Referat Pemeriksaan Fisik - Erlangga Permadi Yudha - ppt-1
Referat Pemeriksaan Fisik - Erlangga Permadi Yudha - ppt-1
Oleh :
Erlangga Permadi Yudha
• Pembimbing : dr. Febryanti Purnama Sari, Sp. THT-KL
• SMF THT – KL
• 2020
Pemeriksaan Fisik
Telinga
• Anatomi Telinga
• Pemeriksaan Fisik Telinga
Aurikula dan ●
●
Ukuran dan bentuk : mikrotia/makrotia, bat ear, cauliflower ear
Pembengkakan : hematoma/neoplasma/ abses
daerah ●
●
Ulkus : keganasan, trauma
jaringan parut : trauma/post operasi
sekitarnya ●
Sinus dan fistula : fistula preauricular/postauricular
●
Ukuran meatus : penyempitan / melebar
Meatus Akustikus ●
Lumen : serumen, debris, sekret, granulasi, polip,
benda asing
Eksternus (MAE) ●
Pembengkakan
●
Warna : keabu-abuan dan mengkilap seperti mutiara (normal), Merah
(peradangan), Kuning dan putih (fungi)
●
Keutuhan : perforasi (jenis perforasi,lokasi )
Timpani ●
Mobilitas : menurun (otitis serosa,media dan timpanosklerosis), meningkat (otitis
yang sembuh/monomerik)
Interpretasi gambar
• Pemeriksaan Fisik Telinga
PF Telinga
2. 4. 4. Tes
1. Tes 3. Past Manuv
Steppi Kalori
1. 2. 3. 4. 5. Romb pointin er Dill
Tes
Pemer ng g test Hallpik Bitern
Tes Tes Tes iksaan erg
Swa Pure test e al
Bis Rin We bac
Tone
Audio
ik ne ber h metri
• Tes Bisik
Langkah-langkah
1. Ruangan sunyi
2. Posisi pemeriksa berada di belakang pasien, telinga yang
tidak diperiksa ditutup dengan tragus
3. Jarak pasien dan pemeriksa 1 meter
4. Pasien mengulang dengan keras dan jelas kata-kata yang
dibisikkan
5. Pemeriksa membisikkan kata-kata
6. Kata-kata yang dibisikkan terdiri dari 1 atau 2 suku kata yang
dikenal penderita, biasanya berupa kata-kata benda yang ada
di sekeliling
intepretasi
1. Bisikan pelan normal
2. Bisikan keras Kemungkinan gangguan pendengaran
ringan
3. Suara ngobrol kemungkinan gangguan pendengaran
sedang
4. Teriak kemungkinan gangguan pendengaran berat
• Tes Rinne
Bunyikan garpu tala frekuensi 512 Hz
Letakkan garpu tala tegak lurus di planum
mastoid (posterior MAE) sampai penderita
tidak mendengar kemudian segera
pindahkan ke depan
MAE penderita.
Interpretasi
Normal : Rinne (+) Jika masih mendengar di MAE : Rinne (+)
Tuli sensorineural : Rinne (+) Jika tidak terdengar : Rinne (-)
Tuli konduktif : Rinne (-)
• Tes Weber
Interpretasi
Normal : pasien mendengar = pemeriksa
Swabach memanjang : tuli konduktif
Swabach memendek : tuli sensorineural
• Tes Pure Tone Audiometri
Keterangan :
AC = Hantaran udara = grafik ditandai dengan garis lurus
BC = Hantaran tulang = grafik ditandai dengan garis putus-putus
Simbol telinga kiri (warna biru)
AC x
BC >
Simbol telinga kanan (warna merah)
AC o
BC <
• Derajat ketulian dihitung dengan menggunakan indeks Fletcher
4
0 – 25 dB : normal
> 25 – 40 dB : tuli ringan
> 40 – 55 dB : tuli sedang
> 55 – 70 dB : tuli sedang berat
> 70 – 90 dB : tuli berat
> 90 dB : tuli sangat berat
• 1. Tes Romberg 2. Stepping Test
- Prosedur : pasien berdiri tegak dengan lengan
dilipat di dada, mata tertutup
- Tes romberg dipertajam : pasien berdiri dengan Prosedur: pasien diminta berjalan ditempat dengan mata
tertutup, sebanyak 50 langkah dengan kecepatan seperti
kaki yang satu di depan kaki yang lainnya,
tumit kaki yang satu berada di depan jari-jari
•
berjalan biasa.
kaki lainnya (tandem). Lengan dilipat pada dada Abnormal: bila kedudukan akhir penderita beranjak > 1
dan mata kemudian ditutup. meter dari tempatnya semula, atau badan terputar > 30
derajat.
