4
I. UU Jalan Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan
1) Asas,Tujuan dan Lingkup
2) Peran Jalan
3) Pengelompokan Jalan
4) Bagian – Bagian Jalan
5) Wewenang Penyelenggaraan Jalan
6) Larangan
7) Peran Masyarakat
8) Ketentuan Pidana dan kelalain
Con’t
I. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN
1) Jalan Umum
2) Sistem Jaringan Jalan
4) Fungsi Jalan
5) Status Jalan
6) Kelas Jalan
DEFINISI JALAN :
Kata kunci :
Hidup - Kebutuhan – Bergerak – Jalan - Efisien
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN
Peran Jalan
- menunjang kegiatan bidang sosekbud.
- prasarana distribusi dan utk pengemb. wilayah
- kesatuan sistem transportasi nasional.
Fungsi Jalan
jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan
lingkungan.
Status Jalan
jalan nasional, jalan propinsi, jalan kota, jalan
kabupaten, jalan desa, dan jalan khusus
11
Penyaringan AMDAL berdasarkan faktor
dampak penting dan lokasi/ koridor jalan (ref.
Evaluasi kinerja pengelolaan lingkungan Kep.Bapedal-056/1994)
dan masukan kebijakan untuk peningkatan
kinerja masa datang PERENCANAAN UMUM
PERENCANAAN UMUM
12
3) PENGELOMPOKAN JALAN:
JALAN ARTERI
JALAN ARTERI PRIMER PRIMER
(JAP) (JAP)
JALAN KOLEKTOR
PKW PRIMER PKW
(JKP)
JALAN LOKAL
PKL PRIMER PKL
(JLP)
JALAN
LOKAL JALAN LOKAL PRIMER
PRIMER (JLP)
(JLP)
PK
DIBAWAH
PKL
JALAN
LOKAL JALAN LOKAL PRIMER
PRIMER (JLP)
(JLP)
PERSIL
Sistem Jaringan Jalan Sekunder
F1
Kawasan
Primer
JALAN ARTERI
JALAN ARTERI SEKUNDER SEKUNDER
(JAS) (JAS)
JALAN ARTERI
JALAN ARTERI SEKUNDER
SEKUNDER
(JAS)
(JAS)
JALAN KOLEKTOR
F 2.2 F 2.2
SEKUNDER
Kawasan Kawasan
Sekunder (JKS)
Sekunder
II II
JALAN
LOKAL JALAN KOLEKTOR SEKUNDER
SEKUNDER (JKS)
(JLS)
JALAN LOKAL
Perumahan
SEKUNDER Perumahan
(JLS)
Pelabuhan
dan
Pelabuhan Pelabuhan
Pergudangan
dan Bandar dan
Pelabuhan
Pergudangan Udara Pergudangan
Bandar dan Bandar
Udara Pergudangan Udara
Bandar
Udara
Kawasan
Perdagangan
Kawasan Kawasan
Regional
Perdagangan Kawasan Perdagangan
Kawasan
Regional Industri Regional
Kawasan Perdagangan Kawasan
Industri Regional Industri
Kawasan
Industri
Kolektor Primer
Arteri Sekunder
Kolektor Sekunder
Kawasan Primer Lokal Sekunder
Kawasan Sekunder
Perumahan
Batas Administrasi
Pelabuhan
Pelabuhan
Bandar dan
Bandar dan
Udara Pergudangan
Udara Pergudangan
Kawasan
Kawasan
Kawasan Perdagangan
Kawasan Perdagangan
Industri Regional
Industri Regional
Keterangan :
JALAN KOLEKTOR :
Jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian
dengan ciri – ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata –
rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
JALAN LOKAL :
Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri – ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata – rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Akses ke
JALAN LINGKUNGAN :
Tata Guna Lahan
Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan
dengan ciri-ciri Perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata -
rata rendah
3). PENGELOMPOKAN JALAN BERDASARKAN
STATUS JALAN :
(UU 38/2004, Pasal 9)
JALAN NASIONAL :
Jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang meng
hubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional serta jalan tol
JALAN PROVINSI :
Jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibu
kota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/
kota dan jalan strategis provinsi
JALAN KABUPATEN :
Jalan lokal dalam sistem jaringan jaringan jalan primer yang menghubungkan
ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibu
kota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal (PKL), antar PKL, serta jalan
umum dalam sistem jaringan jalan skunder dalam wilayah kabupaten dan jalan
strategis kabupaten
JALAN KOTA :
Jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan pu-
sat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubung
kan antar pusat permukiman yang berada di dalam kota
JALAN DESA :
Jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar permukiman di da
lam desa, serta jalan lingkungan
3) PENGELOMPOKAN KELAS JALAN :
(Berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarananya)
JALAN BEBAS HAMBATAN (FREEWAY) :
Jalan umum untuk lalu lintas menerus yang memberikan pelayanan
menerus/tidak terputus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh,
dan tanpa adanya persimpangan sebidang, serta dilengkapi dengan pagar
ruang milik jalan, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah dan dilengkapi
dengan median
KELAS KELAS
KELAS I KELAS II IIIA IIIB KELAS IIIC
FUNGSI ARTERI /
JALAN ARTERI ARTERI KOLEKTOR KOLEKTOR KOLEKTOR
DIMENSI / MAKS. MAKS. MAKS. MAKS. MAKS.
LBR.KEND 2,50 M 2,50 M 2,50 M 2,50 M 2,10 M
DIMENSI / MAKS. MAKS. MAKS. MAKS. MAKS.
