Anda di halaman 1dari 14

KOMUNIKASI PADA PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN JIWA

NAMA NAMA KELOMPOK 6 :


Agus krisnawati zai
Ekaristin mei neisya gea
Fitri damai yanti telaumbanua
Gusman gulo
Irma jovita harefa
Putra setia ziliwu
Siska febriyani telaumbanua
Mata kuliah : komunikasi dalam keperawatan
Dosen pengasuh : lismawati p. Waruwu, s.kep, ns m.kes
A. KOMUNIKASI PADA ORANG YANG
MENGALAMI GANGGUAN JIWA

Komunikasi adalah suatu proses yang kompleks karena


dalamnya terjadi konfigu rasi berbagai macam aspek
yakni aspek personal (kognitif, afektif dan
psychomotor), sosial (budaya, lingkungan, norma ,
etika), pemenuhan kebutuhan dan agama. Konfigurasi
dari pelbagai asapek akan terwujud dalam perilaku .
Gangguan jiwa adalah Metodelogi Penelitian deskriptif
koleratif, pengumpulan data dilaksanakan mulai Pasien
yang mengalami gangguan jiwa memerlukan perawatan
dari seorang perawat, pelaksanaan asuhan keperawatan
memerlukan komunikasi.
B. GEJALA - GEJALA ORANG YANG MENGALAMI
GANGGUAN JIWA
1. Beberapa gejala yang muncul secara bersamaan.
Bagi orang yang tergolong normal, gejala abnormal biasanya muncul sebagai
satu-satunya gejala, sedangkan aspek-aspek hidup lainnya tidak menunjukkan
gejala abnormal.
2. Gejala-gejala yang bertahan sampai jangka waktu yang cukup lama dan
muncul terus-menerus.
Orang yang normal dapat bertingkah laku abnormal, tetapi akan segera
menyadari dirinya dan cenderung untuk segera menyesuaikan diri dengan apa
yang diinginkan lingkungannya. Tetapi lain halnya dengan penderita penyakit
jiwa.
Di samping itu penyakit jiwa juga dapat dikenali melalui gejala- gejala :
a. Physical (fisik/badan)
b. Psychological (jiwani)
Penyakit dan gangguan kejiwaan biasanya juga diekspresikan
secara jiwani misalnya :
1. Faulty Perception (persepsi yang kacau)
Manusia diperlengkapi dengan bermacam-macam indera. Jikalau
rangsangan tiba, maka rangsangan itu akan diteruskan melalui sistem
persyaratan ke otak.
2. Distorted thinking (pemikiran yang menyimpang dan kacau)
Gangguan kejiwaan sering kali juga diekspresikan dalam bentuk
pemikiran yang kacau dan tidak masuk akal.
 Obession (obsesi)

 Delusion (delusi)

 Kompulsi

3. Faulty Emotional Expression (Ekpresi dari emosi yang keliru)


Setiap orang sudah belajar sejak kecil bagaimana
mengekspresikan perasaan senang, susah, sakit, bahagia, kasih, benci,
dsb. Dan umumnya orang yang normal mempunyai pengekspresian
yang mirip dengan orang-orang lain.
4. Elation atau Euphorio (ekspresi/gembira yang berlebih-lebihan)
Penderita sakit jiwa juga sering kali mengepresikan emosi
secara berlebih-lebihan. Untuk hal yang kecil dia bisa tertawa sampai
menangis.
5. Emotional variability (macam-macam pengekspresian emosi)
Setiap orang akan mengalami naik turunnya emosi sebagai
reaksi atas pengalaman-pengalaman kehidupan ini. Tetapi bagi
penderita penyakit jiwa naik turunnya emosi ini tidak sesuai dengan
realita yang ada.
6. Inappropriate affect (reaksi emosi yang tidak tepat)
Sedikit berbeda dengan 'emotional variability', di sini orang yang mendapat
gangguan kejiwaan biasanya memberikan reaksi emosi yang tidak cocok dengan
stimulan yang ada.
7. Unusual motor activity (activitas motorik yang tidak normal)
Dalam kehidupan ini kita kadang-kadang dapat melakukan aktivitas motorik
yang tidak biasa, misalnya: berlari, berkata, berpikir, berbuat lebih cepat atau lebih
lambat daripada biasanya. Tetapi untuk itu selalu ada alasan dan tujuan yang jelas
dan disadari, dan hanya untuk sementara saja, tetapi lain halnya dengan penderita
penyakit jiwa.
Sering kali kita bisa mengenali adanya tanda-tanda gangguan kejiwaan melalui
aktivitas motorik yang tidak normal, misalnya :
a. Over activity (activitas yang berlebihan)
b. Under activity (kurang aktif)
c. Compulsive activity (aktivitas yang tidak terkendalikan)
1.Gejala abnormal yang lain
 Tanda-tanda lain dari adanya gangguan kejiwaan dalam ketegori ini sering kali
dapat diketemukan dalam kehidupan sehari-hari dari orang-orang yang normal.
Oleh karena itu kita
 harus berhati-hati dan tidak menyamaratakan setiap gejala sebagai abnormal
atau gejala penyakit jiwa. Misalnya:
 -- Disorientasi; dimana seorang bisa tidak tahu di mana ia berada, siapa dirinya,
hari apa sekarang, dsb.
 -- Withdrawal; menarik diri dari pertemuan-pertemuan dengan orang-orang
lain.
 -- Kecurigaan yang berlebih-lebihan.

