DAN
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DALAM PERAWAT
Nama Kelompok:
1. Amalia Dwi Cahyani (201121004)
2. Jhon E R T (201121026)
3. Juismi Archella (201121027)
4. Lilis Sumanti (201121030)
5. Muhammad Zainudin (201121037)
6. Richa Rizki Akbar (201121047)
7. Sintia (201121050)
8. Valentina Dini (201121053)
9. Yasi Pahira Gaesela (201121055)
10. Yunita Sianturi (201121057)
A. PRINSIP DAN KONSEP KESELAMATAN PASIEN
Patient Safety adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi
lebih aman. Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan
pengelolaan yang berhubungan dengan resiko pasien, laporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk
meminimalkan resiko.
● 3. Bukan tanggung jawab rumah sakit Pasal 45 (1) UU no 44/2009 tentang RS “Rumah
sakit tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan atau keluarganya
menolak atu menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah
adanya penjelasan medis yang komprehensif.”
● 4. Hak Pasien
a. Pasal 32 D UU no 44/2009 “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan
kesehatan yang bermutu sesuai standar profesi dan standar prosedur operasional.”
b. Pasal 32E UU no 49/2009 “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan
yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi.”
● 5. Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien Pasal 43 UU no 44/2009
1) RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien
2) Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa,
dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak
diharapkan.
B. EBP UNTUK PENINGKATAN KESELAMATAN PASIEN
Evidence Based Practice (EBP) adalah tindakan yang teliti dan bertanggung jawab
dengan menggunakan bukti (berbasis bukti) yang berhubungan dengan keahlian klinis
dan nilai-nilai pasien untuk menuntun pengambilan keputusan dalam proses perawatan
(Titler, 2008). EBP merupakan salah satu perkembangan yang penting pada dekade ini
untuk membantu sebuah profesi, termasuk kedokteran, keperawatan, sosial, psikologi,
public health, konseling dan profesi kesehatan dan sosial lainnya (Briggs & Rzepnicki,
2004; Brownson et al., 2002; Sackett et al., 2000).
Evidence Based Practice (EBP) keperawatan adalah proses untuk menentukan, menilai,
dan mengaplikasikan bukti ilmiah terbaik dari literature keperawatan maupun medis
untuk meningkatkan kualitas pelayanan pasien. Dengan kata lain, EBP merupakan salah
satu langkah empiris untuk mengetahui lebih lanjut apakah suatu penelitian dapat
diimplementasikan pada lahan praktek yang berfokus pada metode dengan critical
thinking dan menggunakan data dan penelitian yang tersedia secara maksimal.
Tingkatan Evidence
Tingkatan evidence disebut juga dengan hierarchy evidence yang digunakan untuk mengukur
kekuatan suatu evidence dari rentang bukti terbaik sampai dengan bukti yang paling rendah.
Tingkatan evidence ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam EBP. Hirarki untuk
tingkatan evidence yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Penelitian dan Kualitas (AHRQ),
sering digunakan dalam keperawatan (Titler, 2010). Adapun level of evidence tersebut adalah
sebagai berikut :
Level 1 : Evidence berasal dari systematic review atau meta-analysis dari RCT yang sesuai.
Level 2 : Evidence berasal dari suatu penelitian RCT dengan randomisasi.
Level 3 : Evidence berasal dari suatu penelitian RCT tanpa randomisasi.
Level 4 : Evidence berasal dari suatu penelitian dengan desain case control dan kohort.
Level 5 : Evidence berasal dari systematic reviews dari penelitian descriptive dan
qualitat
Level 6 : Evidence berasal dari suatu penelitian descriptive atau qualitative.
Level 7 : Evidence berasal dari suatu opini dan atau laporan dari para ahli.
Penerapan EBP dalam Proses Keperawatan
Kriterianya adalah:
1) memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan
pasien
2) mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training
dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
3) menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
THANK YOU!
ANY QUESTION??