PJG.KEND 18,0 M 18,0 M 18,0 M 12,0 M 9,0 M
> 10
MST TON 10 TON 8 TON 8 TON 8 TON
Patok RMJ
PEMERINTAH :
- Penetapan fungsi jalan untuk ruas jalan arteri dan jalan kolektor yang meng-
hubungkan antar ibukota provinsi dalam jaringan jalan primer
- Penetapan status jalan nasional
- Penyusunan perencanaan umum jaringan jalan nasional
PEMERINTAH KABUPATEN :
- Penyusunan pedoman operasioanl penyelenggaraan jalan kabupaten dan ja-
lan desa
- Penetapan status jalan kabupaten dan jalan desa
-Penyusunan perencanaan umum jaringan jalan kabupaten dan jalan desa
PEMERINTAH KOTA :
- Penyusunan pedoman operasioanl penyelenggaraan jalan kota
- Penetapan status jalan kota
- Penyusunan perencanaan umum jaringan jalan kota
MEKANISME PENYUSUNAN JARINGAN JALAN
JARINGAN
TRANSP. NAS.
(DARAT- JALAN) LOKAL JLN.
PRIMER KAB.
KEBIJAKAN
DAN STRATEGI
PEMBINAAN
JARINGAN JALAN
- PERTUMBUHAN KOTA
JARINGAN JALAN
- PEMERATAAN
SKUNDER
7). PERAN MASYARAKAT
(UU 38/2004, Pasal 17, 18, 19, 20, 21)
a) Masyarakat berhak:
1) memberi masukan kepada penyelenggara jalan dalam rangka
pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan;
2) berperan serta dalam penyelenggaraan jalan;
3) memperoleh manfaat atas penyelenggaraan jalan sesuai dengan
standar pelayanan minimal yang ditetapkan;
4) memperoleh informasi mengenai penyelenggaraan jalan;
5) Memperoleh ganti kerugian yang layak akibat kesalahan
dalam pembangunan jalan; dan
6) Mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap kerugian
akibat pembangunan jalan.
b) Masyarakat wajib ikut serta menjaga ketertiban dalam pemanfaatan
fungsi jalan.
c) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak dan kewajiban masyarakat
sebagaimana dimaksud pada butir a. dan butir b. diatur dalam
peraturan pemerintah
UNDANG-UNDANG
JASA KONSTRUKSI (UUJK)
N0.02 Tahun 2017
41
Ajang Zaenal Afandi
1. Undang-undang Nomor 02 Tahun 2017
tentang
Jasa Konstruksi (UUJK)
Disyahkan : 12 Januari 2017
Diundangkan : 12 Januari 2017
Terdiri dari : 14 Bab dan 106 Pasal
43
Ajang Zaenal Afandi
PENGERTIAN
Usaha Jasa Konstruksi
Struktur usaha Jasa Konstruksi meliputi:
1) Jenis, sifat, klasifikasi, dan layanan usaha; dan
2) Bentuk dan kualifikasi usaha.
44
Ajang Zaenal Afandi
PENGERTIAN
I. Klasifikasi usaha jasa Konsultansi
Konstruksi yang bersifat umum antara lain:
1) arsitektur;
2) rekayasa;
3) rekayasa terpadu; dan
4) arsitektur lanskap dan perencanaan wilayah.
Layanan usaha yang dapat diberikan oleh jasa
Konsultansi Konstruksi yang bersifat umum meliputi:
1) pengkajian;
2) perencanaan;
3) perancangan;
4) pengawasan; dan/atau
5) manajemen penyelenggaraan konstruksi.
45
Ajang Zaenal Afandi
PENGERTIAN
46
Ajang Zaenal Afandi
PENGERTIAN
47
Ajang Zaenal Afandi
PENGERTIAN
IV. Klasifikasi usaha Pekerjaan Konstruksi yang
bersifat spesialis antara lain:
1) instalasi;
2) konstruksi khusus;
3) konstruksi prapabrikasi;
4) penyelesaian bangunan; dan
5) penyewaan peralatan.
Layanan usaha yang dapat diberikan oleh Pekerjaan Konstruksi
yang bersifat spesialis meliputi pekerjaan bagian tertentu dari
bangunan konstruksi atau bentuk fisik lainnya.
V. Klasifikasi usaha Pekerjaan Konstruksi
terintegrasi meliputi:
1) bangunan gedung; dan
2) bangunan sipil.
Layanan usaha yang dapat diberikan oleh Pekerjaan Konstruksi
terintegrasi meliputi:
1) rancang bangun; dan
2) perekayasaan, pengadaan, dan pelaksanaan. 48
Ajang Zaenal Afandi
TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN
49
Ajang Zaenal Afandi
TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN
51
SEGMENTASI PASAR JASA KONSTRUKSI
I. Usaha orang perseorangan dan badan usaha Jasa Konstruksi
kualifikasi hanya dapat menyelenggarakan Jasa Konstruksi pada
segmen pasar yang:
1) Berisiko Kecil;
2) Berteknologi Sederhana; Dan
3) Berbiaya Kecil.
Usaha orang perseorangan hanya dapat menyelenggarakan pekerjaan yang
sesuai dengan bidang keahliannya.
II. Badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi menengah hanya dapat
menyelenggarakan Jasa Konstruksi pada segmen pasar yang:
1) Berisiko Sedang;
2) Berteknologi Madya; Dan/Atau
3) Berbiaya Sedang.
III. Badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi besar yang berbadan hukum
dan perwakilan usaha Jasa Konstruksi asing hanya dapat
menyelenggarakan Jasa Konstruksi pada segmen pasar yang:
1) Berisiko Besar;
2) Berteknologi Tinggi; Dan/Atau
3) Berbiaya Besar. 52
UUJK MENYEBABKAN PERUBAHAN PADA TIGA
BUTIR UTAMA PERAN PARA PIHAK DALAM
PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
53
UUJK
MEMBERI PENGAKUAN HUKUM
DAN TANGGUNG JAWAB HUKUM
PADA PARA PELAKU DI BIDANG
JASA KONSTRUKSI
54
KEGAGALAN BANGUNAN
3 PENGGUNA JASA
-Bertanggung jawab dan
dikenakan ganti rugi (apabila
merugikan pihak lain)
55
SISTEM PERTANGGUNGAN
UNTUK GANTI RUGI
1. Melalui jasa asuransi yang 1.Adanya sertifikat keahlian (profesi ) yang 1.Jaminan terhadap kegagalan
pemberlakuannya disesuaikan diterbitkan oleh badan terpercaya. konstruksi CAR(Constractor’s
dengan tingkat pengembangan All Risks).
usaha jasa asuransi dibidang 2. Adanya metode/proses kerja
perencanaan, pengawasan dan yang baku yang sesuai dengan 2. Jaminan terhadap kegagalan
pelaksanaan pekerjaan kaidah ketehnikan yang berlaku. bangunan Professional
konstruksi. Indemnity Insurance dan/atau
3. Adanya performance yang Professional Liability Insurance.
2. Besar ganti rugi diperhitungkan mendukung dari calon
dengan mempertimbangkan tertanggung.
antara lain tingkat kegagalannya.
56
3. PENYEBAB KEGAGALAN PADA PERENCANAAN
a. Tidak mengikuti TOR
b. Terjadi kesalahan pada pembuatan gambar rencana
c. Kesalahan atau kurang profesionalnya perencana dalam menafsirkan data perencanaan
dan dalam menghitung kekuatan rencana atau komponen konstruksi.
d. Terjadi kesalahan perhitungan arithmatik.
e. Terjadi penyimpangan dari prosedur baku, manual atau peraturan yang berlaku.
f. Perencanaan dilakukan tanpa dukungan data penunjang perencanaan yang cukup.
g. Terjadi kesalahan dalam penulisan spesifikasi teknik.
h. Terjadi kesalahan dalam pengambilan asumsi besaran rencana (misalnya beban rencana)
dalam perencanaan.
4. PENYEBAB KEGAGALAN PADA PELAKSANAAN
a. Tidak mengikuti spesifikasi sesuai kontrak.
b. Tdak melaksanakan pengujian mutu dengan benar
c. Salah mengartikan spesifikasi.
d. Salah membuat gambar kerja.
e. Salah membuat metode kerja.
f. Tidak menggunakan material yang benar.
g. Pemalsuan data profesi.
h. Menggunakan peralatan yang salah
57
5. PENYEBAB KEGAGALAN PADA PENGAWASAN
a. Tidak mengikuti TOR.
b. Menyetujui prOposal tahapan pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi.
c. Menyetujui proposal tahapan pekerjaan yang tidak didukung oleh metode
konstruksi yang benar.
d. Menyetujui gambar kerja yang salah.
e. Tidak melakukan prosedur pengawasana (supervisi) dengan benar.
58
UUJK
MEMBERIKAN KESETARAAN HUKUM
PADA HAK DAN KEWAJIBAN BAGI
PARA PIHAK YANG TERLIBAT
DALAM PENYELENGGARAAN
PEKERJAAN KONSTRUKSI
59
TIGA TAHAPAN YANG
BERPENGARUH TERHADAP
KESETARAAN PARA PIHAK
60
KETENTUAN – KETENTUAN YANG MENDUKUNG
TERCIPTANYA PERSAINGAN DAN KESETARAAN PARA
PIHAK
3 4
1.Untuk pelelangan pekerjaan perencanaan dan LPJK menerbitkan model dokumen lelang , dokumen kontrak dan
pengawasan, penetapan pemenang dibakukan tata cara pelelangan / tata cara evaluasi penawaran yang merupakan
mengikuti cara QCBS, QBS, Fixed Cost, atau Least acuan pokok berlaku secara nasional baik untuk pemerintah atau
Cost. swasta
2. Untuk pelelangan pekerjaan pelaksanaan, penetapan
pemenang mengikuti ketentuan harga terendah
terevaluasi diantara penawar yang telah memenuhi
persyaratan serta tanggap terhadap dokumen
pelelangan.
PP Nomor 29/2000 Pasal 14
PP Nomor 28/2000 Pasal 28 (2)
61
KONTRAK KERJA KONSTRUKSI DAN
PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
Catatan :
Untuk penyelesaian sengketa diluar pengadilan,
gugatan melalui pengadilan hanya boleh dilakukan
apabila penyelesaian diluar pengadilan dinyatakan
tidak berhasil oleh salah satu pihak atau para pihak
63
UUJK
MENGAKUI ADANYA PERAN
MASYARAKAT PADA
PENYELENGGARAAN PEKERJAAN
KONSTRUKSI
64
65
UMUM
Mengapa seringkali hasil karya
bangsa Indonesia kurang dinilai positif
atau kualitas produk Indonesia lebih
rendah dibandingkan dengan kualitas
produk Jepang?
66
PENYEBAB
Karena ada sumber daya yang dimiliki Jepang dalam
jumlah yang berlimpah, yaitu orang-orang yang
menyadari bahwa tidak ada yang dapat
diperoleh dengan gratis dan mereka bersedia
belajar dengan sungguh-sungguh dan bekerja
keras untuk kehidupan mereka
67
GERAKAN 5 S
Seiri,
Seiton,
Seiso,
Seiketsu,
Shitsuke.
68
3 (TIGA) KRITERIA DASAR TINGKAT
PROFESIONAL
kemampuan teknis atau apa yang dikenal dengan
intelligence quotient (IQ);
kemampuan emosional atau apa yang dikenal
dengan emotional quotient (EQ); dan
kemampuan spiritual atau apa yang dikenal dengan
spiritual quotient (SQ).
