Anda di halaman 1dari 15

KESELAMATAN PASIEN

DAN
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DALAM PERAWAT

Nama Kelompok:
1. Amalia Dwi Cahyani (201121004)
2. Jhon E R T (201121026)
3. Juismi Archella (201121027)
4. Lilis Sumanti (201121030)
5. Muhammad Zainudin (201121037)
6. Richa Rizki Akbar (201121047)
7. Sintia (201121050)
8. Valentina Dini (201121053)
9. Yasi Pahira Gaesela (201121055)
10. Yunita Sianturi (201121057)
A. PRINSIP DAN KONSEP KESELAMATAN PASIEN

Patient Safety adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi
lebih aman. Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan
pengelolaan yang berhubungan dengan resiko pasien, laporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk
meminimalkan resiko.

● Tujuan Patient Safety Tujuan pasien safety adalah :


● 1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
● 2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
● 3) Menurunnya KTD ( kejadian tidak diinginkan) di rumah sakit.
● 4) Terlaksananya program-program pengulangan KTD.
Langkah-langkah patient safety
1) Sembilan solusi keselamatan pasien di RS
2) Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS sebagai panduan bagi staff
RS (depkes RI ,2006).
● Perspektif Keperawatan pada Patient Safety

Patient Safety pada keperawatan merupakan upaya pencegahan injury pada


pasien disebabkan langsung oleh pemberi pelayanan kesehatan itu sendiri. Lebih
dari 10 tahun terakhir, patient safety menjadi prioritas utama dalam system
pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan termasuk perawat memiliki tanggung jawab
terhadap pengobatan dan perawatan pasien selama berada di rumah sakit termasuk
patient safety.
Tenaga kesehatan secara umum merupakan satu kesatuan tenaga yang terdiri
dari tenaga medis, tenaga perawatan, tenaga para medis non perawatan dan tenaga
non medis. Dari semua kategori tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit,
tenaga perawat merupakan tenaga terbanyak dan mereka mempunya waktu kontrak
dengan pasien lebih lama dibandingkan tenaga kesehatan yang lain, sehingga mereka
mempunyai peranan penting dalam menentukan baik buruknya mutu pelayanan
kesehatan dirumah sakit .
● Dari semua kategori tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit, tenaga perawat
merupakan tenaga terbanyak dan mereka mempunya waktu kontrak dengan pasien
lebih lama dibandingkan tenaga kesehatan yang lain, sehingga mereka mempunyai
peranan penting dalam menentukan baik buruknya mutu pelayanan kesehatan dirumah
sakit . Namun demikian, harus diakui bahwa peran perawat dalam memberikan
pelayanan yang bermutu masih membutuhkan perhatian dari pihak manajemen. Salah
satu indikator tentang pelayanan kesehatan ini dilihat dari angka kematian pasien
baik dari meninggal kurang dari 48 jam maupun lebih dari 48 jam. Aspek hokum
terhadap pasien safety atau keselamatan pasien sebagai berikut :
● UU tentang kesehatan dan UU tentang rumah sakit .
● 1. Keselamatan pasien sebagai isu hukum
a. Pasal 55 (3) UU no 36/2009 “Pelaksanaan pelayanan kesehatan harus
mendahulukan keselamatan nyawa pasien.”
b. Pasal 32n UU no 44/2009 “Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan
dirinya selama dalam perawatan dirumah sakit.”

● 2. Tanggung jawab hokum rumah sakit


a. Pasal 29 B UU no 44/2009 “Memberikan pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, anti diskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.”
b. Pasal 46 UU no 44/2009 “Rumah sakit bertanggung jawab secara hokum
terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga
kesehatan di RS.”

● 3. Bukan tanggung jawab rumah sakit Pasal 45 (1) UU no 44/2009 tentang RS “Rumah
sakit tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan atau keluarganya
menolak atu menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah
adanya penjelasan medis yang komprehensif.”
● 4. Hak Pasien
a. Pasal 32 D UU no 44/2009 “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan
kesehatan yang bermutu sesuai standar profesi dan standar prosedur operasional.”
b. Pasal 32E UU no 49/2009 “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan
yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi.”
 