Normal : bila mampu berdiri dalam sikap 3. Past Pointing Test
romberg yang dipertajam selama > 30 detik Prosedur: pasien diminta merentangkan lengannya dan
telunjuknya menyentuh telunjuk pemeriksa. Kemudian
pasien diminta menutup mata, mengangkat lengannya
tinggi (sampai vertikal), dan kemudian kembali ke
posisi semula. Tes ini dilakukan pada lengan kanan dan
kiri.
Abnormal: bila terdapat salah tunjuk/deviasi.
• Menilai nistagmus
• Manuver Dix Hallpike
Merupakan pemeriksaan untuk mencari adanya
vertigo/nistagmus posisional paroksismal serta membedakan
antara vertigo sentral dan vertigo perifer.
Penderita duduk di meja periksa
Alirkan air dingin ke dalam liang telinga kiri sebanyak 250 ml.
Alirkan air panas ke dalam liang telinga kiri sebanyak 250 ml. Catat
lama nistagmus yang timbul setelah air dialirkan. Setelah selesai
pemeriksaan telinga kiri dengan air panas, pasien diistirahatkan
selama 5 menit (untuk menghilangkan pusing).
Jenis Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Luar
2. Rinoskopi anterior
3. Rinoskopi posterior
4. Transluminasi sinus
Pemeriksaan Luar
Inspeksi Palpasi
• Bentuk hidung dari luar: apakah terdapat • Palpasi dorsum nasi: menilai
cacat bawaan , trauma atau tumor adanya krepitasi, deformitas
• Warna hidung: apakah terdapat
kemerahan akibat infeksi, atau hematom
• Palpasi ala nasi: menilai adanya
furunkel vestibulum (jika nyeri)
• Apakah terdapat pembengkakan :
furunkel, trauma • Palpasi regio frontalis
• Rinoskopi Anterior
1. Spekulum hidung dipegang dengan tangan kiri
2. Dengan posisi spekulum horizontal, tangkai lateral, mulut medial
3. Spekulum dimasukan ke cavum nasi dalam keadaan tertutup
4. setelah berada dalam cavum nasi, spekulum dibuka perlahan
5. Nilailah Bagian luar, Vestibulum, Cavum nasi bawah, Cavum nasi atas, Septum nasi
6. Spekulum dikeluarkan dengan cara mulut spekulum ditutup 90% lalu dikeluarkan.
Jangan menutup spekulum 100% sebab dapat menyebabkan terjepitnya bulu hidung
dan ikut kecabut keluar sehingga pasien merasakan nyeri
dahak nyeri
• Pemeriksaan Fisik Tenggorokan
• Mulut dan Faring
Suara serak
Batuk Lampu kepala
Kesulitan menelan Kasa
Rasa ada massa di
tenggorokan, rasa penuh, cermin laring
atau xylocaine spray.
Pembengkakan
PEMERIKSAAN LARING
• Pemeriksaan laringoskopi indirek
• Anastesi faring dengan xylocaine spray (terutama bagi faring yang
sensitive). Pemeriksaan dapat dimulai kira-kira 10 menit setelah
dianestesi
• Cermin diluapkan terlebih dahulu
• Minta pasien untuk menjulurkan lidahnya
• Ambil kasa dan pegang lidah dengan menggunakan tangan kiri. Jari I
di atas lidah, jari III di bawah lidah, dan jari II menekan pipi
• Arahkan cerming laring menuju area faring (diposisikan di depan
uvula) dan fokuskan cahaya pada daerah tersebut
• Pemeriksaan Laringoskopi indrirek
Alat yang dibutuhkan :
Cermin laring
Kasa
Lampu kepala
Lampu spiritus
xylocaine spray
inspeksi
Pemeriksa memperhatikan warna, jumlah dan
distribusi rambut. Warna rambut bisa hitam, putih
atau adakah rambut jagung (malnutrisi). Jumlahnya
bisa tebal atau tipis. Distribusi rambut bisa merata
atau rambut rontok.