69
SIKAP ETOS KERJA KERJA
Sikap kerja dalam gerakan 5 S dapat membantu
dalam segala sesuatu yang kita kerjakan
Setiap orang harus bekerja keras.
Kita harus mengetahui apa yang harus dilakukan dan
dilaksanakan.
Kita semua cenderung melihat hasil dan menilai
berdasarkan hasil juga.
Kita pun harus memperhatikan proses.
Jika prosesnya benar, hasilnya tentu akan baik.
70
SIKAP ETOS KERJA KERJA
Sadarilah bahwa masalah itu penting
Hasilpun seringkali lebih dengan keadaan ”dapat
diterima” daripada ”baik”
Manusia mempunyai keunggulan dibandingkan
dengan binatang karena mempunyai akal
gerakan 5 S dalam sikap dan perilaku merupakan
pencegahan kejahatan, karena 5 S ini membedakan
antara manusia dengan binatang
71
ARTI DAN TUJUAN SIKAP DAN ETOS KERJA
72
Seiri = pemilahan
Istilah ini berati mengatur segala sesuatu, memilah sesuai
dengan aturan atau prinsip tertentu.
74
Seiso = pembersihan
Istilah ini berarti membersihkan barang-barang, sehingga
menjadi bersih.
Artinya membuang sampah, kotoran dan benda-benda
asing serta membersihkan segala sesuatu.
Pembersihan merupakan salah satu bentuk dari
pemeriksaan. Pembersihan dalam pemeriksaan adalah
salah satu cara untuk menciptakan kondisi tempat kerja
yang tidak memiliki cacat dan cela.
Untuk mendapatkan mutu yang tinggi, ketapatan yang
akurat dan teknologi pemrosesan yang lebih halus, hal-hal
kecil harus diperhatikan dan kita tidak boleh menyerah
dalam melakukan pembersihan secara tuntas.
75
Seiketsu = pemantapan
Pemantapan berarti terus menerus dan secara
berulang memelihara, pemilahan, penataan dan
pembersihannya.
Dengan demikian, pemantapan mencakup
kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan.
Dalam hal ini diperlukan manajemen visual dan
pemantapan. Inovasi dan manajemen visual terpadu
dipergunakan untuk mencapai adn memelihara
kondisi yang dimantapkan sehingga kita selalu dapat
bertindak dengan cepat.
76
Shitsuke = pembiasaan
Istilah ini berarti pelatihan dan kemampuan untuk melakukan apa
yang ingin anda lakukan meskipun itu sulit dilakukan.
Hal ini berarti memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu
dengan cara yang benar.
Ditekankan bahwa untuk menciptakan tempat kerja dengan
kebiasaan dan perilaku yang baik.
Dengan mengajarkan setiap orang apa yang harus dilakukan dan
memerintahkan setiap orang untuk melaksanakannya, maka
kebiasaan buruk akan terbuang dan kebiasaan baik akan terbentuk.
Orang mempraktekkannya dengan membuat dan mematuhi
peraturan.
77
MANFAAT SIKAP DAN ETOS KERJA
menjadikan segala sesuatu lebih teratur, tertib,
mudah melalui kebiasaaan yang berubah dalam
disiplin pelaksanaannya.
78
SOSOK PENGAWAS LAPANGAN YANG
PROFESIONAL
83
Komunikatif (courtesy)
• Salah satu kewajiban utama pengawas adalah
memberi tahu kontraktor tentang kondisi yang tidak
memuaskan atau apabila spesifikasi tidak dipenuhi.
• Kontraktor mengharapkan agar pengawas dapat
memberi masukan yang obyektif.
• Cara menyampaikan masukan oleh pengawas sering
menimbulkan hubungan tidak baik antara Kontraktor
dengan pengawas,
• Dalam praktek sering terjadi bahwa cara
menyampaikan adalah lebih penting daripada isi yang
disampaikan.
• Penyampaian dgn cara yang kasar dan menyinggung
perlu dihindarkan.
SALIM MAHMUD 84
Government of Andhra Pradesh
Proposed State Highway Project
Construction Supervision Consultants
Terms of Reference
• Tugas Pengawas (Engineer) adalah memgawasi
(supervise) pekerjaan serta menyetujui bahan dan
metoda kerja, melalui kerja sama dan konsultasi
dengan Pengguna Jasa (Employer), sesuai dengan
ketentuan Dokumen Kontrak.
• Pengawas tidak berwenang menghapuskan
kewajiban Kontraktor.
• Prinsip tanggung jawab Pengawas adalah sbb.:
85
a) Menerbitkan surat perintah mulai kerja di lapangan
(request).
b) Menyetujui program kerja Kontraktor serta sumber
bahan.
c) Menyetujui penyerahan bagian pekerjaan kepada
Sub Kontraktor.
d) Menjelaskan dan/atau menafsirkan bagian Dokumen
Kontrak yang multi tafsir atau yang tidak jelas.
e) Mengkaji ulang, memverifikasi, dan menjabarkan
disain, menyetujui gambar kerja, dan bila diperlukan,
membuat gambar yang lebih rinci dan memberi
instruksi kepada Kontraktor (Penyedia Jasa).
SALIM MAHMUD 86
(f) Menyetujui posisi patok,
(g) Menyetujui
• Pengawas dari Kontraktor;
• Rencana kerja;
• Lahan yang akan digunakan kontraktor.
• Bahan dan sumber bahan.
(h) Memerintahkan pengujian khusus tehadap bahan
atau pekerjaan yg sudah selesai dan/atau
mengganti bahan dan/atau pekerjaan yg jelek.
(i) Mengendalikan dan menilai kemajuan pekerjaan
(progress), memerintahkan penangguhan
pekerjaan, dan menyetujui perpanjangan waktu
pelaksanaan.
87
• Buku catatan.