● 5. Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien Pasal 43 UU no 44/2009
1) RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien
2) Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa,
dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak
diharapkan.
B. EBP UNTUK PENINGKATAN KESELAMATAN PASIEN

Evidence Based Practice (EBP) adalah tindakan yang teliti dan bertanggung jawab
dengan menggunakan bukti (berbasis bukti) yang berhubungan dengan keahlian klinis
dan nilai-nilai pasien untuk menuntun pengambilan keputusan dalam proses perawatan
(Titler, 2008). EBP merupakan salah satu perkembangan yang penting pada dekade ini
untuk membantu sebuah profesi, termasuk kedokteran, keperawatan, sosial, psikologi,
public health, konseling dan profesi kesehatan dan sosial lainnya (Briggs & Rzepnicki,
2004; Brownson et al., 2002; Sackett et al., 2000).

Evidence Based Practice (EBP) keperawatan adalah proses untuk menentukan, menilai,
dan mengaplikasikan bukti ilmiah terbaik dari literature keperawatan maupun medis
untuk meningkatkan kualitas pelayanan pasien. Dengan kata lain, EBP merupakan salah
satu langkah empiris untuk mengetahui lebih lanjut apakah suatu penelitian dapat
diimplementasikan pada lahan praktek yang berfokus pada metode dengan critical
thinking dan menggunakan data dan penelitian yang tersedia secara maksimal.
Tingkatan Evidence
Tingkatan evidence disebut juga dengan hierarchy evidence yang digunakan untuk mengukur
kekuatan suatu evidence dari rentang bukti terbaik sampai dengan bukti yang paling rendah.
Tingkatan evidence ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam EBP. Hirarki untuk
tingkatan evidence yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Penelitian dan Kualitas (AHRQ),
sering digunakan dalam keperawatan (Titler, 2010). Adapun level of evidence tersebut adalah
sebagai berikut :

Level 1 : Evidence berasal dari systematic review atau meta-analysis dari RCT yang sesuai.
Level 2 : Evidence berasal dari suatu penelitian RCT dengan randomisasi.
Level 3 : Evidence berasal dari suatu penelitian RCT tanpa randomisasi.
Level 4 : Evidence berasal dari suatu penelitian dengan desain case control dan kohort.
Level 5 : Evidence berasal dari systematic reviews dari penelitian descriptive dan
qualitat
Level 6 : Evidence berasal dari suatu penelitian descriptive atau qualitative.
Level 7 : Evidence berasal dari suatu opini dan atau laporan dari para ahli.
Penerapan EBP dalam Proses Keperawatan

Pada setiap fase proses keperawatan tersebut, hasil-hasil penelitian dapat


membantu perawat dalam membuat keputusan dan melakukan tindakan
yang mempunyai dasar/rasional hasil penelitian yang kuat.
1. Tahap pengkajian
2. Tahap penegakkan diagnosis keperawatan
3. Tahap perencanaan
4. Tahap intervensi/implementasi
5. Tahap evaluasi
Cara Meningkatkan Patient Safety Dengan Metode Peningkatan Kualitas

Tujuan Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada "Hospital Patient Safety


Standards" yang dikeluarkan oleh Joint Commission on Accreditation of Health
Organizations, Illinois, USA, tahun 2002),yaitu:
1. Hak pasien
Standarnya adalah: Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana & hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD
(Kejadian Tidak Diharapkan).

2. Mendidik pasien dan keluarga


Standarnya adalah: RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban &
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriterianya adalah: Keselamatan dalam
pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn keterlibatan pasien adalah partner
dalam proses pelayanan
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standarnya adalah: RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar
tenaga dan antar unit pelayanan.

4. Metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program


peningkatan keselamatan pasien.
Standarnya adalah RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada, memonitor
& mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, &
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP.

5. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.


Standarnya adalah:
1) RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk memenuhi kebutuhan
informasi internal & eksternal.
2) Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standarnya adalah:
1) Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui penerapan "7
Langkah Menuju KP RS".
2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikası risiko
KP & program mengurangi KTD.
3) Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit &
individu herkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP
4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur,
mengkaji, & meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.
5) Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam
meningkatkan kinerja RS & KP.
7. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standarnya adalah:
1) RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
2) RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin
dalam pelayanan pasien.

Kriterianya adalah:
1) memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan
pasien
2) mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training
dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
3) menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
THANK YOU!
ANY QUESTION??

Anda mungkin juga menyukai