Kwashiorkor dan marasmus adalah dua bentuk malnutrisi yang sering terjadi pada anak-anak di negara berkembang. Kemiskinan dan kekurangan bahan pangan adalah dua penyebab utamanya. Selain di negara miskin, kondisi ini juga dapat terjadi di negara-negara yang tingkat pendidikan penduduknya rendah, sedang mengalami situasi politik yang tidak stabil, sedang mengalami bencana alam, dan kekurangan bahan makanan. Kwashiorkor dan marasmus dapat terjadi pada usia berapa pun, tapi paling umum terjadi pada anak-anak.
Di Indonesia, masalah gizi tersebut masih ditemukan pada anak-anak
berusia di bawah 3 tahun. Angka kemiskinan, kesulitan memperoleh asupan makanan bergizi, dan tidak diberikan ASI, merupakan beberapa faktor yang turut berperan dalam terjadinya kedua masalah gizi ini. Lalu apa perbedaan umum antara kedua penyakit tersebut?
Kwashiorkor: Kekurangan Protein
Secara spesifik, kwashiorkor diartikan sebagai kondisi kekurangan atau bahkan ketiadaan asupan protein. Padahal, protein dibutuhkan tubuh untuk memperbaiki dan membuat sel-sel baru. Kondisi ini ditandai dengan pembengkakan di bagian bawah kulit (edema), akibat terlalu banyaknya cairan dalam jaringan tubuh. Pembengkakan dapat terjadi pada seluruh bagian tubuh dan umumnya dimulai di kaki. Bengkak biasanya diiringi sejumlah kondisi berikut:
Rambut yang kering, jarang, dan rapuh, bahkan dapat berubah
warna menjadi putih atau kuning kemerahan seperti rambut jagung.
Ruam atau dermatitis.
Mudah marah.
Kelelahan dan mengantuk.
Gangguan tumbuh kembang.
Perut membesar.
Infeksi yang terjadi terus menerus, akibat lemahnya kekebalan
tubuh.
Kuku pecah dan rapuh.
Berubahnya pigmen kulit.
Penurunan massa otot.
Diare.
Berat dan tinggi badan tidak bertambah.
Pada kasus yang lebih parah, pengidap kwashiorkor juga dapat
mengalami syok karena dehidrasi berat. Kondisi ini perlu segera mendapat penanganan medis oleh dokter di rumah sakit.
Marasmus: Kekurangan Asupan Energi dan Protein
Jika kwashiorkor adalah malnutrisi karena kekurangan protein meski asupan energinya cukup, maka marasmus adalah kekurangan asupan energi atau kalori dari semua bentuk makronutrien, mencakup karbohidrat, lemak, dan protein. Kondisi ini paling banyak ditemukan pada anak berusia di bawah 2 tahun. Ciri-ciri fisik penderita marasmus:
Kekurangan berat badan.
Kehilangan banyak massa otot dan jaringan lemak.
Pertumbuhan terhambat.
Kulit kering dan rambut rapuh.
Terlihat lebih tua dari usianya.
Tidak berenergi dan tampak tidak bersemangat atau lesu.
Wajah menjadi bulat seperti orang tua.
Diare kronis.
Selain itu, penderita marasmus rentan mengalami infeksi akut
seperti infeksi saluran pernapasan dan gastroenteritis, serta infeksi kronis seperti tuberkulosis. Selain kwashiorkor dan marasmus, terdapat jenis ketiga keadaan malnutrisi energi protein berat, yaitu campuran marasmus-kwashiorkor. Keadaan ini mempunyai gejala campuran dari kedua kondisi tersebut. Selain meningkatkan risiko terjadinya berbagai macam penyakit, keadaan malnutrisi energi protein berat juga dapat mengancam nyawa. Meski telah ditangani, namun anak-anak yang pernah mengalami kwashiorkor dan marasmus mungkin masih akan mengalami masalah kesehatan dalam jangka panjang. Sebagian anak akan tetap mengalami gangguan fisik dan mental akibat kwashiorkor seumur hidupnya. Karena itu, penting untuk mencukupi kebutuhan nutrisi anak untuk mencegah kwashiorkor dan marasmus.