• Kamera
• Termometer.
• Meteran 3 m.
• Palu.
• Cat untuk
memberi tanda
SALIM MAHMUD 88
PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROYEK
Pengendalian Waktu
Pengendalian Mutu
Pengendalian Volume
Pengendalian Biaya
89
90
Pendahuluan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam setiap kegiatan
usaha, baik itu berupa proses produksi, transportasi,
industri atau aktifitas apapun yang melibatkan suatu
kegiatan yang berkaitan dengan kerja.
91
Pengertian umum K3
K3 adalah suatu pengetahuan termasuk
penerapannya dalam upaya:
mencegah kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja,
kebakaran,
peledakan,
pencemaran
dan lain-lain akibat yang ditimbulkan.
92
Pendekatan K3
Cara pendekatan terhadap pelaksanaan K3 ini adalah
melalui ketentuan hukum sehingga suka tidak suka,
mau tidak mau, semua pihak ’dipaksa’ untuk
melaksanakannya.
93
Tujuan K3
Mengacu kepada UU No: 1/1970 tentang Keselamatan
Kerja, tujuan dari K3 ini pada dasarnya diarahkan
untuk:
94
Tujuan K3
Dengan tujuan seperti diatas, secara spesifik
outcomes yang ingin dicapai melalui pelaksanaan K3
ini adalah :
95
Fokus K3
Dengan outcome spesifik menekan resiko kerugian
maka kegiatan K3 ini difokuskan kepada tiadanya
kecelakaan kerja. Nihil kecelakaan kerja.
Untuk itu maka fokus dari K3 ini adalah:
mencegah terjadinya kecelakaan,
bahaya kebakaran,
peledakan,
penyakit akibat kerja,
pencemaran dll.
96
Produk-produk kepranataan K3
UU No : 1/1970 tentang Keselamatan Kerja
2. UU No : 18/1999 tentang Jasa Konstruksi
3. UU No : 13/2003 tentang Ketenagakerjaan
4. PP No : 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
5. PP No : 30/2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi
6. SKB Menaker dan Men PU No : 174/MEN/1986 & 104/KPTS/1986 tentang Ke selamatan dan
Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi
7. Permenaker No : 05/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Ke sehatan Kerja (SMK3)
8. Keppres No : 80/2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah
9. Kep. Menkimpraswil No : 339/KPTS/2003 tentang Penilaian Kualifikasi Penye dia Jasa Konstruksi
10.Kep. Menteri PU No : 08/SE/M/2006 tentang Pengadaan Jasa Konstruksi Un tuk Instansi
Pemerintah Tahun Anggaran 2006.
11. Peraturan Menteri PU No: 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman Sistem Manajemen K3 Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum.
97
UU No : 1 / 1970 tentang
KESELAMATAN KERJA
menentukan bahwa kecelakaan kerja itu harus dicegah
jangan sampai terjadi dan lingkungan kerja harus
memenuhi syarat-syarat kesehatan
98
Tujuan dan sasaran Undang-Undang
Keselamatan
Agar tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada
dalam tempat kerja selalu dalam keadaan selamat
dan sehat
Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan
digunakan secara efisien
Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar
tanpa hambatan apapun
99
Ruang Lingkup
Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat
ekonomis maupun usaha sosial;
Adanya tenaga kerja yang bekerja didalamnya baik
secara terus menerus maupun hanya sewaktu-waktu;
Adanya sumber bahaya.
100
Syarat-syarat keselamatan kerja dan kesehatan kerja
untuk:
Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri
pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang
berbahaya;
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar-
luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan
getaran;
101
syarat-syarat keselamatan kerja dan
kesehatan kerja untuk:
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat
kerja baik phisik mau pun psikis, peracunan, infeksi dan
penularan;
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m.Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya;
102
syarat-syarat keselamatan kerja dan
kesehatan kerja untuk:
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan
orang, binatang, tanaman atau barang;
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar
muat, perlakuan dan penyimpanan barang;
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan
pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi
bertambah tinggi
103
104
LATAR BELAKANG
105
LATAR BELAKANG
106
MAKSUD DAN TUJUAN
Menjelaskan kebijakan nasional penataan ruang dan
pengelolaan lingkungan hidup
Menjelaskan kebijakan pembangunan prasarana jalan dan
sektor terkait
Menjelaskan jenis dan tingkat studi yang dibutuhkan
(perlu AMDAL dengan kategori A, B atau C)
Menjelaskan persiapan yang perlu dilakukan untuk
menjabarkan dokumen RKL/UKL pekerjaan jalan
Menjelaskan penjabaran pengelolaan lingkungan hidup
dalam desain, spesifikasi, persyaratan teknis pelaksanaan
dan dalam dokumen tender dan dokumen kontrak
107
PERATURAN PERUNDANGAN
Peraturan Perundangan yang mendasari Penyusunan
Peraturan Persyaratan LH dalam Bidang Jalan
108
PERATURAN PERUNDANGAN
Yang mendasari Penyaringan Lingkungan:
109
PERATURAN PERUNDANGAN
Yang Mendasari Kegiatan Penjabaran Dokumen RKL, UKL
110
ISTILAH
Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan
Lingkungan Hidup adalah upaya sadar dan terencana yang
memadukan lingkungan hidup termasuk sumber daya ke
dalam proses pembangunan untuk menjamin
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi
masa kini dan generasi masa depan
111
ISTILAH
ANDAL(Analisis Dampak Lingkungan Hidup) adalah
telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak
besar dan penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan
112
ISTILAH
Upaya Pengelolaan Lingkunga Hidup (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang
dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup oleh penanggung jawab usaha dan atau kegiatan
yang tidak wajib melakukan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL)
Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang
bertanggung jawab atas suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan yang akan dilaksanakan
Dampak Lingkungan adalah pengaruh perubahan pada
lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha
dan/atau kegiatan
113
BAHASAN
114
PERATURAN DAN PERSYARATAN LH
116
Kebijakan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Dalam pemanfaatan Sumber Daya Alam harus
dihindari dan dicegah timbulnya kerusakan dan
pencemaran Lingkungan Hidup.