Palpasi
Penilaian palpasi rambut meliputi tekstur rambut
dan apakah mudah dicabut atau tidak Pada
pasien malnutrisi, tekstur rambut kasar, kering dan
mudah dicabut.
• Pemeriksaan Maksilofasial
• Fraktur Tulang Maksilofasialis
Inspeksi
1. Perhatikan simetris wajah kanan dan kiri, massa, edema, kelainan kulit (ulcer, laserasi), perubahan
warna (sianosis, ekimosis, eritema, pucat)
2. Fraktur tulang orbita: perhatikan echimosis (panda eyes), mata cekung, dan pembengkakan kelopak
mata, diplopia.
3. Fraktur tulang zigoma : pipi menjadi lebih rata (jika dibandingkan dengan sisi kontralateral atau
sebelum trauma), diplopia, edema periorbital dan ekimosis, terbatasnya gerak mandibula. Fraktur
arkus zigoma ditandai dengan trismus.
4. Fraktur tulang hdung: dinilai adanya perubahan bentuk hidung tampak tidak simetris akibat
pergeseran struktur tulang hidung ataupun kerusakan pada kartilago, ukuran, pembengkakan, laserasi
pada kulit, ekimosis dan hematoma.
5. Fraktur tulang maksila : edema faring, wajah tampak tidak simetris, ekimosis, edema jaringan
6. Fraktur tulang mandibula : hematoma, edema jaringan lunak, trismus
• Palpasi Os Maksilofasialis
Nyeri tekan, massa, krepitasi, gangguan saraf sensoris berupa anestesia
Defek Horizontal
Kebutaan Unilateral
Hemianopsia Bitemporal
Homonymous Left
Superior Quadrantic
Defect
• Nervus III (N.Okulomotorius)
(rileks)
2.
●
3.
●
Meminta penderita menggerakkan mukanya dengan cara mengerutkan dahi,
Mengangkat alis. Menutup mata dengan rapat, lalu pemeriksa mencoba
membuka dengan tangan. Memoncongkan bibir atau nyengir.
4.
Meminta penderita menggembungkan pipinya, lalu pemeriksa menekan
●
pipi kiri dan kanan untuk mengamati apakah kekuatannya sama. Bila ada
kelumpuhan maka angin akan keluar dari bagian yang lumpuh
• Nervus IX – X (N.Glossofaringeus dan N.Vagus)
Gerakan Palatum
Penderita diminta mengucapkan
huruf a atau ah dengan panjang,
sementara itu pemeriksa melihat Refleks Muntah Lakukan stimulasi
gerakan palatum mole dan faring.
ringan pada bagian
belakang
kerongkongan pada
setiap sisi secara
bergantian dan
perhatikan refleks
muntahnya.
• Nervus XI (N.Aksesorius)
Otot Sternocleidomastoideus Otot Trapezius
INSPEKSI
Inspeksi trachea untuk melihat adanya
deviasi trachea, simetris, asimetris.
PALPASI
Palpasi trachea dilakukan dengan cara ujung jari telunjuk dan jari manis menekan pada
daerah m. sternocleidomastoideus kanan dan kiri dengan cara pasien diminta menelan
ludah. Bandingkan pada kedua sisi. Bila kedua jari tangan bisa masuk maka posisi trachea
normal, tetapi bila salah satu jari ada yang terhalang masuk, artinya ada devisi ke arah sisi
ini.
• Pemeriksaan Kelenjar Tiroid
INSPEKSI
Mmeminta pasien Tengadahkan kepalanya sedikit ke belakang. inspeksi pada daerah di bawah
kartilago krikoidea untuk mencari kelenjar tiroid. Minta pasien untuk minum sedikit air dan
mengekstensikan kembali lehernya serta menelan air tersebut. Amati gerakan kelenjar tiroid ke
atas dengan memperhatikan kontur dan kesimetrisannya
• Palpasi Kelenjar Tiroid