmisi
impuls saraf.
4. prokain
Obat ini memiliki potensi yang sama dengan lignokain tetapi lama kerjanya lebih pendek. Prokain menimbulkan
analgesia yang kurang kuat karena cenderung tersebar ke seluruh jaringan. Diserap secara kurang baik dari
membran mukosa dan tidak berguna sebagai anestetik permukaan.
EFEK SAMPING ANESTESI UMUM
Menurut maryunani (2015) terdapat beberapa efek samping anestesi umum
sebagai berikut:

a. Efek samping pasca operasi meliputi mual, muntah dan otot pegal.

b. Efek samping ini biasanya berlangsung singkat dan bisa diobati.

c. Namun, dapat juga terjadi komplikasi yang lebih serius seperti serangan
jantung, kerusakan ginjal dan stroke (tetapi sangat jarang terjadi)
MEKANISME ANESTETIK UMUM
Tidak diketahui bagaimana anestetik menghasilkan efeknya. Potensi anestetik berhubungan
dengan kelarutan dalam lemak dan anestetik bisa terlarut dalam lapisan-ganda lipid (lipid
bilayer) pada membran sel, memperluas membran, dan meningkatkan sifat cairannya.
Gangguan yang terjadi pada membran bisa mengubah aliran (fluks) ion (menurunkan
influks (aliran masuk) natrium atau meningkatkan efluks (aliran keluar) kalium) dan
menghasilkan anestesia. Pendapat terbaru menyatakan bahwa anestetik dapat berikatan
dengan daerah hidrofobik protein (misalnya kanal ion) dan menghambat fungsi normalnya.
Hal yang mendukung pendapat ini, anestetik telah diketahui menghambat fungsi reseptor
glutamat dan meningkatkan transmisi asam y-aminobutirat (GABA).
GOLONGAN ANESTETIK UMUM
Menurut penggunaannya anestesi umum dapat digolongkan menjadi 2
yaitu :
• Anestesi injeksi, contohnya diazepam, barbital ultra short acting
(tiopental dan heksobarbital)

• Anestesi inhalasi, diberikan sabagai uap melalui saluran pernafasan,


contohnya eter
METODE PEMBERIAN OBAT PADA ANESTESI UMUM
Parenteral (intramuskular/intravena). Digunakan untuk tindakan yang singkat atau induksi
anestesi. Umumnya diberikan Tiopental, namun pada kasus tertentu dapat digunakan
ketamin, diazepam, dll. Untuk tindakan yang lama anestesi parenteral dikombinasikan
dengan cara lain. Perektal. Dapat dipakai pada anak untuk induksi anestesi atau tindakan
singkat. Anestesi inhalasi, yaitu anestesi dengan menggunakan gas atau cairan anestesi
yang mudah menguap sebagai zat anestesi melalui udara pernafasan. Zat anestetik yang
digunakan berupa campuran gas (dengan O2) dan konsentrasi zat anestetik tersebut
tergantung dari tekanan parsialnya. Tekanan parsial dalam jaringan otak akan menentukan
kekuatan daya anestesi, zat anestetik tersebut dikatakan bila dengan tekanan parsial yang
rendah sudah dapat memberikan annestesi yang adekuat
DAFTAR PUSTAKA
Behrman ER, Vaghan CV.1998. Ilmu kesehatan anak: Nelson. Edisi ke-14. Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran
Brunton, L. 2011. Goodman & Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics 12 th Edition. Mc
Graw Hill. ISBN 978-0-07-176939-6
Maryunani A. 2016. Manajemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta : Trans Info Media
Neal, M.J. (2006). At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga
Joyce L. Kee dan Evelyn R. Hayes. (1996). Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Soerasdi, E. dkk. 2010. Buku Saku Obat Anesthesia Sehari-hari. Bandung: Penerbit erlangga

https://slideplayer.info/slide/14366493/
https://www.sehatq.com/tindakan-medis/anestesi/amp
Terima kasih atas
perhatiaannya

Anda mungkin juga menyukai