Pembangunan yg dilaksanakan harus berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan, dengan
mempertimbangkan kebutuhan untuk generasi saat
ini dan generasi mendatang
117
Kebijakan AMDAL
AMDAL, merupakan bagian studi kelayakan untuk kegiatan yg
berdampak besar dan penting.
118
PROSES PENILAIAN DAN PERSETUJUAN DOKUMEN KA-ANDAL
DAN DOKUMEN AMDAL
Kmtn LH/Bapedalda Masyarakat Men.LH/Gub/
Pemrakarsa Komisi Penilai
(Inst. yg bertgg jwb) Berkepentingan Bupati/W.kota
Pengumum
an Rencana
Kegiatan
Saran, Pendapat
dan Tanggapan
Penyusunan Konsultasi
KA-ANDAL Masyarakat
Penilaian/Pembahasa
n (maks. 75 hr)
Kesepakatan
Penilaian/Pembahasa Konsultasi
n (maks. 75 hr) ANDAL Masyarakat
bersambung
119
sambungan
Penilaian/Pembahasan
Konsultasi Masyarakat
(maks. 75 hr)
ANDAL
Tidak
Perbaikan
Tidak Layak Layak
Lingkungan
Ok Rekomendasi Keputusan
Layak
Salinan
ANDAL,RKL,RPL dan
Salinan Kelayakan
Keterangan :
= Tujuan akhir surat/dokumen untuk kemudian diteruskan, diproses dan/atau ditembuskan
Sumber : PP No.27 Tahun 1999 (Pasal 14-23)
120
PROSES PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DOKUMEN UKL/UPL
BAPEDALDA
PEMRAKARSA Instansi yang DINAS KIMPRASWIL KETERANGAN
bertanggung jawab
Perbaikan ?
ada Maksimum 7 hari
Perbaikan
Tidak **
Fungsi Jalan
jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan
lingkungan.
Status Jalan
jalan nasional, jalan propinsi, jalan kota, jalan
kabupaten, jalan desa, dan jalan khusus
122
Penyaringan AMDAL berdasarkan faktor
dampak penting dan lokasi/ koridor jalan (ref.
Evaluasi kinerja pengelolaan lingkungan Kep.Bapedal-056/1994)
dan masukan kebijakan untuk peningkatan
kinerja masa datang PERENCANAAN UMUM
PERENCANAAN UMUM
123
INFORMASI YANG DIPERLUKAN :
1. Propenas INFORMASI YANG DIPERLUKAN :
2. Kebutuhan / Permintaan 1. Rencana Umum
3. Rencana Pengembangan Wilayah 2. Lokasi Proyek
4. Rencana Tata Ruang 3. Data Teknis, Lingkungan dan
5. Tata Guna Lahan / Sumber Daya Ekonomi
INFORMASI YANG TAHAP INFORMASI YANG
RENCANA UMUM
DIPERLUKAN : DIPERLUKAN :
PENYARINGAN
1. Pengembangan AMDAL 1. Pra-studi
TAHAP EVALUASI TAHAP PRA-STUDI
Manfaat Proyek KELAYAKAN
Kelayakan
PASCA PROYEK
(TL.E) untuk proyek 1 2. Survei
EVALUASI PELINGKUPAN
mendatang RKL & RPL KA-ANDAL Pendahuluan
2. Pelaksanaan RKL 8 2 Teknis
dan RPL Lingkungan dan
Ekonomi
TAHAP PASCA TAHAP STUDI
KONSTRUKSI KELAYAKAN
7 3
(O&M) DAN
PELAKSANAAN
PENYUSUNAN
PEMANTAPAN RKL &
INFORMASI YANG RPL ANDAL & RKL / RPL
DIPERLUKAN : INFORMASI YANG
1. Gambar 4 DIPERLUKAN :
TAHAP TAHAP
Terlaksana KONSTRUKSI
6
5 PERENCANAAN 1. Studi
termasuk RKL dan TEKNIS
PENJABARAN Kelayakan
PELAKSANAAN DAN TAHAP
RPL PEMANTAPAN RKL &
PRA-KONSTRUKSI
RKL & RPL (Termasuk
RPL
2. Prosedur Operasi (PENGADAAN TANAH ) AMDAL)
3. Prosedur PELAKSANAAN DAN 2. Survei Detail
PEMANTAPAN RKL &
Pemeliharaan RPL
Pemerintah Pusat
mengatur, membina, dan mengelola jalan nasional
Pemerintah Propinsi
mengatur, membina, dan mengelola jalan propinsi
Pemerintah Kota/Kabupaten
mengatur, membina dan mengelola jalan kota,
kabupaten, dan jalan desa
125
HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT
memberi masukan dan saran dalam pembangunan
jalan
126
Kebijakan Sektor Kehutanan
127
Kebijakan Sektor Kebudayaan
Sesuai UU No.5 tahun 1992 ttg Benda Cagar Budaya
- setiap orang yg menemukan benda cagar budaya
wajib melaporkan pada pemerintah
- setiap orang dilarang merusak benda cagar budaya
dan situs serta lingkungannya
128
Kebijakan Sektor Perhubungan
Sesuai UU No.13 tahun 1992, tentang Perkeretaapian
129
Kebijakan Sektor Pertanahan
UU no. 20 tahun 1961 ttg Pencabutan Hak Atas Tanah
Dan Benda Yang Ada Di Atasnya : pencabutan hak atas
tanah harus disertai syarat tertentu
Perpres RI No. 36 Tahun 2005 ttg Pengadaan Tanah
Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum
pengadaan tanah harus sesuai RUTR
pengadaan tanah dilakukan secara musyawarah langsung
dengan pemiliknya
pemberian ganti rugi terhadap tanah, bangunan, tanaman
dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah
dapat berupa uang, tanah pengganti, pemukiman kembali,
serta kombinasi, dan atau bentuk lain yang disepakati
Permendagri No. 1 tahun 1994: mengatur pemberian
ganti rugi tanah ulayat
130
Kebijakan Sektor Sosial
Sesuai Keppres No. 111 tahun 1999 tentang Pembinaan
Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat Terpencil
131
Persyaratan Lingkungan Bank Dunia
Environmental Assessment
- instrumen: ANDAL, Perenc.Lingk, Audit Lingk, Resiko Lingk.