 -- Kepekaan yang berlebih-lebihan terhadap otoritas.

 -- Menyembunyikan sesuatu secara tidak normal, misal, uang disimpan di


bawah tanah.
 -- Rangsangan dan kebutuhan seksuil yang tidak normal.

 -- Kekanak-kanakan, dsb.
a. Sosial
Biasanya yang disebut abnormal oleh karena ia menunjukkan tingkah laku,
sikap, cara berpikir, yang tidak cocok dengan standar normal masyarakat atau
lingkungan di mana ia hidup.
b. Spiritual (rohani)
Gejala-gejala penyakit jiwa dapat pula mengekspresikan diri secara spiritual,
misalnya gagasan perasaan berdosa yang tidak terampunkan, fanatik, keragu-
raguan yang terus-menerus, dsb. Frank Minirth mengatakan bahwa gangguan-
gangguan kejiwaan bisa menggejala secara rohani.
C. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
HALUSINASI

1. Pengkajian Pasien Halusinasi


  Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di
mana pasien mengalami perubahan sensori persepsi;
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
 Pada proses pengkajian, data penting yang perlu
saudara dapatkan adalah:
1. Jenis halusinasi:
1. JENIS HALUSINASI
\ Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien
  Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi Dengar/suara Bicara atau tertawa sendiri Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
Marah-marah tanpa sebab Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
Menyedengkan telinga ke arah tertentu Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
Menutup telinga berbahaya.

Halusinasi Penglihatan Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk
Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas. kartoon, melihat hantu atau monster

Halusinasi Penghidu Menghidu seperti sedang membaui bau- Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, feses,
bauan tertentu. kadang-kadang bau itu menyenangkan.
Menutup hidung.

Halusinasi Pengecapan Sering meludah Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
Muntah

Halusinasi Perabaan Menggaruk-garuk permukaan kulit Mengatakan ada serangga di permukaan kulit
Merasa seperti tersengat listrik
2. Isi halusinasi
  Data tentang isi halusinasi dapat saudara ketahui dari hasil pengkajian tentang jenis
halusinasi (lihat nomor 1 diatas).

3. Waktu, frekwensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi


  Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang
dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau malam?
Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus atau hanya
sekali-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian
tertentu

4. Respons halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat
dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi
timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan
pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi
timbul
Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi
 1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
 a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
 Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya

 Pasien dapat mengontrol halusinasinya

 Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal


b. Tindakan Keperawatan 
1) Membantu pasien mengenali halusinasi.
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi Saudara dapat melakukannya
dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang
didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi
yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi muncul
2). Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi Saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah
terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi:
a) Bercakap-cakap dengan orang lain
b) Menghardik halusinasi
c) Melakukan aktivitas yang terjadwal
d) Menggunakan obat secara teratur
BAB III
PENUTUP 
KESIMPULAN
Komunikasi adalah suatu proses yang kompleks karena dalamnya terjadi
konfigu rasi berbagai macam aspek yakni aspek personal ( kognitif, afektif dan
psychomotor ), sosial ( budaya, lingkungan, norma , etika ), pemenuhan
kebutuhan dan agama. Konfigurasi dari pelbagai asapek akan terwujud dalam
perilaku . Perilaku merupakan per wujudan nyata dari interaksi dengan
sesamanya, perilaku perupakan aktualisasi diri merupakan pengkomunikasian
diri kepada orang lain.

SARAN
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.

Anda mungkin juga menyukai