- screening : kategori A, B, dan C
Natural Habitat
- kajian yg seksama, terutama kawasan lindung
- isu utama pada penyaringan dan pelingkupan
Cultural Properties
- mencakup situs purbakala, benda cagar budaya, keunikan alami
- isu utama pada penyaringan dan pelingkupan
Indigenous People
- mencakup masyarakat adat yang peka thd perubahan
- perlu ANDAS, melalui konsultasi masyarakat
Involuntary Resettlement
- Full LARAP : penduduk terkena > 200 jiwa/40 KK
- Simplified LARAP : penduduk terkena < 200 jiwa/40 KK
- Tracer Study : pembebasan telah dilakukan dlm 2 thn
132
KETENTUAN WORLD BANK
(10 Safeguard Policies)
Environmental Assessment
Natural Habitat
Pest Management
Forestry
Cultural Property
Safety of Dams
Involuntary Resettlement
Indigenous Peoples Plus Disclosure Policy
Projects in Disputed Areas
Projects involving International Waters
133
Ketentuan Bank Dunia/WB:
134
Persyaratan lingkungan WB :
Pengelompokan proyek :
- Kategori A : menimbulkan dampak besar dan penting thd
Lingkungan (Wajib AMDAL)
- Kategori B : menimbulkan dampak tidak besar dan tidak
penting thd Lingkungan (Wajib UKL/UPL)
- Kategori C : menimbulkan dampak minimal & tidak
merugikan Lingkungan (Prosedur
Operasional Standar/POS).
135
Persyaratan lingkungan ADB :
Pengelompokan proyek :
- Kategori A : perlu EIA setara AMDAL.
- Kategori B : perlu IEE, sejenis Kajian lingkungan.
- Kategori C : tidak perlu EIA atau IEE.
136
Persyaratan lingkungan JBIC:
Prinsip dasar :
- Pemrakarsa bertanggung jawab thd penanganan dampak
- JBIC melakukan pengawasan dan koreksi
- Standar penanganan disesuaikan ketentuan
negara setempat
- Environmental revised dipertimbangkan dalam
proses pembiayaan proyek.
Prosedur konfirmasi penanganan dampak.
- Screening proyek dilakukan lebih awal.
- Kategorisasi proyek : Kategori A, B, dan C
identik dengan ANDAL, UKL/UPL, atau SOP.
- Revisi penanganan dampak terhadap lingkungan.
- Pelaksanaan monitoring.
137
Pihak terkait pengelolaan LH bidang jalan
Pemrakarsa
Bertanggungjawab atas pelaksanaan PLH.
Bappeda.
Bertanggungjawab melakukan pembinaan dan koordinasi penyelenggaraan
pembangunan Jalan di daerah.
Bapedalda.
Bertanggungjawab dalam pembinaan dan koordinasi pengendalian
dampak/kerusakan dan pencemaran lingkungan & pengelolaan lingkungan
hidup di daerah.
Instansi terkait.
Berperan dalam penanganan dampak sesuai bidang, tugas pokok dan
fungsinya.
138
MAKSUD & TUJUAN PENYARINGAN
139
DASAR PERATURAN PENYARINGAN
a. Pembanguan Jembatan
Kota Besar - P 20 M
Kota Sedang Kebawah - P 60 M
141
RENCANA
RENCANAKEGIATAN
KEGIATAN
DAERAH SENSITIF(Termasuk
DAERAHSENSITIF (Termasuk
Kawasan DAMPAK
Kawasan Lindungdan
Lindung dan Ya Ya
Komunitas Adat Terpencil)
Komunitas Adat Terpencil) PENTING
Tidak
Tidak
WAJIB Ya
UKL/UPL
UKL/UPL
UKL/UPL
Tidak
SS O
O PP
142
MAKSUD DAN TUJUAN KONSULTASI MASYARAKAT
143
SIAPA MASYARAKAT ?
Pemrakarsa (pelaksana/pengelola kegiatan)
144
KAPAN DILAKUKAN KONSULTASI ?
145
PENJABARAN RKL / UKL :
Gambar-gambar teknis
Spesifikasi teknis & persyaratan Pelaksanaan
Konstruksi
Agar dapat dicantumkan dalam dokumen tender
dan dokumen kontrak pekerjaan fisik.
146
Tujuan Penjabaran RKL/UKL
147
Pengelolaan lingkungan dalam bentuk
gambar desain
Contoh-contoh :
Pembuatan lereng galian/timbunan
Noise Barrier
Saluran drainase
Bak penampung sedimen
Rambu-rambu lalu lintas
Jembatan penyeberangan pejalan kaki
Guard rail
Penataan Lansekap
148
Persyaratan teknis pelaksanaan pekerjaan
Contoh-contoh untuk:
Pemilihan lokasi base camp
Penanganan base camp
Pembuatan jalan sementara
Penanganan land clearing
Penanganan galian tanah
Penanganan situs purbakala
Penanganan pengangkutan bahan bangunan
Reklamasi quarry, borrow area
Revegetasi
Pembersihan sisa bahan bangunan
Prioritas kesempatan kerja
149
KOORDINASI PELAKSANAAN MANAJEMEN
LINGKUNGAN
Peran Pimpro / Pimbagpro
- Wajib melaksanakan RKL/RPL atau UKL/UPL
- Cek persyaratan dokumen lingkungan
- Pengelolaan dan pemantauan
- Informasi kepada masyarakat setempat
Peran Kontraktor
- Memahami dampak pek. konstruksi dan penanganannya
- Menyusun program pelaksanaan manajemen lingkungan
Peran Konsultan Supervisi
- Memantau pelaksanaan pengelolaan lingk. kontraktor
- Revisi RKL/RPL atau UKL/UPL
150
PEMANTAUAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
151
MAKSUD DAN TUJUAN MITIGASI DAMPAK SOSIAL
152
PRINSIP PENGADAAN TANAH
Taraf hidup PTP setelah pengadaan tanah dapat lebih baik atau
sekurang-kurangnya sama.
153
LARAP DAN/ATAU TRACER STUDY
Format dan isi laporan LARAP dan Tracer Study dapat dilihat pada
lampiran.
154
RUANG LINGKUP UPL
155
Penyusunan KA – ANDAL
Permen LH no 08 tahun 2006
Pengertian
AMDAL – Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup adalah
kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan
156
Tujuan KA-ANDAL
157
Fungsi Dokumen KA-ANDAL
158
Dasar Pertimbangan Penyusunan
KA-ANDAL
Keanekaragaman – komponen lingkungan yang perlu diamati
Keanekaragaman jenis usaha
Geografi
Faktor lingkungan hidup
Efisiensi
Penentuan masukan berupa data dan informasi yang amat relevan
159
Pihak yang terlibat dalam penyusunan
KA-ANDAL
Pemrakarsa
Instansi yang bertanggung jawab
Penyusun studi ANDAL
160
Pengumpulan data dan informasi tentang:
•Rencana usaha dan/atau kegiatan
Evaluasi dampak penting terhadap
•Rona lingkungan hidup
Lingkungan Hidup
•Kegiatan lain di sekitar rencana usaha
dan/atau kegiatan
•Saran, tanggapan dan pendapat masyarakat
161
Wawasan KA-ANDAL
Mencerminkan dan mempertimbangkan secara jelas dan
tegas wawasan lingkungan hidup dalam pembangunan
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan
Beberapa faktor yang harus diperhatikan:
Menampung aspirasi tentang hal-hal yang dianggap penting untuk
ditelaah
Alternatif dari komponen usaha dan/atau kegiatan yang dipandang
layak (lingkungan hidup, ekonomis, teknis) terhadap dampak
negatif
Memperhatikan komponen-komponen lingkungan hidup yang
harus dilestarikan dan perubahan komponen lingkungan hidup
yang mendasar
Pemahaman agar Studi ANDAL lebih terarah dan sistematis
162
Komponen LH yang harus dipertahankan dan
dijaga serta dilestarikan
Hutan lindung, hutan konservasi dan cagar biosfer
Sumber daya air
Keanekaragaman hayati
Kualitas udara
Warisan alam dan warisan budaya
Kenyamanan lingkungan hidup
Nilai-nilai budaya yang berorientasi selaras dengan
llingkungan hidup
163
Komponen LH yang berubah secara mendasar
dan dianggap penting
Fungsi ekosistem
Pemilikan dan penguasaaan lahan
Kesempatan kerja dan usaha
Taraf hidup masyarakat
Kesehatan masyarakat
164
Proses Pelingkupan
Hasil KA-ANDAL
Dampak penting hipotetik yang dipandang relevan untuk ditelaah secara mendalam
dengan meniadakan hal-hal atau komponen LH yang dipandang kurang penting
untuk ditelaah
Lingkup wilayah studi berdasarkan batas proyek, batas ekologis, batas sosial, batas
administratif
Batas waktu kajian yang merupakan rentang waktu yang akan digunakan sebagai
dasar dalam melakukan prakiraan perubahan kualitas/kondisi lingkungan tanpa
adanya proyek dan dengan adanya proyek
Kedalaman studi ANDAL mencakup metode, jumlah sampel, tenaga ahli yang
dibutuhkan sesuai dengan dana dan waktu
165
Pelingkupan Dampak Penting
Identifikasi dampak potensial dengan metode
Penelaahan pustaka dan/atau
Analisis isi dan/atau
Interaksi kelompok (rapat, lokakarya, brainstorming) dan/atau
Metode ad hoc dan/atau
Daftar uji (sederhana, kuesioner, deskriptif) dan/atau
Matrik interaksi sederhana dan/atau
Bagan alir dan/atau
Pelapisan (overlay) dan/atau
Pengamatan lapangan (observasi)
166
Pelingkupan Wilayah Studi dan
batas Waktu Kajian
167
Sistematika Penyusunan KA-ANDAL
Bab I – Pendahuluan
Latar belakang, Tujuan dan manfaat, Peraturan
Bab II – Ruang Lingkup Studi
Lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan ditelaah
Status dan lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan
Alternatif yang akan dikaji dalam ANDAL
Lingkup rona lingkungan hidup awal
Pelingkupan
Proses pelingkupan
Hasil proses pelingkupan mencakup dampak penting hipotetik, lingkup
wilayah dan batas waktu
168
Bab III – Metode Studi
Metode pengumpulan dan analisis data
Metode prakiraan dampak penting
Metode perhitungan matematis
Percobaab/eksperimen
Model simulasi visual dan peta
Metode analogi
Penilaian ahli
Metode evaluasi dampak penting
169
170